Harga komoditas logam industri, seperti tembaga dan aluminium, mengalami penurunan signifikan akibat meningkatnya ketegangan dalam perang dagang dan kekhawatiran akan resesi global. Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga jatuh 2,3% menjadi US$8.458,50 per ton di London Metal Exchange (LME), sementara harga aluminium turun 1,4%. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif impor AS yang diberlakukan Presiden Donald Trump, yang telah mempengaruhi sentimen pasar secara global.
Goldman Sachs telah merevisi proyeksi harga tembaga, menurunkannya menjadi US$8.300 per ton, dengan potensi penurunan lebih lanjut ke level US$7.500 jika resesi di AS terjadi. Penurunan harga tembaga ini berisiko berlanjut jika produksi industri global melemah, dan proyeksi harga logam industri untuk 2025 cenderung menunjukkan tren penurunan. Aksi jual besar-besaran di pasar logam industri dimulai sejak 3 April 2025, pasca pemberlakuan tarif impor yang semakin memperburuk ketegangan perdagangan internasional.
Indeks logam LMEX Metals anjlok selama 10 hari berturut-turut, dengan harga aluminium mengalami penurunan terpanjang dalam sejarahnya, yaitu selama 15 hari berturut-turut. Dampak tarif yang diterapkan AS terhadap 60 mitra dagangnya, termasuk China, semakin memperburuk prospek pasar. Meskipun ada sinyal dari pejabat Washington yang terbuka untuk diskusi lebih lanjut, PM China Li Qiang menegaskan bahwa negaranya memiliki strategi tersendiri untuk menghadapi situasi ini.
Sumber: Bisnis
$ANTM $AMMN $TBMS