Dollar Aussie dan Bursa Aussie Sama - Sama Dibantai
Ada user Stockbit yang share tentang dollar Australia yang kena bantai di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Ketika rakyat Indonesia sibuk liburan dari 28 Maret sampai 7 April 2025, dunia luar lagi diguyur badai tarif dan kepanikan pasar. Tapi dari semua negara yang kena sanksi dagang Amerika, yang paling jatuh tersungkur justru bukan China, bukan Vietnam, bukan Indonesia yang kena tarif 34%, tapi malah… Australia. Negara yang kena tarif "cuma" 10% ini langsung kolaps kayak baru ditampar ekonomi global. Dolar Aussie ambruk 4,86% ke 0,6017 — level yang belum mereka lihat sejak COVID masih trending di Twitter. ASX 200 jeblok 2,44%, All Ordinaries juga tumbang 2,55%, dan saham-saham elit Australia berdarah-darah. Bahkan Macquarie (MQG), yang biasa tampil rapi di suit and tie, langsung dilucuti pasar dan dilempat ke jurang minus 9%. Dramatis? Iya. Rasional? Tentu tidak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi kenapa pasar global tega banget sama Australia? Jawabannya simpel, itu karena Australia itu proxy kesayangan pasar buat China. Kalau China bersin, yang masuk ICU duluan ya Australia. Di tahun 2024, 30% ekspor Australia digiring ke China — paling besar porsinya, dan sangat tergantung pada bijih besi, gas, dan batu bara. Artinya, kalau China mulai kena tarif dan slowdown, investor global langsung pencet tombol panic sell ke AUD, tanpa pikir panjang. Bandingin sama Indonesia, yang ekspor ke China emang besar juga — sekitar 24% dari total ekspor — tapi jauh lebih terdiversifikasi dan gak dijadikan patokan trader forex buat hedging. Sorry to say, rupiah itu gak cukup keren buat jadi indikator sentimen China.
Kenapa gak pakai rupiah aja buat lindung nilai? Ya karena spread-nya lebar, likuiditasnya cetek, dan ada BI yang siap intervensi tiap detik. Sementara AUD itu seksi: bisa diperdagangkan 24 jam, likuid, dan punya pasar derivatif global. Jadi kalau ada sentimen negatif soal Asia, mau itu tarif, COVID, atau bahkan komentar Jerome Powell yang bikin bingung, trader tinggal jual AUD. Gak peduli itu tarifnya 10% atau 1%, yang penting mereka bisa hedge posisi dengan cepat. Australia pun jadi samsak favorit.
Dan jangan lupa, ekonomi domestik Australia juga gak ngasih bantuan apa-apa. RBA gak bisa potong suku bunga banyak-banyak karena inflasi belum nurut. Utang rumah tangga juga udah setinggi langit. Pasar properti gelembungnya udah kayak balon ulang tahun bocah. Jadi pas dunia goyah dan investor mulai flight to safety, AUD ditinggal, bursa saham dijual. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, Indonesia? Ya aman… karena libur. IHSG lagi cuti panjang, jadi gak bisa ikut panik dulu. Rupiah memang melemah ke Rp16.600, tapi gak ada aksi jual gila-gilaan karena pasar tutup. Apakah rupiah segitu wajar? Secara historis enggak. Tapi pasar juga lagi gak peduli soal wajar-nggak-wajar. Yang penting bisa parkir duit aman. Jadi kalau minggu depan bursa kita buka dan tiba-tiba IHSG ikut jatuh, ya jangan kaget. Kita cuma delay masuk neraka, bukan lolos.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$IHSG $USDIDR $OIL
1/2