imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PRIM: Semurah Apa?

PRIM, alias PT Royal Prima Tbk, lagi-lagi jadi salah satu saham paling absurd yang bisa kamu temui di papan bursa. Di satu sisi, valuasinya kelihatan kayak diskon cuci gudang—PBV cuma 0,2x, kas masih ada Rp20,7 miliar, tanpa utang berbunga, dan perusahaan ini masih sanggup nyetak arus kas operasional positif Rp47 miliar tahun 2024. Kalau cuma lihat angka itu doang, kamu mungkin mikir, “Wah, ini hidden gem.” Tapi tunggu dulu. Karena di balik angka-angka kelihatannya murah itu, tersimpan tumpukan masalah yang bikin sakit kepala bahkan sebelum kamu sempat beli sahamnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pertama, mari kita bahas yang bagus dulu biar nggak langsung depresi. PRIM ini punya aset tetap besar, total Rp576 miliar net, dan nggak ditumpangi utang bank. Ekuitasnya masih tebal di Rp962 miliar, dan semua liabilitasnya jangka pendek. Arus kas dari pelanggan naik jadi Rp297 miliar (naik dari Rp240 miliar), artinya revenue yang mereka catat itu beneran masuk ke rekening, bukan cuma angka di kertas. Cash conversion-nya mendekati 100%, dan cash conversion cycle (CCC) turun drastis dari 167 hari jadi 59 hari. Kenapa bisa begitu? Karena mereka tunda bayar ke vendor alat medis sampai DPO-nya meledak ke 153 hari. Iya, ini taktik yang lumayan manjur buat jaga likuiditas jangka pendek.

Mereka juga lagi ekspansi. Capex gede banget, tembus Rp102 miliar—mayoritas buat beli alat medis dan bangun rumah sakit baru. Gaji rata-rata karyawan juga naik 8,5%, jadi sekitar Rp11,1 juta/bulan, mungkin karena beban SDM makin fokus ke dokter dan perawat. PRIM bahkan nambah satu direktur baru di 2024, seolah-olah bersiap jadi rumah sakit yang lebih profesional. Arus kas operasional pun positif, dan proyek bangun guna serah (BOT) senilai Rp186 miliar sedang berjalan. Jadi ya, dari permukaan, kelihatan kayak ada harapan.

Tapi di balik itu semua, risiko yang mereka hadapi brutal. Tahun 2024, PRIM rugi Rp18,42 miliar, naik tajam dari rugi Rp1,77 miliar tahun sebelumnya. Rugi operasional pun makin dalam: dari minus Rp6,6 miliar jadi minus Rp20,3 miliar. Gross margin jeblok dari 28% ke 24,8%, dan operating margin hancur lebur di -6,8%. Pendapatan memang naik 13% jadi Rp299 miliar, tapi beban naik lebih cepat. Tambah parah, tunjangan pascakerja melonjak hampir 5x lipat jadi Rp3,87 miliar, dan PRIM justru menaikkan gaji direksi dan komisaris sebesar 46%, padahal perusahaan lagi berdarah-darah. Ini bikin kamu garuk kepala: perusahaan rugi, tapi bosnya malah naik gaji. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu ada utang usaha. Tahun 2023 cuma Rp25,6 miliar, 2024 langsung meledak jadi Rp94,3 miliar, mayoritas ke vendor alat kesehatan. Itu artinya PRIM ngutang ke pemasok buat beli barang, tapi belum bisa bayar. Persediaan juga makin numpuk, dari Rp54,6 miliar ke Rp68 miliar, tapi revenue nggak tumbuh sebanding. Belum lagi piutang—Rp83,35 miliar, dan 52% di antaranya sudah lewat 120 hari. Ini dominan berasal dari BPJS dan Kemenkes. Masalahnya? BPJS dan Kemenkes itu bayar lambat, bahkan PRIM sendiri ngaku dalam CALK bahwa ini jadi fokus risiko audit utama. Tapi cadangan piutang macetnya? Cuma Rp1,93 miliar. Artinya, manajemen anggap itu masih aman, padahal seharusnya kamu curiga—itu rawan overstatement aset dan bisa jeblok sewaktu-waktu.

Soal likuiditas? Jelas bahaya. Semua utang jatuh tempo dalam 12 bulan, total Rp99 miliar, tapi kas cuma Rp20,7 miliar. Artinya PRIM sekarang hidup dari nafas utang ke vendor, sambil nunggu piutang BPJS cair. Nggak ada fasilitas pinjaman standby, nggak ada rencana konkret cari dana, nggak ada dividen, dan sahamnya stagnan. Kalau BPJS makin lama bayarnya, vendor minta cash, dan proyek baru belum menghasilkan, PRIM bisa kesulitan bayar operasional. Itu krisis kas potensial.

Jadi, PRIM itu semacam cigar butt yang nempel di trotoar. Masih ada sisa asapnya, tapi kamu harus nekat buat ngisep, sambil siap mental kalau tiba-tiba batuk dan muntah. Potensinya? Kalau BPJS cair, proyek jadi, dan revenue loncat, valuasinya bisa multibagger. Tapi bahayanya? Kalau cash kering dan piutang nggak tertagih, ini saham bisa mentok di gocap, atau lebih parah: out dari papan.

Kalau kita gabungkan semua analisis valuasi PRIM dari berbagai pendekatan—baik yang standar kayak PER, PBV, sampai yang super konservatif gaya Benjamin Graham (NCAV & NNCW), bahkan yang lebih ke skenario stress-test kayak write-off piutang BPJS dan Kemenkes—maka hasilnya bukan cuma menunjukkan bahwa saham ini murah, tapi juga menjelaskan kenapa pasar memberi harga semurah itu. Dan spoiler alert: bukan karena undervalued, tapi karena fundamentalnya memang rusak.

Mulai dari yang paling umum: PBV. Secara permukaan, PRIM memang kelihatan kayak hidden gem. PBV-nya cuma 0,2x, artinya harga saham cuma 20% dari nilai bukunya. Tapi kalau kita koreksi nilai buku itu dengan pendekatan konservatif—misalnya dengan menulis habis piutang yang udah >120 hari atau bahkan piutang dari BPJS dan Kemenkes—maka PBV-nya tetap rendah, sekitar 0,21x hingga 0,22x. Tetap kelihatan murah? Sekilas iya. Tapi kita belum selesai.

Lanjut ke PER. PRIM mencatat rugi bersih Rp18,42 miliar di 2024. Itu bikin PER-nya jadi negatif -10,7x. Tapi begitu kita coret piutang macet yang gak jelas itu dari laba, kerugian membengkak jadi Rp63,19 miliar kalau hanya exclude piutang >120 hari, atau bahkan Rp83,5 miliar kalau kita coret juga piutang dari BPJS dan Kemenkes. Hasilnya? PER makin memburuk jadi -3,1x atau -2,36x. Intinya, saham ini gak bisa diukur pakai PER karena bisnisnya masih merugi berat, bahkan makin parah kalau kita realistis soal piutangnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang kita lihat dari kacamata Graham, lewat NCAV dan NNCW. Setelah kita bersihin piutang tua >120 hari, NCAV PRIM cuma Rp87,13 miliar, artinya per lembar saham hanya Rp25,70. Harga pasar saat ini Rp58. Jadi saham diperdagangkan 2,26x dari NCAV-nya, jelas gak lolos kriteria deep value. Lebih parah lagi, NNCW cuma Rp5,11 miliar (atau Rp1,51/lembar)—dan dengan market cap Rp197 miliar, berarti PRIM dihargai 38,5x dari nilai net-net bersihnya. Buat investor Graham, ini udah sinyal merah besar.

Jadi meskipun PBV kelihatan menarik, pendekatan valuasi lainnya bilang sebaliknya:

PER? Minus dan makin dalam

NCAV? Gak lolos

NNCW? Sangat jauh dari murah

Valuasi aset? Rapuh karena piutang gak likuid dan persediaan menumpuk

Cashflow? Positif tapi cuma bisa dipakai buat nutup lubang vendor, bukan investasi

Singkatnya, PRIM kelihatan murah karena memang pantas dikasih harga diskon. Bukan karena undervalued, tapi karena bisnisnya penuh risiko struktural—mulai dari ketergantungan pada piutang pemerintah yang lambat bayar, ekspansi tanpa hasil, sampai tekanan likuiditas dan potensi gagal bayar ke vendor. Jadi kalau ada yang bilang “PBV-nya murah banget”, ya memang betul. Tapi yang harus ditanya: “Murah karena kesempatan, atau murah karena pasar sudah nyerah?” Dan semua data yang kita bongkar barusan menjawab dengan cukup jelas: murah karena pasar udah nyerah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Meskipun laporan keuangan PRIM tampak seperti daftar luka-luka korporasi—mulai dari piutang macet, rugi operasional, hingga tekanan likuiditas yang nyata—anehnya saham ini masih bertahan di bursa dan bahkan masih ada investor yang memegangnya. Bukan karena mereka tidak baca laporan keuangan, tapi karena ada beberapa potensi tersembunyi yang, kalau semua berjalan mulus (dan itu big if), bisa jadi penyelamat dan alasan kenapa PRIM tetap eksis.

Pertama, kita lihat dari aset. PRIM bukan perusahaan ecek-ecek dari segi skala. Mereka punya aset Rp1,08 triliun, tanpa utang berbunga, dan basis utamanya adalah rumah sakit—bukan startup khayalan. RSU Royal Prima Medan jadi tulang punggung utama, menyumbang Rp229 miliar revenue (77% total), dan masih dikunjungi pasien. Di saat banyak bisnis gak jelas, PRIM setidaknya masih punya bangunan, alat medis, dan pasien nyata. Bahkan proyek bangun-guna-serah di Marelan menyumbang aset Rp186 miliar. Jadi kalau investor lihat neraca, ada sesuatu yang nyata dan bisa dikelola.

Kedua, revenue PRIM masih tumbuh. Dari Rp265 miliar naik ke Rp299 miliar (+12,8%). Bukan cuma angka, tapi cash dari pelanggan juga nyaris setara, yaitu Rp297 miliar. Artinya, layanan rumah sakit mereka memang dipakai dan dibayar—terutama oleh BPJS dan Kemenkes. Masalahnya bukan revenue fiktif, tapi lambatnya pencairan dan tingginya biaya. Ini penting, karena banyak perusahaan lain bahkan gak bisa nyetak cash walau omzet naik. PRIM masih bisa. Kalau suatu saat piutang pemerintah cair (yang sekarang totalnya Rp60 miliar lebih), maka cash langsung terisi, dan krisis likuiditas bisa tertolong.

Ketiga, PRIM sedang ekspansi. Mereka habiskan lebih dari Rp100 miliar buat beli alat medis dan bangun RS baru. RS Marelan memang masih rugi besar (Rp11,7 miliar di 2024), tapi revenue-nya tumbuh 16,5%. Jadi meski sekarang kelihatan seperti beban, Marelan sebenarnya sedang masuk fase “bakar uang sebelum balik modal”. Sama seperti RS Jambi yang dulu rugi, lalu sempat untung, dan sekarang drop lagi. Kalau Marelan bisa break even di 1–2 tahun ke depan, itu bisa mengubah profil keuangan PRIM secara total.

Lalu kenapa masih dipertahankan? Karena buat investor spekulatif, PRIM itu seperti proyek properti terbengkalai—harganya murah banget (PBV 0,2x), bangunannya masih berdiri, dan kalau ada tukang yang bener, proyeknya bisa selesai dan dijual mahal. Kalau piutang cair, Marelan sukses, dan beban ditekan, PRIM bisa balik cetak laba. Bahkan kalau cuma untung Rp10 miliar setahun, market cap bisa lompat 2x lipat. Tentu, itu skenario optimis. Tapi justru di situlah potensi PRIM—bukan karena sekarang bagus, tapi karena ekspektasi masa depan belum mati total.

Jadi singkatnya, PRIM itu bukan saham indah. Tapi seperti rokok terakhir di bungkus: gosong, tipis, tapi buat sebagian orang yang butuh harapan, masih layak disulut. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MIKA $SILO

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy