$PTRO: Transformasi Setelah Lepas Dari $INDY
Request dari salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
$CUAN mengakuisisi PTRO dari INDY Februari tahun lalu. Tahun 2024, revenue PTRO naik dari US$ 577,6 juta ke US$ 690,8 juta. Artinya naik 19,6%, dan itu bukan angka kecil buat sektor konstruksi dan tambang. Lebih menarik lagi, segmen konstruksi & rekayasa tumbuh 83,8% dari US$ 162,9 juta ke US$ 299,2 juta. Sekarang konstruksi nyumbang 43,3% dari total revenue, menggeser jasa tambang yang dulu dominan. Kenapa ini penting? Karena margin laba dari konstruksi itu 14,3%, sedangkan jasa tambang cuma 1,26%. Jadi arah pergeseran ini bukan cuma soal angka, tapi juga soal kualitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Backlog PTRO per akhir 2024 ada di US$ 2,89 miliar. Ini termasuk:
BP Berau (CCUS) senilai US$ 302 juta, durasi sampai akhir 2025
Vale Pomalaa US$ 175 juta, proyek nikel sampai 2026
Pasir Bara Prima senilai US$ 1,08 miliar, life of mine (kontrak tambang batubara sampai habis)
Global Bara Mandiri US$ 230 juta, durasi 8 tahun
Empat proyek ini aja udah ngisi 62% dari total backlog. Di luar itu masih ada Freeport (FPJO), Kideco, KSM, Mekko, FMR, NJD, dan belasan klien lainnya yang punya proyek aktif. Jadi yang bilang PTRO cuma punya dua proyek besar itu salah besar, mereka punya banyak proyek, cuma memang yang gede nominalnya ya itu-itu aja.
Soal klien, nggak main-main. Freeport Indonesia, BP Berau, Vale Indonesia, dan Kideco adalah pelanggan yang stabil, bonafide, dan bayar tepat waktu. Buktinya? Arus kas dari pelanggan di 2024 tembus US$ 725 juta, padahal revenuenya cuma US$ 690 juta. Itu berarti cash conversion ratio 105%. Lebih tinggi dari banyak kontraktor besar lain yang cuma dapet angka di bawah 90%. Piutang juga sehat karena 70% belum jatuh tempo, dan tidak ada piutang >365 hari. Penyisihan kerugian cuma US$ 86 ribu, kecil banget. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi sayangnya, pendapatan tinggi itu belum ngasih dampak langsung ke laba bersih. Laba PTRO justru turun dari US$ 12,4 juta (2023) ke US$ 9,95 juta (2024), alias minus 19,8%. NPM-nya? 1,4%. Artinya setiap US$ 100 revenue, PTRO cuma bawa pulang US$ 1,4 sebagai laba. Margin kotor 13,1%, margin operasi 5,6%. Masih tipis banget, dan itu karena beban tetap (SDM, alat berat, sewa) masih mendominasi. Bahkan segmen tambang yang nyumbang US$ 290 juta revenue, cuma kasih laba US$ 3,6 juta. Itu margin 1,2%. Jadi kerja keras, hasilnya tipis.
Parahnya lagi, arus kas operasi jeblok: dari US$ 107 juta ke US$ 28 juta. Free cash flow (FCF)? Minus US$ 89,7 juta. Itu karena capex gede banget tahun ini, naik 2x dari tahun sebelumnya. Kas memang naik dari US$ 73 juta ke US$ 115 juta, tapi itu didorong utang, bukan hasil usaha. Total utang berbunga naik 33%, dari US$ 435 juta ke US$ 578 juta. Net gearing tembus 113%. Beban bunga? Naik ke US$ 25,9 juta. Ini artinya ekspansi besar PTRO dibiayai utang, bukan dari laba atau kas internal. Gimana dampaknya? Kalau proyek gagal atau molor, bayarnya tetap jalan, tapi duitnya belum masuk.
Masalah berikutnya: valuasi. Dengan harga saham Rp 2.440 dan jumlah saham beredar 10,08 miliar, market cap PTRO tembus Rp 24,8 Triliun. Tapi laba bersihnya cuma Rp 165 Miliar. Hasilnya? PER 149x, PBV 5,98x. Sebagai perbandingan, Fluor (AS) cuma PER 2,7x, TechnipFMC 15x, Saipem (Italia) 14,6x. Mereka semua punya revenue belasan miliar dolar dan proyek global. Sedangkan PTRO? Masih di bawah US$ 1 miliar revenue, profit mini, dan sebagian proyek masih di fase awal eksekusi. Jadi valuasi ini bisa dibilang terlalu berani, pasar lagi naruh ekspektasi sangat tinggi, seolah-olah semua proyek bakal selesai tepat waktu, margin naik, dan arus kas langsung membaik.
Risiko lain yang gak kalah penting: ketergantungan ke proyek besar. 4 proyek tadi (BP, Vale, PBP, GBM) menyumbang 60% lebih dari backlog. Memang ada proyek lain, tapi kalau satu aja dari proyek besar ini mandek atau gagal, ya efek dominonya bisa ke mana-mana. Sampai sekarang belum ada pengungkapan kontrak baru yang besar setelah 2026. Jadi kalau proyek Vale dan BP selesai, tapi belum ada yang ngisi, bakal kelihatan kosong. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan jangan lupakan satu catatan khusus: proyek SRN (pabrik tailing) senilai US$ 130 juta pernah dihentikan mendadak. Dari situ, PTRO nyangkut piutang US$ 12,8 juta yang katanya dicicil, tapi ya belum tahu cair kapan. Ini jadi pengingat bahwa proyek besar itu high risk-high return, dan semuanya tergantung eksekusi lapangan.
Tapi ya begitulah PTRO. Dari sisi operasional dan backlog, mereka lagi on fire. Perusahaan tambang dan konstruksi lokal lain belum tentu punya klien selevel BP, Freeport, Vale, dan backlog hampir US$ 3 miliar. Tapi dari sisi keuangan, mereka lagi di fase “ngebut pakai utang”, dan hasilnya masih kecil. Valuasi udah kayak unicorn, padahal profitnya baru setara BUMDes.
Jadi, PTRO ini memang kandidat masa depan—tapi ekspektasinya harus realistis. Mereka punya potensi jadi EPC kelas regional, bisa main di proyek transisi energi dan EV, tapi dengan catatan: margin harus naik, utang harus mulai ditekan, dan proyek harus tereksekusi sempurna. Satu slip saja, bisa mahal banget akibatnya.
Sekarang, tinggal investor yang menentukan, kamu mau jadi penonton di tribun yang nunggu PTRO tampil spektakuler, atau kamu siap jadi supporter dari sekarang dengan risiko naik rollercoaster bareng? Yang jelas, ini bukan saham buat yang hatinya lemah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU