$DVLA: Tak Ada Saham yang Sempurna
Di pasar saham yang penuh dengan emiten yang heboh promosinya, DVLA tampil kalem dan cenderung underrated. Tapi di balik sikap kalem itu, DVLA punya isi yang kuat dan rapih. Data 2024 memperlihatkan banyak sinyal positif yang nggak bisa diabaikan begitu saja. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertama, dari sisi pendapatan, DVLA berhasil tumbuh +10,4% YoY menjadi Rp2,09 Triliun. Laba bersih juga naik +6,7% jadi Rp156 M. Ini menunjukkan bahwa bisnis mereka masih bertumbuh walau di sektor yang cenderung defensif. Margin kotor bahkan naik dari 51,6% ke 52,6%, artinya mereka bisa menekan biaya pokok penjualan atau berhasil mengarahkan penjualan ke produk dengan margin lebih tinggi. Meski margin operasional dan margin bersih agak turun tipis (10,1% → 9,9% dan 7,7% → 7,5%), penurunan ini wajar di tengah kenaikan biaya distribusi dan pemasaran yang umum di sektor consumer healthcare. Tapi tetap saja, secara keseluruhan, ini perusahaan yang tahu cara menjaga efisiensi dan kualitas pertumbuhannya.
Hal yang paling mencolok dari laporan keuangan DVLA tahun 2024 adalah ledakan arus kas operasi (CFO). Dari hanya Rp109 M di 2023, melonjak jadi Rp332 M di 2024. Ini bukan hasil penjualan aset atau kejadian luar biasa, tapi murni dari efisiensi operasional—piutang ditagih lebih cepat, persediaan dipangkas, dan mereka menahan kenaikan kewajiban. Alhasil, Free Cash Flow (FCF) ikut meroket dari Rp11 M ke Rp229 M. Angka ini bikin semua rasio valuasi jadi terlihat menarik: EV/FCF hanya 5,4x, EV/CFO 3,7x, dan P/FCF cuma 6,9x. Untuk sektor farmasi yang stabil dan nyaris tanpa utang, angka ini tergolong murah.
Modal kerja pun dikelola lebih efisien. DSO turun dari 128 hari ke 117 hari, DI turun dari 180 ke 146 hari, dan CCC menyusut dari 271 ke 232 hari. Artinya mereka butuh lebih sedikit waktu buat mengubah piutang dan persediaan menjadi uang tunai. Rasio likuiditas seperti current ratio (2,69), quick ratio (1,99), dan cash ratio (0,63) semuanya sehat. Bahkan, perusahaan nyaris tidak memiliki utang berbunga. Lease liabilities hanya sekitar Rp1 miliar—hampir nggak berarti kalau dibandingkan dengan kas Rp358 miliar. Dengan struktur seperti ini, WACC DVLA praktis setara dengan cost of equity, sekitar 11–12%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi valuasi, harga saham saat ini Rp1.420/lembar berarti market cap sekitar Rp1,59 Triliun. Kalau FCF 2024 dianggap sebagai baseline baru, fair value DVLA bisa tembus Rp3.100-an/lembar berdasarkan DCF. Tapi kalau mau lebih konservatif dan pakai rata-rata FCF 2023–2024 (~Rp120 M), nilai wajarnya tetap Rp1.650—masih lebih tinggi dari harga pasar. Bahkan dengan pendekatan Benjamin Graham pun, hasil valuasinya berkisar Rp2.500–Rp3.100, tergantung asumsi growth. Semua ini menunjukkan satu hal: pasar belum sepenuhnya menghargai kekuatan arus kas dan struktur modal DVLA.
Tapi jangan buru-buru kasih nilai A+. Karena meskipun keuangannya rapi, tetap ada sisi DVLA yang bikin kita harus angkat alis. Salah satunya adalah beban afiliasi yang besar. Mereka bayar Rp41 M untuk jasa manajemen ke induk (Blue Sphere Singapore) dan Rp34 M untuk royalti ke afiliasi lainnya. Dua komponen ini menggerus Rp75 M dari laba bersih, atau sekitar 48% dari total laba. Dan ini terjadi setiap tahun. Apakah nilainya sebanding dengan manfaat yang diberikan? Apakah ini akan terus bertambah? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini wajib ada di kepala investor minoritas.
Ada juga penurunan DPO, alias waktu pembayaran ke supplier, dari 37 hari ke 32 hari. Ini artinya perusahaan lebih cepat membayar utang ke pemasok, dan kalau pemasok itu adalah afiliasi, kita harus makin waspada. Bukan berarti ada pelanggaran, tapi dalam konteks corporate governance, setiap perlakuan spesial ke pihak berelasi harus diawasi ketat. Dan jangan lupakan, lonjakan FCF 2024 sangat mungkin disebabkan oleh efisiensi modal kerja yang mungkin tidak terulang. Kalau tahun depan persediaan dan piutang kembali naik, FCF bisa turun lagi ke level moderat. Maka jangan langsung diasumsikan bahwa FCF Rp229 M ini akan jadi standar baru.
Jadi, sebagai investor, kita harus bersikap seimbang: apresiasi kekuatan perusahaan, tapi jangan menutup mata terhadap potensi jebakan. Tindakan bijak bukan hanya pegang karena kelihatan murah, tapi terus pantau arus kas kuartalan, periksa rasio akrual, bandingkan porsi biaya afiliasi terhadap laba bersih, dan perhatikan apakah DSO, DI, dan DPO tetap stabil atau berubah ke arah yang mencurigakan. Buat skenario—apa yang terjadi kalau FCF turun 50%? Apakah valuasinya masih masuk akal? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Investor nggak perlu jadi idealis yang cuma cari perusahaan sempurna. Tapi juga jangan jadi optimis membabi buta. DVLA adalah contoh perusahaan yang secara fundamental sangat bagus—rasio efisien, valuasi murah, utang minim, dan arus kas kuat. Tapi tetap punya celah yang harus dijaga. Tugas investor bukan menutup mata pada kekurangan, tapi justru memahami mereka dan bersikap logis dalam menyikapi setiap peluang dan risikonya.
Karena dalam dunia saham, yang bertahan lama bukan yang ikut euforia, tapi yang tahu kapan harus realistis.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU