Bangun Tol di Indonesia Mahal atau Murah?: Perbandingan Negara ASEAN
Tadi salah satu user Stockbit share tentang biaya bangun tol di IKN di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Untuk tahu apakah toll kita mahal atau murah maka kita perlu bandingkan dengan negara lain. Kalau ngomongin tol di ASEAN, rasanya kayak ngelihat kelas ekonomi yang isinya mulai dari mahasiswa hemat sampai sultan jalan-jalan. Masing-masing negara punya gaya dan selera sendiri soal ngebangun jalan tol, dari yang hemat cermat penuh manfaat, sampai yang kayaknya mikir, “Kenapa nggak sekalian bikin jalan tol lewat dasar laut aja sekalian?” Kita coba riset tol ini bakal ngajak keliling Asia Tenggara sambil ngebandingin ongkos bikin tol per kilometer di setiap negara. Semua datanya diambil dari sumber resmi, kayak Kementerian PUPR RI, Kompas, Tempo, VietnamNet, SGGP, The Nation Thailand, LTA Singapore, Oxford Business Group, DPWH Filipina, sampai laporan ADB, Bank Dunia, dan Kementerian Pekerjaan Umum masing-masing negara. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari Malaysia, sang raja efisiensi. Negara ini kayak anak rajin yang selalu ngerjain PR-nya tepat waktu. Biaya bangun tol mereka cuma sekitar RM7,5 juta–RM20 juta per km, alias Rp26–70 miliar. Bahkan tol layang macam AKLEH di Kuala Lumpur yang ribet itu pun cuma Rp332 miliar/km. Ini semua hasil sistem konsesi yang jalan, pengalaman panjang, dan pembebasan lahan yang nggak ngabisin tenaga nasional. Kalau negara lain butuh 5 rapat dan 10 demo warga buat ngebangun satu simpang susun, Malaysia tinggal tunjuk—jalan.
Sekarang masuk ke Indonesia, tanah air beta yang kaya akan sumber daya dan kemacetan. Di proyek kayak Trans Sumatera, biaya tol masih tergolong masuk akal di kisaran Rp90–110 miliar/km. Tapi begitu nyentuh proyek idaman seperti Tol IKN, langsung lompat jadi Rp305 miliar/km. Bahkan Becakayu yang cuma 21 km itu, karena dibangun di atas sungai dan rumah padat penduduk, bisa tembus Rp342 miliar/km. Jadi kalau ada yang bilang “kenapa tol kita mahal?”, jawabannya simpel: kita demen banget bikin tol di tempat yang nggak memungkinkan. Terus heran kenapa biayanya bengkak.
Lanjut ke Vietnam, negara yang dikenal karena semangat kerja keras dan jalan tol yang cukup terukur. Biaya rata-rata nasional mereka ada di kisaran Rp76,3 miliar/km, kata VietnamNet. Tapi ya, kalau udah mulai masuk ke proyek-proyek macam Ben Luc–Long Thanh, yang banyak jembatan dan struktur khusus, ongkosnya bisa naik ke Rp451 miliar/km. Masih lebih murah dari tol kota kita yang nggak ada lautnya tapi harganya mirip. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Filipina punya gaya sendiri. Di satu sisi mereka bisa bangun tol kayak Calamba–Los Baños dengan harga cuma Rp104 miliar/km, tapi giliran proyek kayak CCLEX yang dibangun di atas laut, langsung naik ke Rp1,07 triliun/km. Sumber dari PhilStar dan DPWH nunjukin bahwa mereka suka main ekstrem: tol darat irit, tol laut bikin jantungan investor. Proyek elevated dan offshore mereka bener-bener ajang unjuk gigi rekayasa sipil... atau ajang bakar duit, tergantung sudut pandang.
Thailand? Negara ini kayak mahasiswa teknik sipil yang selalu pengen tantangan. Motorway No.8 aja biayanya Rp327 miliar/km, tapi begitu masuk proyek kayak N1 Underground Expressway, biaya loncat ke Rp2,1 triliun/km. Jalan tol bawah tanah bro, bukan sekadar nembus sawah. Menurut The Nation Thailand, proyek-proyek di Bangkok memang udah level “bangun jalan di tempat yang nggak ada tempat”.
Kalau kamu mikir itu mahal, tunggu sampai ketemu Singapura. Negara mungil ini nggak main-main. Tampines Expressway yang paling sederhana aja udah Rp93,7 miliar/km, dan Marina Coastal Expressway nyentuh Rp9,24 triliun/km. Ya wajar sih, mereka bangun tol bawah laut, tahan tsunami, dan mungkin juga tahan kiamat. Semua data ini disetor resmi sama LTA Singapore, lembaga transportasi paling disiplin se-ASEAN. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Brunei nggak mau ketinggalan gaya. Mereka cuma punya satu tol besar, Jembatan Temburong sepanjang 30 km dengan biaya US$1,4 miliar alias Rp748 miliar/km. Dibangun melintasi laut, rawa, dan hutan, proyek ini jadi tol paling ambisius buat negara sekecil itu. Sumber dari Oxford Business Group bilang, ini lebih dari sekadar jalan—ini pernyataan politik dan logistik.
Laos, sang “underdog”, ternyata diam-diam juga main mahal. Vientiane–Vang Vieng Expressway dibangun dengan biaya Rp170 miliar/km, tapi ada juga proyek yang tembus Rp406 miliar/km. Mayoritas proyek mereka dibiayai lewat inisiatif Belt and Road Tiongkok, jadi kalau ada yang nanya, “kok Laos bisa punya tol?”, jawabannya: hutang ke China.
Kamboja sedikit lebih rasional. Phnom Penh–Sihanoukville Expressway misalnya, butuh Rp162 miliar/km, sementara tol baru ke Bavet di perbatasan Vietnam diproyeksikan Rp189 miliar/km. Semuanya dibangun lewat skema BOT bareng China Road and Bridge Corporation. Sumbernya? Ministry of Public Works and Transport Cambodia. Artinya, mereka nggak pakai duit APBN, tapi ya kita tahu konsekuensinya: 50 tahun bayar tol ke investor luar.
Nah ini yang menarik: Timor-Leste. Negara muda ini justru punya biaya termurah. Proyek-proyek besar mereka kayak Gleno–Maubisse Road cuma Rp23,8 miliar/km, dan jalan partisipatif via Roads for Development (R4D) malah cuma Rp960 juta/km. Gokil. Murah banget. Tapi ya jangan berharap flyover. Ini jalan aspal sederhana, tapi fungsional. Sumber dari ADB dan Ministry of Public Works Timor-Leste.
Terakhir, Myanmar. Negara ini unik karena biaya tolnya bisa sangat murah—Rp17 miliar/km untuk jalan dasar—tapi juga bisa setinggi Rp523 miliar/km kalau elevated. Sumber dari Asian News Network dan Ministry of Construction Myanmar menunjukkan bahwa proyek-proyek mereka sangat tergantung donor dan kondisi politik. Kalau damai, bisa lanjut. Kalau nggak, ya proyek jadi monumen mangkrak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perbandingan Biaya Bangun Tol:
Malaysia: Rp26–70 M/km
Indonesia: Rp90–342 M/km
Vietnam: Rp76–451 M/km
Filipina: Rp104 M – Rp1,07 T/km
Thailand: Rp327 M – Rp2,1 T/km
Singapura: Rp93 M – Rp9,24 T/km
Brunei: Rp748 M/km
Laos: Rp170 – Rp406 M/km
Kamboja: Rp162 – Rp189 M/km
Timor-Leste: Rp0,96 – Rp23,8 M/km
Myanmar: Rp17 – Rp523 M/km
Kalau mau belajar hemat, contek Timor-Leste dan Malaysia. Kalau mau pamer teknologi mahal, silakan studi banding ke Singapura dan Thailand. Tapi kalau mau tahu cara membakar APBN sambil tetap kena macet di tol—selamat datang di Indonesia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$JSMR $CMNP $BREN
1/3