Nyangkut?
Saat pertama kali memutuskan menjadi trader, seseorang biasanya sudah memiliki niat dan strategi yang jelas: beli saat sinyal beli muncul, jual saat sinyal jual datang. Tujuannya sederhana, yaitu mencari keuntungan dari pergerakan harga jangka pendek. Namun, dalam praktiknya, ketika harga saham justru turun jauh dari harga beli, banyak trader pemula mulai melenceng dari rencana awalnya. Mereka tidak melakukan cut loss sesuai aturan, dan malah bertahan dalam posisi rugi dengan harapan harga akan kembali naik.
Alih-alih mengevaluasi kesalahan atau mendisiplinkan diri sesuai strategi awal, banyak trader justru mencari pembenaran atas keputusannya. Salah satu bentuk pembenaran yang umum adalah dengan bertanya kepada sesama trader, “Kamu nyangkut di harga berapa?” Ketika tahu ada banyak orang lain yang nyangkut di harga lebih tinggi, muncul perasaan aman yang menyesatkan: “Kalau banyak yang nyangkut, berarti ini wajar. Saya tidak sendiri.” Padahal, kenyataan di pasar tidak peduli berapa banyak orang nyangkut, harga tetap akan bergerak sesuai dengan dinamika pasar, bukan berdasarkan harapan kolektif.
Perasaan nyaman karena "beramai-ramai nyangkut" ini sangat berbahaya. Ia mengaburkan logika trading dan menjebak trader dalam ilusi bahwa kerugian yang sedang dialami masih bisa “diselamatkan” hanya karena orang lain juga mengalami hal yang sama. Akibatnya, posisi yang seharusnya sudah ditutup sejak kerugian kecil berubah menjadi kerugian besar. Ini bukan lagi trading, melainkan sudah bergeser ke arah gambling dan spekulasi tanpa arah yang jelas.
Fenomena ini menunjukkan pentingnya disiplin dan mental yang kuat dalam dunia trading. Menjadi trader sejati berarti siap mengambil keputusan yang mungkin tidak nyaman, seperti cut loss, ketika kondisi tidak sesuai rencana. Bertahan dalam kerugian hanya karena ingin merasa aman bersama orang lain bukanlah strategi yang bijak. Pasar tidak memberi ampun pada emosi dan pembenaran – hanya pada disiplin dan eksekusi yang tepat.
$FORE $NINE $ACES