imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sebagus Apa $DVLA

Kalau kita bicara perusahaan farmasi yang jalannya nggak ribut tapi rapi dan stabil, nama PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) layak banget dilirik. Berdiri sejak 1976 dan listing sejak 1994, DVLA kini dikendalikan oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd.—anak perusahaan dari Unilab, grup farmasi raksasa asal Filipina yang dikenal punya jaringan kuat di Asia Tenggara. Struktur kepemilikannya sangat terkonsentrasi: 92,53% saham dipegang oleh Blue Sphere, sisanya hanya 7,47% untuk publik. Ini bikin free float-nya rendah, jadi jangan kaget kalau sahamnya agak jarang disentuh ritel. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bisnis DVLA terbagi tiga: pertama, produk obat resep (ethical) yang jadi tulang punggung revenue; kedua, produk OTC dan suplemen seperti Enervon dan Curcuma yang akrab di pasaran; dan ketiga, jasa maklon farmasi buat brand besar, termasuk Procter & Gamble (Vicks) dan Pierre Fabre. DVLA juga nggak jalan sendirian soal distribusi. Mereka serahkan urusan pengiriman ke distributor kakap macam Anugerah Pharmindo Lestari (APL), Enseval, dan Kimia Farma, yang artinya barang mereka gampang nyebar ke seluruh Indonesia.

Secara performa, DVLA mencetak pertumbuhan penjualan sebesar +10,4% YoY, dari Rp1,89 triliun (2023) ke Rp2,09 triliun (2024). Laba bersih juga naik dari Rp146 miliar ke Rp156 miliar atau sekitar +6,7%. Walau pertumbuhan labanya lebih lambat dari revenue, margin kotornya naik dari 51,6% ke 52,6%, yang artinya beban pokok penjualan lebih efisien atau strategi produk mereka makin matang. Tapi margin operasional dan margin laba bersih justru turun tipis dari 10,1% ke 9,9% dan dari 7,74% ke 7,48%. Artinya, beban operasional—terutama promosi dan biaya manajemen—masih cukup menggerus profitabilitas.

Yang paling mencolok dari semua ini adalah lonjakan kas dari operasi (CFO) yang meledak dari Rp109 miliar (2023) ke Rp332 miliar (2024)—naik lebih dari 200%. Lonjakan ini bukan karena one-off seperti jual aset, tapi karena manajemen berhasil menurunkan inventori (dari Rp453 miliar ke Rp399 miliar) dan mempercepat penagihan piutang. Mereka juga menunda pembayaran beberapa beban akrual, yang wajar dalam strategi efisiensi modal kerja. Tapi perlu dicatat juga, lonjakan ini bisa jadi nggak berulang. Kalau tahun depan stok kembali naik atau piutang molor, ya CFO-nya bisa turun lagi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Struktur keuangan DVLA tergolong premium: tanpa utang berbunga, hanya ada liabilitas sewa kecil. Total kas akhir 2024 tembus Rp358 miliar, dan total ekuitas Rp1,45 triliun, yang bikin neraca mereka kelihatan bersih dan kuat. Current ratio dan quick ratio di atas 2, alias likuiditas aman. Bahkan kalau lihat dari valuasinya pun cukup menarik: dengan harga saham Rp1.420 dan jumlah saham 1,12 miliar, market cap DVLA adalah Rp1,59 triliun. Itu berarti PBV 1,10x, PER 10,19x, dan P/FCF cuma 6,94x. Dari sisi EV/CFO (3,72x) dan EV/FCF (5,38x), artinya DVLA menghasilkan arus kas operasional yang jauh lebih efisien dibanding valuasi pasarnya.

Tapi bukan berarti semuanya mulus. Beban afiliasi cukup besar dan konsisten. Tahun 2024, mereka bayar management consulting fee ke Blue Sphere Singapore sebesar Rp41,1 miliar (naik dari Rp37,7 miliar), yang setara 2% dari revenue dan 26% dari laba bersih. Mereka juga harus bayar royalti ke ULS dan mitra lainnya sebesar Rp34,4 miliar. Total beban ini makan sekitar Rp75 miliar dari struktur biaya perusahaan. Memang kerja sama dengan brand global memberikan brand equity dan akses teknologi, tapi biayanya juga nggak murah.

Ancaman lainnya datang dari model distribusi yang bergantung pada pihak ketiga. Kalau sewaktu-waktu distributor utama seperti APL atau Enseval bermasalah, distribusi produk bisa terganggu. Ditambah lagi, dividen yang besar (Rp135 miliar di 2024) bikin ruang untuk investasi ekspansi jadi terbatas. Buat investor dividen, ini menarik. Tapi buat yang nyari growth jangka panjang, model ini agak konservatif. Apalagi jika biaya afiliasi makin naik, margin bisa makin tertekan.

Jadi kalau dirangkum: potensi utama DVLA ada di stabilitas bisnis farmasi yang defensif, neraca yang bersih, arus kas yang efisien, dan valuasi yang relatif murah untuk kondisi fundamentalnya. Cocok untuk investor yang suka perusahaan tenang, rajin setor dividen, dan nggak neko-neko. Ancamannya? Terdapat pada tingginya ketergantungan terhadap mitra afiliasi dan distributor, lonjakan kas yang mungkin tidak berulang, serta tekanan marjin dari biaya-biaya tetap yang semakin besar porsinya terhadap laba.

DVLA adalah tipe perusahaan yang nggak agresif tapi juga nggak rapuh. Kalau kamu cari saham growth dengan risiko tinggi dan potensi eksplosif, ini bukan untukmu. Tapi kalau kamu pengin pegang saham dengan napas panjang, duit masuk stabil, dan manajemen operasional yang rapi, DVLA ini pas banget. Yang penting, jangan anggap lonjakan CFO 2024 itu akan terjadi setiap tahun. Tetap waspada, tetap realistis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy