Apakah turnaround semudah itu? Mari belajar dari beberapa cerita
Pada satu titik dalam perjalanannya, sejaya apapun sebelumnya, sebuah perusahaan biaa saja akan mencapai fase dewasa (mature).dan mulai kehilangan ruang untuk tumbuh.
Perusahaan bisa saja membiarkan hal tersebut dan bukan tidak mungkin akan menikmati masa maturity yang panjang. Walaupun, tingkat pertumbuhan bisnis sangat rendah dan bahkan mungkin benar-benar stagnan, investor masih bisa menikmati dividen yang melimpah karena laba pun masih besar dan terus mengalir setiap tahunnya.
Tapi mau sampai kapan seperti itu?
Perusahaan pada akhirnya umumnya akan menghadapi hal yang tak terhindarkan, yaitu memasuki fase penurunan (declining).
Tentu saja ada beberapa perusahaan tertentu yang tidak mau menunggu hal tersebut sampai terjadi. Mereka secara strategis dan terukur mengambil inisiatif baru untuk mengembangkan bisnisnya sehingga masih bisa bertahan di faae pertumbuhan.
Namun tidak sedikit juga perusahaan yang terlambat melakukannya. Prinsipnya, semakin terlambat mengambil langkah antisipasi, semakin drastis perubahan yang harus dilakukan agar bisa turnaround dan kembali ke fase pertumbuhan.
Jika kondisi memang sudah terlalu berat, langkah umum yang dilakukan antara lain:
- melakukan efisiensi besar-besaran
- melakukan restrukturisasi utang
- meluncurkan produk baru
- mengubah model bisnis
- mengubah arah bisnis (termasuk merambah bisnis baru).
Intinya adalah bagaimana caranya bisa kembali pulih dan stay relevant.
Sebagai catatan, merambah bisnis baru itu tidak mudah, apalagi jika sektornya berbeda dengan sektor yang sebelumnya digelutinya.
Dan hal tersebut lah yang menyebabkan usaha untuk turnaround banyak yang mengalami kegagalan.
Saya dahulu sempat menaruh harapan pada $MDRN yang berusaha memasuki bisnis minimarket 7-Eleven. Pada awalnya potensinya terlihat menjanjikan. Respon konsumen cukup baik dan di mana-mana saya melihat gerai 7-Eleven ramai dibanjiri oleh pengunjung. Namun seiring waktu, perusahaan mulai mengalami kesulitan untuk bisa berkembang. Biaya sewa tempat yang mahal (biasanya berada di lokasi yang sangat strategis) serta membengkaknya biaya operasional membuat kondisi keuangan perusahaan terus menurun. Pada akhirnya MDRN harus rela melepaskan bisnis tersebut.
Cerita lain bisa kita dapatkan dari $BATA . Kiprah BATA yang mulai memasuki pasar Indonesia (dahulu Hindia Belanda) pada tahun 1931 benar-benar mengalami ujian yang berat di masa Pandemi Covid-19. Permintaan terhadap produk perusahaan terus menurun. Perilaku konsumen pun berubah dari belanja secara offline menjadi online.
Setelah konsisten mencetak keuntungan pada tahun-tahun sebelumnya, tercatat sejak tahun 2020 hingga 2024, BATA terus mengalami kerugian dan bahkan pada tahun 2024 terpaksa menutup pabriknya di Purwakarta karena permintaan yang terus menipis.
Tentu saja BATA telah mengambil langkah-langkah untuk tetap bisa bertahan dengan meluncurkan produk-produk baru yang lebih mengikuti perkembangan zaman.
Apakah nantinya BATA akan bisa kembali pulih? Hanya waktu yang akan bisa menjawabnya.
Cerita yang agak berbeda kita dapatkan dari $BIRD . Sebelum kemunculan taksi online, BIRD bisa dikatakan mengalami masa kejayaan. Kondisi mulai berubah ketika taksi online mulai memasuki pasar. Pada tahun 2016, laba bersih BIRD turun cukup dalam menjadi 507 miliar setelah pada tahun sebelumnya mencetak laba bersih sebesar 824 miliar. Penurunan kinerja terus.berlanjut dan mengalami puncaknya ketika pandemi melanda dan menyebabkan BIRD harus menelan kerugian setelah pada tahun-tahun sebelumnya masih bisa menghasilkan keuntungan.
BIRD tidak tinggal diam menghadapi kondisi tersebut dan melakukan digitalisasi serta membuat aplikasi yang bisa bersaing dengan aplikasi taksi online. Tidak berhenti sampai di situ, BIRD juga mengakuisisi Cititrans dan memasuki bisnis layanan shuttle serta bus antar kota. Pendapatan dari lini usaha baru itu sekarang sudah memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap pendapatan perusahaan secara kesuruhan. Kinerja BIRD pun mulai pulih dan kembali mencetak laba.
Namun ceritanya belum berhenti sampai di situ. Tantangan datang lagi dari kehadiran perusahaan taksi asal Vietnam, Xanh SM dengan armadanya yang seluruhnya berbasis EV. Kita perlu memantau bagaimana dampak kehadirannya terhadap kompetisi di bisnis taksi.
Apakah BIRD kembali akan bisa bertahan? Ataukah jalan ke depan akan berbeda jika pendapatan dari lini usaha shuttle dan bus antar kotanya akan bisa menggeser dominasi pendapatan dari lini usaha taksinya?
Akan menjadi episode-episode yang menarik untuk kita cermati bersama.
Dengan menyimak cerita-cerita tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa turnaround itu seringkai tidak semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun ada beberapa yang berhasil, tidak sedikit juga yang mengalami kegagalan.
Kita bisa mendapatkan keuntungan yang besar jika usaha perusahaan untuk turnaround berhasil. Namun tentu saja kita harus memahami ceritanya secara runtut dan hasilnya benar terkonfirmasi oleh angka-angka yang muncul pada laporan keuangannya. Jika tidak, cerita akan menjadi tinggal cerita saja.
Satu hal lagi, perusahaan akan berhasil turnaround jika manajemen mau dan mampu mengambil langkah-langkah strategis untuk mewujudkannya. Beberapa kali saya melihat perusahaan yang bisnisnya .mengalami stagnasi dan bahkan mulai meluncur turun namun tidak mengambil langkah berarti untuk mencegahnya. Akan sangat sulit bagi kita untuk mengharapkan perusahaan tersebut akan bisa bangkit kembali.
Harga saham yang terkesan 'murah' akan hanya menjadi seperti ilusi jika ke depannya bisnis perusahaan terus meluncur turun.
Ada perkecualian memang ketika kinerja perusahaan bisa kembali pulih karena terbantu oleh munculnya kondisi yang menguntungkan.
Namun hal-hal seperti itu tentu sulit untuk bisa kita harapkan. Jadinya kita akan lebih mengandalkan faktor keberuntungan saja.
Masih terngiang kata-kata dari Opa Buffett:
"Turnarounds seldom turn."
Tidaklah mudah bagi suatu perusahaan untuk berhasil melakukan turnaround, terlebih jika kesadaran untuk itu sudah terlambat datangnya.
Tetap semangat!!!
Disclaimer: Tulisan ini adalah media edukasi dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala kerugian sebagai akibat dari penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis.