imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Tol Rp400 Miliar per Kilometer: Wajar, Ajaib, atau Cuma Alibi?

Pertanyaan salah satu user Stockbit tentang biaya tol IKN di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita ngomongin soal proyek jalan tol di Indonesia yang biayanya tembus lebih dari Rp400 miliar per kilometer, pertanyaan yang muncul bukan cuma “wajar nggak sih?”, tapi juga “ini beneran buat bangun jalan atau buat bangun rekening pribadi?” Karena dalam praktiknya, harga setinggi itu bisa jadi sangat masuk akal dalam kondisi tertentu, tapi juga bisa jadi tameng empuk buat korupsi dan mark-up kalau nggak diawasi ketat. Dan yang ngomong ini bukan pendapat warung kopi, tapi berdasarkan data resmi, audit lembaga negara, dan pernyataan langsung dari pejabat publik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kita mulai dari sisi teknis dulu. Biaya tol di atas Rp400 miliar/km masih bisa dibilang wajar kalau proyeknya memang butuh keahlian konstruksi level tinggi. Contohnya, Tol Layang Jakarta–Cikampek II (MBZ) dibangun sepanjang 39 km dengan total biaya Rp16,23 triliun. Itu artinya Rp416 miliar per km, dan menurut Danang Parikesit selaku Kepala BPJT, ini proyek yang ekstrem karena harus dibangun di atas tol eksisting yang tetap aktif 24 jam. Semua pekerjaan dilakukan malam hari, pakai girder segmental, dan dengan risiko lalu lintas super padat. Bayangkan, bikin tol di atas tol yang sedang berfungsi. Kalau gagal, macetnya bisa viral seminggu.

Atau contoh yang lebih mahal lagi, JORR Elevated Cikunir–Ulujami, biayanya sampai Rp985 miliar/km karena 100% elevated, melintasi simpang susun besar, dan berdiri di atas tol yang sudah beroperasi. Ini diakui sendiri oleh Hedy Rahadian, Dirjen Bina Marga, sebagai salah satu proyek dengan kompleksitas teknis tertinggi di Indonesia. Jadi wajar kalau biayanya bikin orang berkedip dua kali sebelum percaya.

Hal serupa juga berlaku untuk proyek rencana seperti Immersed Tunnel IKN (Rp11 triliun untuk 9 km, alias lebih dari Rp1,2 triliun/km), yang dibangun di bawah laut dan menggunakan teknologi imersi—pertama kali digunakan di Indonesia. Menurut Wida Nurfaida, Direktur Pembangunan Jalan dari Ditjen Bina Marga, ini bukan sekadar jalan tol, tapi monumen peradaban logistik Ibu Kota Negara masa depan. Jadi kalau mahal, memang karena kondisi medan, lokasi strategis, atau teknologi yang belum lazim. Itu semua bisa dinalar. Di atas kertas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi persoalannya, kita hidup di Indonesia. Di mana proyek mahal sering kali bukan cuma mahal karena teknis, tapi juga karena banyak tangan yang ikut numpang basah. Dan ini bukan asumsi. Fakta dan buktinya sudah ada. Proyek Tol MBZ yang tadi kita puja-puji sebagai proyek teknis kompleks, ternyata juga terjerat korupsi. Menurut hasil audit BPKP dan penyidikan Kejaksaan Agung, proyek ini mengalami kerugian negara sebesar Rp510 miliar karena manipulasi volume, penurunan kualitas material, dan mark-up. Yang terlibat mulai dari Djoko Dwijono (eks Dirut PT JJC) hingga petinggi konsultan dan kontraktor. Jadi bukan cuma mahal di kontrak, tapi juga mahal karena dirampok diam-diam dari dalam.

Dan itu belum semua. Di Tol Padang–Pekanbaru, ada skandal ganti rugi lahan fiktif senilai Rp27 miliar. Modusnya, lahan milik pemerintah daerah dibayar seolah-olah milik pribadi. Bayangin, tanah punya negara dibeli lagi sama negara. Yang untung? Orang-orang kreatif di balik dokumen palsu. Lucu? Nggak juga. Memalukan? Pasti.

Lalu di Tol Cisumdawu, korupsinya muncul lewat penggelembungan harga tanah hingga Rp329 miliar. Tanah dibeli pakai nama orang lain lalu dijual balik ke pemerintah. Beli murah, jual mahal ke negara. Untungnya dobel, dan yang beli juga nggak curiga. Hebatnya, semua proses itu lolos sampai termin ke sekian—karena, ya, semua orang sibuk melihat ke arah lain. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi, balik ke pertanyaan awal: apakah tol Rp400 miliar/km itu wajar? Jawabannya: bisa wajar kalau teknisnya ekstrem, lokasinya rumit, dan pelaksanaannya jujur. Tapi jadi nggak wajar ketika proyeknya biasa-biasa aja tapi harganya loncat tanpa dasar, atau saat audit menemukan manipulasi, atau ketika nama-nama pengusaha, konsultan, dan pejabat berjejer di berita pengadilan. Dan fakta menunjukkan, banyak dari proyek tol mahal di Indonesia akhirnya jadi ladang basah untuk mark-up dan korupsi, baik di sisi konstruksi maupun pembebasan lahannya.

Yang ngomong ini siapa? Ya mereka yang pegang datanya langsung. Dari Kementerian PUPR, BPJT, Dirjen Bina Marga, BPKP, hingga Kejaksaan Agung. Semuanya sudah pernah buka suara soal ini, lengkap dengan angka kerugian dan nama pelakunya. Jadi, bukan cuma wajar dicurigai, tapi juga wajib diaudit ketat. Karena di negeri ini, jalan tol bisa jadi jalan pintas... ke KPK. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

🔥Tol Mahal Indonesia

1. Tol Layang Jakarta–Cikampek II (MBZ)

Biaya: Rp416 miliar/km

Alasan Mahal:

Dibangun di atas tol aktif

Konstruksi hanya malam hari

Pakai girder segmental

Masalah:

Kasus korupsi Rp510 miliar

Pengurangan volume dan kualitas bahan

Terlibat: pejabat, kontraktor, konsultan

2. JORR Elevated Cikunir–Ulujami

Biaya: Rp985 miliar/km

Alasan Mahal:

100% elevated

Melewati simpang susun dan daerah padat

Risiko konstruksi tinggi

Masalah:

Belum terbukti korupsi, tapi rawan karena kompleks dan biaya jumbo

3. Tol Immersed Tunnel IKN (rencana)

Biaya: >Rp1,2 triliun/km

Alasan Mahal:

Terowongan bawah laut

Teknologi imersi pertama di Indonesia

Lokasi strategis di ibu kota baru

Masalah:

Belum dibangun, tapi berpotensi diawasi ketat

4. Tol Elevated Ulujami–Tanah Abang (rencana)

Biaya: >Rp1 triliun/km

Alasan Mahal:

Jalur padat di pusat Jakarta

Melintasi rel kereta dan gedung perkantoran

Konstruksi ekstrem di tengah kota

Masalah:

Rawan intervensi, proyek jumbo di zona mahal

5. JORR 2 Elevated Cimanggis–Cibitung

Biaya: >Rp450 miliar/km

Alasan Mahal:

Struktur melayang

Sambungan antar tol di kawasan urban

Butuh rekayasa lalu lintas dan fondasi besar

Masalah:

Belum muncul kasus, tapi kompleksitas tinggi

6. Tol Padang–Pekanbaru

Biaya: Bervariasi, sebagian segmen terindikasi mahal

Masalah:

Korupsi ganti rugi lahan Rp27 miliar

Tanah milik pemerintah dibayar ke individu

Dokumen kepemilikan dimanipulasi

7. Tol Cisumdawu

Biaya: Tidak semuanya mahal per km, tapi...

Masalah:

Korupsi penggelembungan harga lahan Rp329 miliar

Lahan dibeli murah, dijual mahal ke negara

Modus: nama titipan, KTP pinjaman

Jika kamu melihat proyek tol dengan biaya lebih dari Rp400 miliar/km, daftar ini bisa jadi referensi awal: bisa wajar, bisa juga karena bocor dari awal. Maka setiap angka jumbo dalam proyek publik selalu layak diawasi.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$JSMR $ASII $CMNP

Read more...

1/7

testestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy