$GOLD $BBRI
Kalau yang ikut saya sejak lama, pasti tau kalau saya lebih pro saham dari pada Crypto
Ada alasannya
Kenapa Tiap Kali Ada yang Menjelekkan Crypto,
Banyak yang Tersinggung?
Setiap kali ada yang mengkritik atau bahkan sekadar bercanda soal crypto, pasti ada gelombang reaksi defensif. Dari komen panjang penuh kemarahan, sampai utas-utas yang mencoba membuktikan bahwa "kalian yang belum paham." Tapi kenapa, sih, bisa segitunya?
Jawabannya simpel: banyak orang rugi dan mereka belum siap mengakui kebodohan mereka sendiri.
Euforia Buta yang Menyesatkan
Di masa bull run, semua merasa jenius. Masuk koin yang nggak jelas, naik 10x, langsung pamer di Twitter. Dianggap visioner karena ikut hype. Tapi kenyataannya? Mereka bukan investor, mereka cuma penumpang euforia. Mereka naik karena arus, bukan karena analisis atau skill. Dan saat arus itu berbalik, mereka tenggelam – bersama ego mereka.

Kerugian Finansial = Luka Ego
Kerugian uang bisa bikin frustasi. Tapi yang lebih sakit sebenarnya bukan nominalnya, tapi kenyataan bahwa mereka tertipu hype yang mereka sendiri ikut jual. Jadi, ketika ada yang berani bilang, “Crypto itu banyak scam-nya,” atau “NFT itu cuma bubble,” reaksi mereka bukan karena argumennya salah. Tapi karena itu seperti menampar wajah mereka dengan kenyataan yang sudah mereka hindari.
Delusi Kolektif sebagai Benteng Diri
Sebagian besar komunitas crypto tumbuh bukan dari fondasi fundamental yang kuat, tapi dari narasi kolektif: "Kita melawan sistem!" atau "Ini masa depan keuangan!" Tapi coba lihat jujur – berapa banyak dari mereka yang peduli soal teknologi? Rata-rata cuma mau cari cuan cepat. Dan ketika proyek gagal atau market crash, narasi berubah jadi: “Sabar, ini perjalanan jangka panjang.” Padahal udah rugi 90%.

Mengkritik Crypto Bukan Berarti Gagal Paham
Ironisnya, setiap kritik dianggap sebagai tanda “nggak ngerti teknologi.” Padahal banyak yang mengkritik justru pernah ada di dalam, pernah cuan, bahkan pernah jadi whale. Tapi mereka keluar karena sadar: pasar ini lebih banyak noise daripada value. Tapi sayangnya, di dunia crypto, keluar berarti “pengkhianat.”

Mereka Nggak Marah Sama Kamu. Mereka Marah Sama Diri Sendiri.
Kalau kamu bilang crypto penuh spekulasi, dan mereka langsung marah, itu bukan karena kamu salah. Mereka marah karena kamu bilang keras-keras sesuatu yang mereka tahu dalam hati, tapi nggak mau akui.
Dan itulah kenapa, selama masih ada orang yang belum berdamai dengan kerugian dan ego mereka, setiap kritik akan selalu dianggap serangan pribadi.

Toxic Optimism di Dunia Crypto: Harapan Palsu yang Dijual Beramai-Ramai
Di dunia crypto, ada satu penyakit mental kolektif yang susah disembuhkan: toxic optimism. Keyakinan buta bahwa “pasti akan naik lagi,” meskipun kenyataannya udah tinggal puing-puing. Dan yang lebih parah, optimismenya bukan muncul dari analisa—tapi dari ketakutan mengakui kalau semua ini bisa jadi salah arah.
"Ngerti Nggak, Bro, Ini Teknologi Revolusioner!"

Setiap kali grafik ambruk, muncul narasi lama: “Tenang aja, ini teknologi masa depan.” Tapi coba jujur, berapa banyak dari mereka yang benar-benar ngerti mekanisme layer 2, zk-rollups, atau tokenomics? Yang mereka tahu cuma dua kata: “bull run.”
Dan yang bikin miris, narasi ini dijual secara kolektif. Influencer, grup Telegram, sampai founder project. Semua pakai kata-kata manis: "buy the dip," "diamond hands," "hold for generational wealth." Padahal mereka tahu, proyeknya pun belum punya produk yang jalan.

Optimisme yang Dipelihara Demi Exit Liquidity
Kenapa narasi positif terus dipompa? Simple. Karena kalau semua orang panik, likuiditas hilang. Nggak ada pembeli = nggak ada exit. Jadi, yang rugi harus tetap percaya. Harus tetap yakin. Harus tetap jadi exit liquidity buat yang mau kabur.
Dan yang paling tragis: korban-korban ini ikut menyebarkan optimismenya ke orang lain, karena mereka butuh pembenaran. Kalau bisa ngajak orang lain percaya, mereka merasa keputusan mereka nggak seburuk itu.

Kebangkrutan yang Diselimuti Motivational Quotes
Setelah rugi besar, banyak yang berubah jadi motivator dadakan. “Trading itu proses belajar.” “Setiap rugi adalah pelajaran.” Tapi nggak lama kemudian, mereka masuk lagi ke proyek berikutnya yang sama-sama absurd. Ini bukan pelajaran. Ini lingkaran delusi.
Motivasi itu bagus. Tapi kalau jadi tameng untuk tidak introspeksi, itu namanya bunuh diri finansial yang ditunda.

Ketika Harapan Menjadi candu Kolektif
Toxic optimism bikin orang susah lepas dari market yang udah jelas-jelas merugikan mereka. Kenapa? Karena harapan itu candu. Rasanya lebih enak percaya kalau someday portofolio balik 10x, daripada nerima bahwa duit yang ilang itu hasil keputusan bodoh.
________________________________________
Kalau lu masih di dunia crypto dan mulai sadar ada yang nggak beres, jangan buru-buru nyari *pium baru. Kadang yang lu butuh bukan coin baru, tapi ketenangan untuk bilang: "Udah cukup." Saya keluar dari Coin Laknat dan Cuma akan beli $BTC !

Kenapa harus susah payah nulis panjang lebar gini yang buat 1 artikel kadang saya harus rapikan lagi text saya berminggu-minggu.
Karena Ini semua berdasarkan riset saya pribadi , untuk membuka mata para penjudi di coin2 ga jelas ! WAKE UP BRO !!

pada postingan sebelumnya saya juga sudah jelaskan kenapa saya lebih pilih saham dari pada BTC .
( tidak menutup kemungkinan saya pasti beli suatu saat , tapi hanya jika saya sudah paham seluk beluk Crypto )

Untungnya ini forum saham , bukan forum khusus crypto jadi mereka ga terlalu berani koar-koar beda kalau post di X

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy