Berkah Perang Tarif?
Tadi ada user Stockbit yang share tentang ambles nya rupiah tembus 17.000 di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok tuh kayak drama politik yang ujung-ujungnya bikin ekonomi global ikutan masuk angin. Di Indonesia, efeknya paling kerasa di dua tempat: nilai tukar rupiah dan sektor pariwisata. Dan lucunya, dampaknya tuh bisa sekaligus nyakitin dan nyembuhin, tergantung dari mana kita lihatnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari rupiah dulu, yang jadi tumbal utama. Waktu perang dagang jilid pertama meledak tahun 2018, rupiah langsung tergelincir dari Rp13.300 ke kisaran Rp15.000 per dolar. Investor asing mulai jualan saham dan obligasi, terus kabur bawa duit mereka ke tempat yang lebih aman kayak dolar AS dan US Treasury. Alhasil, kurs rupiah jeblok, tekanan impor naik, dan neraca transaksi berjalan kita makin berat. Masuk ke perang dagang jilid dua tahun 2025, efeknya jauh lebih sadis. Di pasar NDF, rupiah udah tembus Rp17.059 per dolar, dan ada potensi lanjut ke Rp18.000–20.000 kalau ketegangan tarif makin liar. Padahal baru Maret 2025 kita masih di Rp16.500-an. Jadi bisa dibilang, dalam beberapa minggu aja rupiah keok nyaris seribu poin gara-gara Trump ngumumin tarif 32% buat Indonesia.
Tapi di tengah badai itu, ada satu sektor yang justru kelihatan sumringah: pariwisata. Iya, justru ketika dolar makin mahal dan rupiah lemah, Indonesia jadi “destinasi murah meriah” buat turis asing. Bayangin aja, orang Amerika atau Eropa datang ke Bali, dengan tukar kurs segitu, hotel bintang empat rasanya kayak bayar losmen. Data BPS nunjukin, di tengah tensi perang dagang 2018, jumlah turis asing ke Indonesia malah naik 12,58% jadi 15,81 juta kunjungan. Tahun 2019 naik lagi meskipun tipis, ke 16,11 juta. Lalu sempat ambruk pas pandemi, tapi di 2024 pariwisata comeback dengan total 13,9 juta kunjungan, naik 19,05% dibanding tahun sebelumnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Faktor kuncinya jelas: rupiah lemah bikin Indonesia makin menarik buat wisatawan mancanegara. Turis Tiongkok, yang awalnya sempat turun karena ekonominya ikut goncang di 2019, perlahan kembali jadi pasar penting. Sementara itu, wisatawan dari Malaysia, Australia, dan Eropa makin banyak. Dan buat masyarakat lokal? Liburan ke luar negeri jadi makin mahal, jadi banyak yang alihkan destinasi ke dalam negeri. Data Mastercard bahkan bilang, wisatawan Indonesia rata-rata keluar duit USD 1.200 buat sekali jalan-jalan ke luar negeri. Kalau rupiah tembus Rp20.000, itu sama aja kayak bayar Rp24 juta buat satu trip. Jadi lebih masuk akal staycation di dalam negeri.
Singkatnya, perang dagang bikin rupiah ngos-ngosan, bikin investor lari, dan bikin harga barang impor makin gak masuk akal. Tapi justru karena itulah, pariwisata jadi bintang baru yang gak kena tarif, bisa ekspor “jasa” tanpa hambatan, dan malah dapat bonus dari kurs lemah. Selama infrastruktur dan promosinya siap, sektor ini bisa jadi bantalan ekonomi yang tahan pukulan perang dagang. Dan kalau semua dikelola dengan cerdas, justru ini bisa jadi era keemasan baru buat wisata Indonesia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BAYU $GIAA $BREN
1/6