Not All IPO and UW Created Equal
Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang IPO di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Dalam dunia saham IPO, satu kalimat yang harus kamu pegang erat adalah: track record speaks for itself. Karena di balik kemilau kata-kata di prospektus, balik layar dari setiap roadshow mewah, dan jauh dari grafik proyeksi laba yang penuh harapan, ada realita yang lebih menentukan arah uangmu: siapa underwriter (UW)-nya, dan seberapa kuat rekam jejaknya dalam mengawal IPO. Sebab, meskipun semua IPO terlihat “resmi” dan “sah” di mata hukum, faktanya tidak semua IPO diciptakan dengan niat yang sama. Dan tidak semua UW punya kemampuan yang setara untuk membangun, menjaga, dan mengeksekusi skenario pasar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara formal, semua UW punya peran yang terlihat seragam. Mereka bertanggung jawab untuk mempersiapkan IPO, mulai dari menghitung valuasi perusahaan, menyusun prospektus, menjaring investor, sampai memastikan saham terserap dengan baik saat penawaran umum. Tapi dalam praktiknya, kemampuan dan pendekatan tiap UW berbeda-beda. Ada UW yang tahu betul cara menciptakan permintaan artifisial, mengatur distribusi dengan ketat, memancing euforia pasar lewat sinyal ARA lock, dan akhirnya menciptakan "panggung" di mana ritel bisa ikut pesta. Tapi ada juga UW yang tugasnya cuma formalitas: selesai urusan dokumen, barang dilempar, pasar dibebaskan bereaksi, dan ritel dibiarkan berjuang sendiri di medan terbuka tanpa perlindungan harga.
Di sinilah peran track record jadi mutlak. Investor yang sudah lama bermain di sektor IPO biasanya tidak lagi membaca prospektus sebagai sumber utama. Justru yang pertama mereka lakukan adalah melihat daftar 10 IPO terakhir yang dikawal UW tersebut. Kalau dari 10 IPO itu, 7-8 berhasil ARA lock, harga naik dalam beberapa hari, distribusinya rapi, dan ritel bisa keluar dengan senyum—UW itu layak dipercaya. Tapi kalau 10 IPO terakhir hanya 2 yang berhasil, sisanya longsor, listing adem kayak kuburan, ya sudah jelas: itu bukan UW yang niat ngajak ritel pesta, melainkan UW yang sekadar setor barang dan lempar tanggung jawab. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lebih jauh lagi, fase penjatahan pun bisa jadi alat ukur dini. Kalau kamu pesan Rp50 juta dan cuma dikasih 1 lot, jangan kesel dulu. Justru itu pertanda bahwa distribusi dikontrol ketat. UW dan timnya sedang menahan barang agar tidak dibanjiri penawaran saat listing. Ini penting untuk menjaga harga tetap stabil, bahkan naik. Sebaliknya, kalau kamu pesan Rp10 juta dan dapet full alokasi? Waspada. Itu bisa berarti barang disebar luas tanpa kontrol, dan di hari pertama, tekanan jual akan terlalu besar karena semua pemegang saham buru-buru cari exit. Di sini kamu bisa lihat—IPO bukan soal siapa perusahaan paling bagus, tapi soal siapa yang mengendalikan pasokan dan permintaan.
Perlu juga diingat bahwa banyak IPO di Indonesia bukan bertujuan murni untuk ekspansi atau pengembangan bisnis. Sebagian besar adalah bagian dari exit strategy pemegang saham lama. Dan jika kamu tidak jeli membaca siapa UW-nya dan bagaimana pola distribusinya, kamu bisa dengan mudah jadi figuran dalam drama perpindahan kepemilikan itu. Apalagi jika uang hasil IPO lebih banyak masuk ke kantong pemilik lama dibanding ke kas perusahaan. Dalam situasi seperti itu, tanpa UW yang niat jaga harga dan bangun narasi positif, saham IPO akan langsung kehilangan momentum.
Jadi, sebelum kamu terbuai kata-kata seperti “prospek pertumbuhan”, “pengembangan ekspansi nasional”, “digitalisasi operasional”, atau “transformasi model bisnis”, ambil waktu sejenak untuk riset satu hal sederhana: bagaimana performa UW-nya selama ini? Cek apakah mereka pernah gagal ARA lock, apakah mereka punya reputasi menjaga harga selama masa golden window IPO (hari ke-1 sampai ke-5), dan apakah ada antrian masif saat penjatahan yang menandakan demand tinggi dan hype terbentuk.
Karena ujung-ujungnya, pasar IPO adalah panggung besar. Dan kamu bisa ikut nari di atas panggung itu kalau tahu siapa koreografernya. Kalau kamu cuma percaya pada dekorasi (prospektus) tapi gak tahu siapa yang mainin lampu sorot dan musiknya, ya jangan kaget kalau kamu jadi penonton yang duduk di barisan paling belakang, bahkan ditinggalin pas panggungnya udah ditutup. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi sekali lagi, track record speaks louder than any narrative. Dunia IPO bukan soal janji di dokumen, tapi soal rekam jejak, distribusi, skenario harga, dan pengendalian emosi pasar. Kalau kamu bisa membaca itu, kamu bisa ikut main dan keluar dengan senyum. Tapi kalau tidak? Ya, siap-siap jadi bagian dari statistik investor yang nyangkut massal dan bertanya-tanya, “Kok bisa saham sebagus ini malah turun terus?” Jawabannya: karena kamu lupa siapa yang pegang kendali sejak awal.
Contoh nyata IPO yang masuk kategori exit strategy terselubung bisa dilihat dari saham-saham seperti DUCK, ENVY, HKMU, dan JSKY. Polanya hampir sama: perusahaan IPO dengan narasi menarik, harga ditetapkan tinggi, tapi setelah listing... bandarnya tidak jaga harga, dan perlahan-lahan pemegang saham pengendali (PSP) justru jualan saham secara bertahap ke pasar. Ujung-ujungnya, porsi kepemilikan publik jadi membengkak hingga lebih dari 50%, sementara PSP keluar pelan-pelan sambil mengantongi cuan.
Ambil contoh DUCK. Setelah IPO, harga tidak bertahan lama, dan publik mulai kebanjiran saham. Volume harian konsisten tinggi, tapi arahnya ke distribusi. Setiap kali harga mau naik, tekanan jual datang dari “atas”—indikasi bahwa pemegang saham lama sedang jualan secara sistematis. Begitu juga dengan ENVY, yang listing dengan narasi teknologi tinggi tapi akhirnya masuk zona gocap, ditinggal pemilik lama, dan publik megang hampir seluruh sahamnya.
Hal yang sama terjadi di HKMU dan JSKY. Dua saham ini sempat jadi sorotan karena euforianya, tapi ternyata setelah masa euforia berakhir, PSP terus-menerus jualan di harga tinggi. Tidak ada usaha jaga harga, tidak ada ARA lock jangka panjang, dan akhirnya sahamnya jadi seperti lapak ritel. Ketika porsi publik di atas 50%, itu artinya sudah tidak ada “tangan besar” yang pegang dan punya kepentingan menjaga harga. Bandarnya sudah selesai tugasnya. PSP sudah keluar panggung.
Inilah kenapa penting banget untuk baca struktur IPO, bukan cuma laporan laba rugi atau janji ekspansi. Lihat berapa persen saham yang dijual oleh pemilik lama, bandingkan dengan dana yang masuk ke kas perusahaan. Kalau dana IPO sebagian besar masuk ke kantong pemegang saham lama, dan bukan untuk ekspansi, itu sudah kode keras: ini bukan fundraising untuk tumbuh, ini panggung keluar.
IPO seharusnya jadi momen perusahaan mengumpulkan modal buat bertumbuh. Tapi dalam banyak kasus seperti DUCK, ENVY, HKMU, dan JSKY, justru jadi momen di mana pemilik lama exit dengan potongan pajak ringan (hanya 0,6%) dan ritel dikasih mimpi palsu lewat prospektus indah. Maka, sebelum ikut IPO, selalu cek: siapa yang jualan, dan siapa yang beli. Kalau kamu beli saat PSP jualan... ya kamu bukan investor, kamu cuma jadi exit gate buat orang lain. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini poin krusial yang sering dilupakan banyak investor ritel: dalam 1–2 tahun pertama setelah IPO, semua saham bisa terlihat manis, tapi setelah lewat 3 tahun, barulah wujud aslinya kelihatan. Di awal, harga dijaga, laporan keuangan di-make up, dan narasi pertumbuhan terus diulang-ulang. Tapi waktu tidak bisa dibohongi. Begitu skenario jangka pendek selesai, topeng satu per satu mulai rontok.
Hal ini bisa kamu lihat dari deretan saham IPO beberapa tahun terakhir yang sekarang nasibnya... ya, mengenaskan. TOPS, JSKY, BAPI, CPRI, HKMU, PURE, ENVY, DUCK, FINN, KPAS, KPAL—semuanya sempat tampil meyakinkan di awal, ada yang ARA lock, ada yang dijanjikan ekspansi, bahkan ada yang rajin update proyek. Tapi setelah tiga tahun berjalan, satu per satu masuk daftar saham tidur, kinerjanya jeblok, laporan keuangannya bolong-bolong, dan akhirnya... kena suspend. Artinya? Perusahaan tidak bisa memenuhi kewajiban keterbukaan informasi, atau memang sudah tidak sanggup menjalankan bisnisnya.
Kenapa bisa begitu? Karena banyak IPO bukan dijalankan dengan niat bangun bisnis jangka panjang, tapi lebih ke skema exit strategy terstruktur. Di tahun pertama, harga dijaga, LK dimake-up, ada sentimen euforia, dan publik dibuai narasi pertumbuhan. Tapi begitu masa lock-up selesai, dan pemegang saham lama sudah exit semua, perusahaan ditinggal. Harga dibiarkan, kinerja gak ada perkembangan, dan emiten mulai gagal bayar utang atau tidak lagi layak secara operasional.
Investor ritel sering kejebak karena menilai IPO seperti beli saham blue chip. Padahal IPO itu seharusnya ditangani seperti main saham momentum—masuk cepat, keluar saat hype masih ada. Karena begitu masuk tahun ketiga, kamu gak lagi lihat saham yang sama seperti saat mereka presentasi di paparan publik. Kamu lihat versi asli: manajemen yang malas update, proyek mangkrak, laporan keuangan telat, dan bisnis yang gak berkembang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Makanya, penting banget untuk pahami bahwa dalam IPO, niat itu bisa dilihat dari struktur, track record UW, porsi dana ke perusahaan vs ke PSP, dan konsistensi kinerja pasca-IPO. Kalau semua sinyalnya menunjuk ke “panggung hajatan sesaat”, maka kamu harus punya strategi keluar sebelum musik berhenti.
Karena kalau kamu pegang terus tanpa sadar bahwa ini IPO bukan dibangun buat 10 tahun, tapi buat 10 minggu, ya ending-nya bisa seperti saham-saham tadi: dari ARA berjilid-jilid, berubah jadi saham gocap, dan akhirnya... suspend.
Jadi jangan pakai perasaan dan hati kalau main saham IPO. Kalau ARA Lock sudah terbongkar, move on aja.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$FORE $RATU $MDLA
1/10