ACES Layakah di Beli?

Saham $ACES secara fundamental menunjukkan performa yang cukup solid. Pendapatan (revenue) dan laba bersih (net income) mengalami pertumbuhan yang konsisten dari tahun 2022 hingga 2024. Bahkan, pada tahun 2024, laba bersih mencapai Rp 892 miliar, naik signifikan dari Rp 770 miliar di 2023. Margin laba juga terjaga, dan perusahaan tetap membagikan dividen yang stabil dengan yield tinggi di angka 7%. Dari sisi operasional, ini menunjukkan bahwa bisnis ACES sehat dan bahkan mengalami pertumbuhan.

Namun, kenyataannya harga saham ACES justru anjlok hampir 50% dalam satu tahun terakhir. Ini tentu mengundang pertanyaan besar: mengapa saham dengan kinerja fundamental yang tumbuh justru dihargai lebih rendah oleh pasar? Jawabannya tidak selalu berkaitan dengan fundamental semata, melainkan juga sentimen pasar, persepsi investor, dan kondisi makroekonomi secara keseluruhan. Bisa jadi investor melihat ada ancaman jangka panjang terhadap sektor ritel fisik karena pergeseran ke e-commerce, atau karena kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat yang menurun.

Faktor lain yang turut mempengaruhi bisa jadi berasal dari rotasi sektor oleh investor besar. Saat investor institusi mulai mengalihkan portofolio mereka ke sektor lain yang dinilai lebih prospektif (seperti komoditas atau teknologi), saham-saham sektor ritel seperti ACES bisa terkena tekanan jual meskipun secara kinerja tetap kuat. Ditambah lagi, minimnya katalis positif dalam jangka pendek bisa membuat saham ini seolah "diabaikan" oleh pasar.

Di sisi lain, penurunan harga yang tajam ini bisa menciptakan peluang bagi investor jangka panjang yang berorientasi pada nilai (value investing). Dengan dividend yield tinggi dan kinerja yang stabil, ACES bisa saja sedang dalam fase undervalued, menunggu waktu untuk direvaluasi kembali oleh pasar. Tapi tentu, keputusan investasi tetap perlu mempertimbangkan risiko sektor, likuiditas saham, dan arah kebijakan suku bunga yang bisa mempengaruhi daya beli konsumen ke depan.

$IHSG $UNVR