imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Jika Uang Muka 100 Milyar $PRIM Dibelikan SBN

PRIM seolah sedang menyembunyikan lubang besar di tengah laporan keuangannya, dan lubang itu bernama uang muka pembelian tanah Rp100 miliar. Sudah 4 tahun—sejak Desember 2020 hingga Desember 2024—uang ini duduk manis dalam neraca sebagai “aset tidak lancar lainnya”, tanpa ada perkembangan berarti. Tanah yang dibeli seluas 79.057 m² di Desa Sampali, Deli Serdang, dibayar ke individu bernama Djurpian, dengan harga total Rp130 miliar. Yang sudah dibayar Rp100 miliar, sisanya Rp30 miliar masih menunggu akta jual beli (AJB) yang gak jelas kapan akan dilakukan. Aneh? Iya. Karena selama 4 tahun, uang Rp100 miliar itu gak gerak sedikit pun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Nilainya juga bikin alis terangkat: Rp1,64 juta/m², jelas di atas harga pasar wilayah suburban seperti Sampali, yang biasanya berkisar Rp500–900 ribu/m². Sampai 2024, tanah itu gak juga dikapitalisasi jadi aset tetap, gak menghasilkan revenue, dan gak digunakan untuk operasional. Gak muncul juga dalam rencana pengembangan rumah sakit atau properti. Bahkan gak ada info status legal seperti SHM, IMB, atau fisik pembangunan di atasnya. Alias, uang besar yang “menghilang secara legal” di laporan keuangan.

Sekarang kita bandingkan. PRIM punya kas cuma Rp20,7 miliar, utang usaha ke vendor melonjak ke Rp94,3 miliar, dan total arus kas operasional 2024 hanya Rp47 miliar. Jadi sebenarnya mereka tercekik likuiditas. Tapi anehnya, mereka biarkan uang Rp100 miliar nganggur, tanpa menghasilkan apa-apa. Padahal, kalau uang itu dipakai beli SBN kupon 6%, PRIM bisa dapat Rp5,4 miliar bersih per tahun. Dalam 4 tahun? Total Rp21,6 miliar. Cukup untuk menutup 30% kerugian usaha, atau bahkan memperkuat kas setara 1/4 total posisi cash sekarang. Tapi itu tidak dilakukan.

Lebih parah lagi, saat PRIM justru rugi operasional Rp20,3 miliar, rugi bersih Rp18,42 miliar, dan gross margin turun jadi 24,8%, mereka malah naikkan gaji direksi dan komisaris 46%, sementara tunjangan pascakerja naik hampir 5x lipat. Lalu dari sisi piutang, mereka masih menahan Rp83,35 miliar, dengan lebih dari Rp44,77 miliar sudah lewat 120 hari. Ini dominan dari BPJS dan Kemenkes, dan cadangan kerugiannya? Cuma Rp1,93 miliar. Jadi kamu bisa lihat bagaimana PRIM duduk di atas tumpukan piutang macet, vendor yang belum dibayar, kas tipis, dan proyek ekspansi yang belum menghasilkan apa-apa.

Dan kembali ke uang muka itu—yang kini jelas bukan sekadar kesalahan administratif, tapi jadi indikator kelemahan pengelolaan dana, potensi ketidakjelasan penggunaan kas, dan bahkan bisa memunculkan kecurigaan soal rekayasa struktur aset untuk mempertahankan neraca terlihat “sehat”. Bukan menuduh, tapi sangat masuk akal untuk waspada. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

PRIM punya semua alasan untuk dihargai murah oleh pasar. PBV 0,2x bukan cerminan undervalued, tapi cerminan kepercayaan pasar yang sudah luntur karena ada uang besar yang seharusnya menghasilkan, tapi justru jadi beban diam. Investor bukan cuma ingin tahu PRIM akan bangkit atau tidak, tapi juga berhak tahu: ke mana sebenarnya perginya Rp100 miliar itu? Dan kenapa sampai sekarang belum juga kembali jadi sesuatu yang nyata?

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$SIDO $PRDA

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy