imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TUGU Anak Pertamina: Apakah Ada Laba Oplosan Seperti Pertamax?

Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang TUGU yang sudah saya sampaikan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita ngomongin semua sisi negatif TUGU, ya harus jujur-jujuran aja. Di tengah semua narasi soal “core bisnisnya makin kuat” dan “valuasinya kelewat murah,” tetap aja ada hal-hal yang bikin wajah laporan keuangan 2024 ini kelihatan kusut. Dan bukan cuma satu atau dua hal—ada belasan titik rawan yang perlu diperhatikan, apalagi buat investor yang gak cuma cari cerita manis tapi juga waspada sama jebakan di balik angka-angka. Upgrade skill Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pertama-tama, laba bersih TUGU jeblok parah, turun 42.3% dari Rp1.30 triliun ke Rp750 miliar. Ini bukan koreksi ringan. Ini tajam. Dan meskipun kita tahu penyebabnya banyak yang sifatnya satu kali, tetap saja secara headline, ini bikin persepsi pasar negatif dan bikin harga saham jadi enggan bangkit.

Turunnya laba ini salah satunya disebabkan oleh pendapatan lain-lain yang anjlok dari Rp1.05 triliun ke cuma Rp106 miliar. Tahun 2023 itu penuh “bonus”—mereka menang perkara litigasi lawan Citibank Hong Kong, yang nyumbang Rp84 miliar ke laba, plus ada “laba lainnya” Rp981 miliar yang kemungkinan besar datang dari revaluasi aset atau untung one-off dari investasi. Tahun ini? Ya, sisa-sisa litigasi doang, cuma Rp44 miliar, dan laba lainnya tinggal Rp46 miliar. Hilang hampir satu triliun langsung dari pos itu saja.

Belum cukup? Pendapatan investasi mereka juga kena hantam. Reputasi TUGU sebagai investor konservatif gak cukup menyelamatkan tahun ini. Reksadana yang tahun lalu untung Rp37 miliar, sekarang malah rugi Rp37,9 miliar. Properti investasi juga dari untung Rp24,7 miliar tahun lalu jadi rugi Rp25,3 miliar. Belum lagi dividen saham turun dari Rp39,9 miliar ke Rp17,3 miliar. Ini semua bikin total pendapatan investasi anjlok 24% ke Rp440 miliar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Saham-saham yang mereka pegang juga banyak yang nyungsep. $SMRA rugi Rp3,04 miliar, ASII Rp2,02 miliar, $BSDE Rp1,12 miliar, CTRA hampir Rp1 miliar. Total nilai wajar saham yang anjlok mencapai Rp8,9 miliar. Setelah ditutup-tutupi sedikit sama gain dari BBCA, INDF, UNTR, dan ICBP, total net unrealized loss-nya masih tetap minus Rp5,63 miliar. Memang belum direalisasi, tapi tetap potong angka laba.

Yang juga gak bisa diabaikan adalah penurunan tajam arus kas operasional dari Rp2,13 triliun ke Rp410 miliar. Banyak yang panik lihat angka ini, padahal penyebabnya sebagian besar karena 2023 ada kas masuk Rp1,11 triliun dari litigasi, yang tahun ini gak ada lagi. Selain itu, pembayaran kas ke tertanggung, reasuradur, pemasok, dan karyawan naik Rp1,05 triliun. Arus kas masih positif, tapi margin-nya jadi tipis.

Kemudian, kita lihat juga bahwa cadangan klaim IBNR naik hampir dua kali lipat, dari Rp216 miliar ke Rp423 miliar. Ini memang langkah konservatif dan bisa dibilang sehat secara manajemen risiko. Tapi tetap saja, efeknya langsung ke bawah—laba bersih makin kecil.

Lalu kalau kita masuk ke bisnis non-asuransi, jujur aja ini jadi beban. Segmen luar negeri malah nyumbang revenue negatif Rp8 miliar. Segmen offshore? Margin -189%. Kapal? Margin -35%. Alih-alih menyumbang laba, segmen-segmen ini malah jadi sumber rugi. Artinya, upaya diversifikasi yang mereka lakukan selama ini belum bisa bawa kontribusi nyata, malah masih bikin luka di laporan keuangan.

Tambahan lagi, mereka masih nyimpen dua MTN default dari era purbakala: SNP Finance dan Sunprima, masing-masing Rp50 miliar. Udah dicadangkan sih, tapi tetap jadi catatan masa lalu yang belum bisa benar-benar dibersihkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dan terakhir, meskipun TUGU ini luar biasa disiplin secara fundamental, tetap aja pasar belum melirik. Valuasi yang kelewat murah—PBV 0.33x dan PER 4.6x—bisa jadi bukan cuma soal undervalued, tapi juga sinyal pasar belum percaya. Sentimen lemah, likuiditas tipis, dan investor yang gak sabaran bisa bikin saham ini stuck terlalu lama, bahkan ketika kondisi bisnisnya udah membaik.

Jadi ya, meskipun TUGU punya banyak sisi positif, sisi gelapnya juga gak bisa dianggap remeh. Tapi penting juga disadari: hampir semua kelemahan ini bersumber dari faktor non-operasional, efek pasar, dan rugi satu kali. Core bisnis mereka justru makin sehat, efisien, dan stabil. Artinya, ini bukan perusahaan yang rusak—ini perusahaan yang kena musim jelek. Dan seperti biasa, kalau musimnya ganti dan pasar balik waras, saham-saham kayak TUGU biasanya yang lari paling kencang. Tapi sebelum itu, ya memang butuh sabar, dan butuh berani baca di luar headline. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy