imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saham Rich Cash

Donald Trump mengguncang dunia lewat perang tarif edisi terbaru. Kali ini, tak tanggung-tanggung: semua negara dikasih tarif dasar 10%, dan Indonesia, sebagai “favorit” baru, disapa dengan 32% tarif resiprokal. Total? 42% tarif ekspor ke AS. Dan kalau kamu pikir ini hanya ancaman kecil, silakan coba ekspor CPO, tekstil, atau elektronik hari ini dan tunggu invoice bea masuk dari pabean Uncle Sam. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Akibatnya? Dunia mulai tersedak. Investor kalang kabut, produsen menjerit, dan pemerintah mulai menyusun kalimat manis semacam “kita sudah siapkan strategi jangka panjang” sambil diam-diam mengetuk meja World Bank. Tapi, di tengah gejolak ini, ada sekelompok emiten yang tampak... adem. Mereka bukan cuma bertahan, tapi duduk manis di atas tumpukan uang tunai. Ya, mereka adalah 25 saham dengan kas lebih besar dari total liabilitas—istilah kasarnya, perusahaan yang bisa bayar semua utangnya sekarang juga dan masih punya sisa buat ekspansi, dividen, bahkan beli kompetitor yang megap-megap.

$ITMG duduk di atas kas Rp16 Triliun dan utang Rp7,64 Triliun. Surplus? Rp8,36 Triliun.

$ADRO punya Rp22,72 Triliun kas dan utang Rp21,51 Triliun. Tipis? Ya, tapi tetap surplus.

LSIP bahkan lebih elegan: kas Rp5,45 Triliun dengan utang mini Rp1,29 Triliun—selisih Rp4,17 Triliun, cukup untuk beli satu pabrik baru plus renovasi kantor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tak berhenti di situ. Ada MBAP, UNIC, OMED, MSTI, SMSM, MIKA, $PRDA, dan puluhan lainnya yang juga punya kas ratusan miliar hingga triliunan, dengan liabilitas yang begitu kecil sampai bisa bikin iri auditor pajak.

Sekilas, mereka tampak tak terkalahkan. Perang tarif? Who cares. Tapi tentu, kita tidak hidup di dunia utopis. Pertanyaan penting berikutnya adalah: apakah semua emiten sultan kas ini benar-benar aman? Jawabannya, tidak selalu.

Mari kita klasifikasikan. Yang benar-benar aman dan bahkan bisa tumbuh di tengah kehancuran adalah mereka yang bermain di sektor tambang, kesehatan, properti, dan logistik domestik.

ITMG, ADRO, MBAP misalnya. Mayoritas ekspor ke India, China, dan Asia Tenggara. Perang dagang AS gak relevan bagi mereka. Justru mereka bisa manfaatin chaos global untuk ekspansi, beli aset diskonan, atau menegosiasikan kontrak lebih menguntungkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

OMED, MIKA, PRDA yang bergerak di sektor kesehatan justru bisa makin subur, karena kebutuhan medis tidak mengenal resesi. Apalagi setelah pandemi, dunia tahu: jangan main-main sama rumah sakit dan farmasi.

MKPI dan RDTX, si pemain properti komersial, juga tak terdampak langsung. Harga lahan mungkin stagnan, tapi dengan kas mereka, mereka bisa akuisisi area baru, atau bahkan masuk ke kawasan industri yang akan booming setelah relokasi pabrik dari Tiongkok. Tapi sayangnya, tidak semua berada di taman bunga. Ada juga yang secara kas sehat, tapi secara sektor, berdiri di tengah ladang ranjau.

UNIC, produsen kimia, bisa kena efek bahan baku impor dari China atau ekspor produk ke AS yang makin mahal.

SMSM, si jagoan suku cadang otomotif, bisa kehilangan pasar ekspor dan margin karena bahan impor naik harga.

LSIP, pemain CPO, langsung masuk dalam daftar produk ekspor yang kena tarif Trump. Harga jual bisa turun, volume permintaan bisa anjlok, dan margin bisa menipis. Sialnya lagi, mereka adalah eksportir berat—dan ya, 42% bea masuk itu bukan angka yang bisa kamu senyumin begitu saja. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu muncul pertanyaan lanjutan dari meja rapat:
“Gimana kalau permintaan global ambruk dan harga komoditas jatuh bebas?” Bayangkan skenario, harga batu bara turun dari $150 ke $80. Harga CPO turun ke RM2.500. Harga logam, minyak, gas, dan karet ikutan rontok. Permintaan dari China dan India turun karena perang dagang bikin ekonomi mereka ngos-ngosan. Dan kita belum bicara resesi Eropa atau stagflasi AS.

Dalam skenario itu, bahkan perusahaan paling sehat pun akan goyah. Pendapatan menurun, margin tipis, laba berkurang drastis.
Tapi di situlah letak keistimewaan para sultan kas ini. Mereka tidak terpaksa menjual aset, tidak tergantung pinjaman bank, dan tidak khawatir gagal bayar utang. Mereka bisa duduk dulu, evaluasi situasi, dan pilih strategi Potong capex atau Tunda ekspansi atau Efisiensi operasional atau Akuisisi kompetitor atau Hedging harga Atau... beli kembali saham mereka sendiri waktu valuasi murah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sementara perusahaan lain udah mulai meeting darurat tiga kali seminggu, para sultan kas masih sempat jalan pagi, ngopi sore, dan kalau perlu, pura-pura stres biar investor tenang.

Kuncinya satu, mereka kas sehingga punya waktu. Dan waktu adalah kemewahan langka dalam krisis.

Kalau dunia ambruk karena perang tarif dan harga komoditas ikut runtuh, semua pasti terdampak. Tapi sultan kas adalah satu-satunya spesies yang tetap punya pilihan. Mereka bukan cuma bertahan. Mereka bisa mengambil alih. Bisa jadi predator di tengah darah dan reruntuhan. Mereka bukan cuma survive—mereka bisa pulang dari krisis ini dengan aset lebih banyak dan posisi lebih kuat.

Karena dalam dunia kapitalisme brutal ini, kas bukan sekadar raja.

Kas adalah dewa.
Dan para penyembah kas inilah yang akan menulis ulang peta pasar setelah krisis usai. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy