imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saham Laba Growth 1000%+++

Tadi saya sudah share file Excel rekap Saham dengan laba naik di atas 1000% di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

File Excel nya bisa didownload di Telegram https://cutt.ly/ergS0kTh

Tahun 2024 jadi tahun yang penuh kejutan buat pasar saham Indonesia, terutama buat saham-saham yang mencatat lonjakan laba lebih dari 1.000%. Di mata investor ritel, ini seperti pesta pora—angka laba tumbuh ribuan persen, PER terlihat super murah, dan saham-sahamnya naik ratusan persen dalam waktu singkat. Tapi seperti biasa, angka gak selalu mencerminkan kenyataan. Di balik angka laba yang melesat, pertanyaannya adalah: apakah itu laba yang benar-benar bisa diandalkan, atau cuma sekadar angka akuntansi tanpa napas dan tanpa kaki? Dalam komunitas Pintar Nyangkut, kita bongkar tuntas 9 emiten yang mengklaim pertumbuhan laba fantastis, lalu kita cek satu per satu: siapa yang memang kerja keras, dan siapa yang cuma numpang lewat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kita mulai dari jagoan utama dalam daftar ini: LPKR. Perusahaan konglomerat properti dan rumah sakit ini membukukan laba Rp18,7 triliun di 2024, naik 37.287% dari tahun sebelumnya. Tapi begitu dibongkar, ternyata mayoritas laba ini berasal dari pendapatan lain-lain, atau “other income” yang melonjak dari Rp1,2 triliun ke Rp21,6 triliun. Pendapatan ini datang dari penjualan entitas asosiasi (Rp6,86 triliun) dan anak usaha (Rp2,84 triliun). Artinya, ini bukan laba yang dihasilkan dari penjualan rumah, sewa properti, atau layanan rumah sakit, melainkan laba dari menjual aset—alias transaksi yang sifatnya satu kali dan tidak berulang. Ironisnya, pendapatan usaha malah turun dari Rp16,8 triliun ke Rp11,5 triliun. Kas operasional memang positif Rp2,08 triliun, tapi itu pun tidak sebanding dengan ledakan laba yang terjadi karena momentum transaksi. Jadi PER 0,31 itu gak usah bikin silau. Laba sebesar itu gak akan kejadian tiap tahun kecuali mereka terus jualan aset.

Lain cerita dengan REAL, si kecil yang berubah jadi raksasa. Dari laba Rp177 juta di 2023 jadi Rp24,1 miliar di 2024, atau naik 13.475%. Yang bikin ini menarik adalah: ini bukan sulap. Pendapatan usaha naik dari Rp8,3 miliar ke Rp115,8 miliar karena mereka berhasil menjual properti yang selama ini nganggur. Fixed cost yang tadinya berat, akhirnya ketutup volume. Laba usaha tembus Rp23,9 miliar. Dan bukan cuma di atas kertas, duitnya benar-benar masuk—cash flow dari operasi (CFO) Rp71,2 miliar, kas akhir tahun naik dari Rp464 juta ke Rp71,7 miliar. Ini contoh laba yang punya kaki dan napas. Tapi tetap perlu dicatat, apakah mereka punya pipeline proyek baru atau cuma panen satu batch properti yang udah lama ngendap?

Sementara itu, FIRE juga mencuri perhatian. Dari rugi Rp516 juta, langsung mencetak laba Rp25,5 miliar, atau tumbuh 5.096%. Pendapatan naik dari Rp264 miliar ke Rp473 miliar, margin kotor naik dari 26% ke 28,6%. Piutang macet dipulihkan, beban bunga ditekan, dan yang paling penting: CFO tembus Rp38,6 miliar—lebih besar dari labanya sendiri. Pelanggan memang terkonsentrasi (60% dari satu buyer), tapi bisnisnya jelas, duitnya nyata, dan laporan keuangannya bersih dari gimmick. Ini bukan sulap, ini kerja tambang batu bara yang efisien. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

GZCO, perusahaan sawit, juga mencatat kenaikan laba dari Rp2,1 miliar ke Rp60,5 miliar (naik 2.727%). Revenue cuma naik 8%, tapi beban pokok malah turun karena mereka lebih banyak panen dari kebun sendiri, bukan beli dari luar. Margin kotor naik dari 12% ke 20%. Di laporan keuangan, ini tercermin jelas: pembelian TBS dari luar turun dari Rp179 miliar ke Rp139 miliar. Luas kebun juga bertambah, tanaman menghasilkan naik. CFO tembus Rp169 miliar, tapi perlu diperhatikan: piutang usaha naik signifikan dari Rp32 miliar ke Rp80 miliar. Kalau ini macet, bisa jadi beban di tahun depan. Tapi untuk saat ini, laba GZCO sehat dan punya dukungan dari arus kas operasional.

Masuk ke AGAR, yang membukukan laba naik 19.196% jadi Rp3,33 miliar. Tapi ini bukan karena revenue naik—justru revenue turun 23% dari Rp437 miliar ke Rp336 miliar. Yang bikin laba naik adalah penghematan besar-besaran: beban transportasi dipotong 45%, beban usaha lain juga dikencangkan. Hasilnya, beban usaha turun dari Rp30 miliar ke Rp22 miliar. Tapi masalahnya? Cash flow dari operasi tetap negatif Rp6,57 miliar, capex naik drastis, dan utang jangka pendek makin besar. Jadi walaupun efisiensinya bagus di atas kertas, uangnya belum masuk. Ini laba akrual yang masih rapuh secara kas.

Berikutnya NSSS, pemain sawit lain yang cetak laba Rp304 miliar dari Rp2 miliar (naik 14.000%). Revenue naik 26%, beban pokok naik cuma 2%, margin melar, dan mereka sudah gak jual TBS mentah lagi—semua diolah di pabrik jadi CPO dan kernel. CFO Rp438 miliar, kas akhir tahun naik ke Rp386 miliar. Jadi ini bukan laba di atas kertas, tapi betul-betul dari hasil operasional. Risikonya tetap ada: piutang plasma naik dari Rp46 miliar ke Rp89 miliar, dan bunga utang masih tinggi. Tapi secara keseluruhan, ini salah satu contoh laba terbang yang sangat solid.

NICL juga gak kalah mengesankan. Laba naik 2.500% dari Rp2,4 miliar ke Rp62,4 miliar. Semua murni dari tambang nikel. Revenue naik 26%, biaya kontraktor malah turun, dan cadangan nikel berkurang 1,6 juta ton—artinya, volume produksi beneran terjadi. CFO Rp106 miliar, dan kas akhir tahun naik ke Rp154 miliar. Tidak ada trik akuntansi, tidak ada pendapatan aneh-aneh. Selama harga nikel gak anjlok dan tambang masih jalan, NICL ini bisa lanjut terbang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

EMTK juga nyetak laba tinggi: dari rugi Rp240 miliar ke laba Rp1,82 triliun (naik 1.144%). Tapi 1,94 triliun dari laba itu berasal dari revaluasi investasi digital (Grab, Bukalapak, dll). Artinya, laba ini non-cash dan fluktuatif. CFO Rp1,45 triliun, jadi tetap ada kas masuk dari segmen media dan rumah sakit. Tapi kenaikan labanya tidak berasal dari operasional utama. Jadi kalau harga portofolio investasi mereka anjlok tahun depan, laba juga bisa balik ke zona merah.

Dan terakhir, RONY, yang mencatat laba naik 1.729%, tapi valuasinya absurd: PBV 567x, PER 1.987x. Laba cuma Rp1,88 miliar. Terlalu kecil untuk jadi bahan analisis fundamental serius. Lebih cocok buat koleksi spekulan.

Laba naik ribuan persen gak selalu berarti perusahaan makin sehat. Dari 9 saham ini, yang bisa dibilang punya laba sehat, dihasilkan dari core operation, dan ditopang arus kas kuat adalah FIRE, $GZCO, REAL, $NICL, dan NSSS. Sementara LPKR dan $EMTK naik karena one-off transaction dan revaluasi. AGAR dan RONY? Laba naiknya belum cukup kuat secara kas, bahkan terkesan semu.

Buat investor yang waras, jangan cuma lihat angka persentase atau PER yang keliatan kecil. Bongkar isinya. Karena yang bikin kita cuan jangka panjang adalah cash flow dan operasional, bukan sulap akuntansi. Jadi, sebelum ikut nyangkut rame-rame, pastikan dulu labanya punya kaki, punya napas, dan ada buktinya di rekening kas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy