Perbedaan dan Persamaan antara Indonesia dan Vietnam dari segi ekonomi dan bursa saham:
Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dalam beberapa dekade terakhir. Keduanya mengandalkan sektor ekspor, manufaktur, dan sumber daya alam sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah seperti batu bara, minyak, gas, dan kelapa sawit. Di sisi lain, Vietnam mengalami pertumbuhan pesat dari sektor manufaktur dan teknologi, berkat kebijakan terbuka terhadap investasi asing dan relokasi pabrik-pabrik dari negara-negara maju ke Vietnam. Meskipun sama-sama bergantung pada perdagangan internasional, struktur ekonomi keduanya sedikit berbeda, di mana Vietnam lebih unggul dalam hal industrialisasi berbasis ekspor dan integrasi rantai pasok global, sedangkan Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memperkuat sektor industri hilir.
Dari segi pasar saham, baik Indonesia maupun Vietnam memiliki bursa saham utama yang mencerminkan performa ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia (IDX) memiliki indeks seperti IDX Composite dan IDX Kompas 100 yang merepresentasikan pergerakan harga saham dari perusahaan besar yang tercatat. Sementara itu, Vietnam memiliki indeks seperti VN100 dan VN30 yang menunjukkan kinerja saham-saham utama di Bursa Efek Ho Chi Minh. Persamaan mendasar antara kedua bursa ini adalah keduanya merupakan barometer penting dalam mengukur kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi dan kestabilan pasar dalam negeri. Meski begitu, ada perbedaan mencolok dalam kedalaman dan likuiditas pasar saham. Pasar saham Indonesia jauh lebih besar dan likuid dibanding Vietnam, didukung oleh jumlah investor domestik yang terus meningkat dan diversifikasi sektor emiten yang lebih luas.
Pada situasi terkini, terlihat bahwa kedua pasar saham sedang mengalami tekanan signifikan. Data menunjukkan bahwa indeks IDX Composite dan IDX Kompas 100 mengalami penurunan tajam, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi atau faktor eksternal tertentu. Hal yang sama juga terjadi di Vietnam, di mana VN100 dan VN30 turun drastis. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua negara memiliki keterkaitan dengan sentimen global, terutama terhadap pergerakan ekonomi besar dunia seperti Amerika Serikat, China, serta pergerakan mata uang. Ketika dolar Amerika menguat terhadap rupiah dan dong Vietnam, hal ini dapat menekan pasar saham dan membuat investor asing menarik dana dari pasar negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan serentak, faktor penyebab spesifik di masing-masing negara bisa berbeda, misalnya ketegangan politik domestik, inflasi, atau perubahan kebijakan fiskal.
Dalam jangka panjang, baik Indonesia maupun Vietnam masih memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan. Indonesia memiliki keunggulan dari sisi jumlah penduduk dan konsumsi domestik yang besar, yang menjadikannya pasar potensial bagi pertumbuhan sektor barang konsumsi dan jasa. Sedangkan Vietnam unggul dalam efisiensi biaya produksi dan konektivitas perdagangan global, menjadikannya tujuan utama investasi asing langsung (FDI). Pemerintah kedua negara terus mendorong digitalisasi, infrastruktur, dan peningkatan daya saing untuk menarik investor. Dari sisi pasar modal, upaya untuk meningkatkan literasi keuangan dan inklusi investor ritel menjadi fokus bersama. Dengan memperkuat regulasi, transparansi, dan akses teknologi, diharapkan pasar saham di kedua negara bisa tumbuh lebih stabil dan berkelanjutan, sekaligus menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi nasional.
$IHSG $INTP $KLBF
1/2