imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ACES Apakah Masih Relevan?

Kalau kita bicara soal ACES—yang sekarang bertransformasi jadi AZKO—ceritanya bukan sekadar soal naik turunnya laba atau harga saham yang loyo belakangan ini. Ini cerita tentang perusahaan ritel mapan yang punya kekuatan besar tapi juga sedang bergulat dengan perubahan zaman, risiko global, dan tantangan internal yang mulai muncul ke permukaan. Di satu sisi, ACES punya banyak kelebihan yang gak bisa diremehkan. Tapi di sisi lain, masalah-masalah yang muncul juga bukan hal kecil. Dan pertanyaannya sekarang: apakah semuanya bisa dikompensasi? Apakah ada yang harus dilanjutkan? Dan di tengah perang dagang dan rupiah yang makin lemah, apakah ACES bisa dapat keuntungan atau justru makin tersandung? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pertama-tama, mari kita akui: ACES itu fundamentally kuat. Laba bersih tahun 2024 naik 15,8% jadi Rp892 miliar. Revenue tembus Rp8,58 triliun (+12,6%), gross margin tetap tebal di 48,7%, net margin naik tipis ke 10,4%. Kas akhir tahun Rp1,88 triliun, dan utang berbunga nyaris nol. Valuasinya juga udah kelewat murah: PER cuma 9,3x dan PBV 1,29x—udah masuk zona undervalued secara statistik. Dividen tetap rajin dibagi: Rp33,5 per saham, yield 6,86%. Bahkan setelah berhenti pakai lisensi “ACE Hardware,” mereka bisa hemat beban royalti Rp46,5 miliar setahun, yang bisa langsung mempertebal margin tanpa harus kerja lebih keras. Dari sisi operasional, efisiensi toko juga meningkat: revenue per gerai naik 7,1%, laba per gerai naik 10,9%, dan laba per karyawan juga tumbuh hampir 10%. Buat investor konservatif yang cari perusahaan ritel stabil dan rajin bagi dividen, ACES ini kelihatannya kayak rumah idaman.

Tapi di balik semua angka indah itu, masalah-masalah struktural mulai mengganggu. Cash flow dari operasi jeblok –38,6% jadi Rp803 miliar. Free cash flow tinggal Rp575 miliar. Persediaan naik 27%, DIO makin panjang dari 249 ke 282 hari. Barang makin lama di gudang, uang makin lambat muter. CFO sekarang lebih kecil dari laba, yang artinya laba makin banyak dari pencatatan, bukan uang tunai—dan itu gak sehat. Kas juga makin tipis karena sebagian besar dipakai bayar dividen. Parahnya, ACES belum punya inisiatif digital yang jelas. Gak ada loyalty app, omnichannel, atau roadmap ESG. Bahkan laporan segmen mereka masih “Jakarta vs luar Jakarta”—nggak nyambung sama perkembangan zaman. Branding baru "AZKO" juga belum terbukti kuat di masyarakat. Konsumen bisa bingung, dan kalau salah kelola, bisa bikin revenue anjlok karena kehilangan kepercayaan pelanggan lama. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu, apakah masalah ini bisa dikompensasi? Jawabannya: bisa, tapi harus cepat dan serius. Manajemen perlu melakukan efisiensi stok, percepat perputaran barang, dan perbaiki arus kas operasional. Komunikasi rebranding AZKO harus agresif dan menyentuh langsung pelanggan lama. Bangun ulang narasi yang kuat, pakai digital tools, perluas ke e-commerce, aktif di media sosial, dan mulai serius menyusun ESG strategy kalau mau menarik institusi. Jangan cuma jadi toko fisik yang nyaman, tapi harus jadi brand modern yang relevan.

Nah, soal pelemahan rupiah, ini tricky. ACES adalah importir berat—86% barangnya dari luar negeri. Meskipun mereka bayar dengan uang muka rupiah dan secara akuntansi gak kena selisih kurs langsung, tapi kalau dolar terus menguat, supplier luar pasti akan naikkan harga. Akhirnya margin ACES bisa tergerus pelan-pelan. Kalau inventory udah tinggi dan daya beli masyarakat turun karena inflasi, maka tekanan double datang dari atas (biaya naik) dan dari bawah (penjualan lemah).

Ditambah lagi, perang dagang Trump jilid 2 juga bisa jadi ancaman. Kalau kebijakan tarif AS terhadap China diperketat, rantai pasok global bisa terganggu. Sebagian besar barang dagangan ACES berasal dari Asia Timur (termasuk China), dan meskipun Indonesia bukan target langsung, efek sampingnya tetap bisa terasa. Barang makin mahal, logistik makin lambat, dan semua itu bisa memperpanjang DIO yang sudah kelewat panjang.

ACES masih bagus secara angka, tapi mulai lemah secara arah. Kalau manajemen cepat tanggap dan perbaiki masalah—stok, cashflow, strategi digital, branding—maka semua luka bisa sembuh dan saham ini bisa bangkit perlahan. Tapi kalau semua dibiarkan dan hanya mengandalkan laporan laba, maka valuasi murah bisa berubah jadi value trap. ACES ini bukan perusahaan yang mau mati, tapi dia harus belajar hidup dalam cara yang baru. Karena kalau cuma mengandalkan nama besar dan kenyamanan masa lalu, pasar akan meninggalkannya pelan-pelan.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MDIY $ERAA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy