imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MTDL: Apakah Bagus?

Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) ini kalau dilihat sekilas, kelihatan kayak saham idaman investor: PER cuma 6,3x, PBV 1,18x, ROE 17,7%, laba bersih 2024 tembus Rp1,07 triliun. Tapi jangan buru-buru mimpi. Begitu kita kulik, ternyata yang pegang setir bisnis bukan si MTDL ini sendiri. Dia cuma duduk manis sebagai holding, yang sibuk kerja banting tulang ya anak-anaknya, terutama Synnex Metrodata Indonesia (SMI) dan Mitra Integrasi Informatika (MII). Revenue si induk ini cuma Rp1,07 triliun alias 4,3% dari total pendapatan konsolidasi Rp25,15 triliun. Laba bersihnya juga cuma Rp292,95 miliar, dan lucunya, 76% dari itu datang dari dividen anak. Jadi bisa dibilang: MTDL ini cuma hidup dari uang jajan yang diberikan anak - anaknya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi neraca, aset induknya Rp1,65 triliun dari total Rp11,65 triliun grup. Jadi 86% aset ada di anak-anak. SMI sendiri nyumbang Rp19,65 triliun revenue dan Rp652 miliar laba, tapi MTDL cuma punya 50%. MII yang ngurusin solusi IT, nyumbang Rp6,19 triliun revenue dan diperkirakan cetak laba Rp432 miliar—lumayan, karena yang ini 100% punya MTDL. Nah, kalau kita hitung NAV kasar: SMI Rp3,26T (dari Rp6,52T x 50%), MII Rp4,32T, anak-anak lain Rp500 miliar, ditambah kas induk Rp614 miliar, total sekitar Rp8,7 triliun. Market cap MTDL hanya Rp6,7 triliun, jadi harga pasarnya justru 23% di bawah estimasi nilai intrinsik. Tapi tunggu dulu. NAV per saham hasil hitungan tadi sekitar Rp356, sedangkan harga pasar saham MTDL saat ini ada di kisaran Rp545. Artinya, investor publik sebenarnya membeli saham ini dengan premium 53% di atas NAV. Jadi bukan diskon, malah mark-up. Lucunya, meskipun bayar premium, yang didapat investor publik cuma remah-remah dari dividen anak yang numpang lewat.

Kalau kita lihat struktur labanya, datanya makin bikin mengelus dada. Total laba bersih konsolidasi (gabungan semua anak dan induk) adalah Rp1,070,53 miliar. Tapi yang benar-benar diatribusikan kepada entitas induk hanya Rp740,57 miliar. Sisanya, yaitu Rp329,96 miliar, dinikmati pemegang saham nonpengendali. Lalu, kalau kita hanya melihat induk saja tanpa anak-anak, laba bersihnya cuma Rp292,95 miliar. Dan dari total laba anak-anak usaha yang segede gaban itu, yang benar-benar masuk ke kas induk dalam bentuk dividen cuma Rp207,86 miliar. Jadi, dari Rp1,07 triliun laba konsolidasi, yang masuk ke kas induk cuma 19%. Sisanya? Yah, silakan tanya ke manajemen, atau lebih tepatnya: silakan lambaikan tangan ke pemegang saham non pengendali. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Masalah yang lebih besar muncul saat kita lihat sisi cash flow. Arus kas operasi induk hanya Rp21 miliar—itu pun sudah termasuk perubahan modal kerja. Padahal kas seluruh grup Rp1,56 triliun. Tapi kas itu bukan dipegang induk—itu nongkrong santai di SMI dan MII. SMI sendiri punya kas akhir Rp584,8 miliar dengan arus kas operasional Rp124,4 miliar. MII juga kemungkinan serupa. Tapi semua uang itu nggak otomatis ngalir ke induk. Jadi meskipun grupnya kelihatan kaya raya, induk cuma kebagian sisa, cukup buat operasional dan kasih sedikit dividen.

Dividen dari anak-anak ke induk 2024 hanya Rp207,86 miliar. Total dividen yang dibagikan ke investor publik Rp257,8 miliar, artinya payout ratio terhadap laba bersih konsolidasi hanya 24%, dan payout terhadap laba induk sekitar 88%. Tapi jangan terkecoh—karena laba induk pun sebagian besar cuma hasil dividen. Jadi kayak orang kerja jadi makelar, lalu bagi hasil dari komisi, bukan dari usaha langsung. Yield-nya? 3,1% dari market cap. Padahal kalau semua anak usaha mau bagi dividen maksimal (SMI Rp202M, MII Rp210M, anak lain Rp70M), total dividen ke induk bisa mencapai Rp482M. Itu bisa kasih yield 7,1%. Tapi ya itu, semuanya tergantung niat. Kalau manajemen anak maunya ekspansi terus, ya investor harus ikhlas cuma nonton angka-angka cantik tanpa hasil konkret. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dan ini bukan soal teori doang. Kita lihat data riil: dari Rp25,47 triliun kas masuk dari pelanggan secara konsolidasi, induk cuma menyumbang Rp1,47 triliun. Sisanya 94% datang dari anak-anak. Tapi yang lucu: yang pegang kendali di bursa ya si induk ini. Jadi investor publik pegang saham holding yang nggak ngapa-ngapain tapi harus percaya bahwa uangnya akan disalurkan dengan bijak. Ironi korporat versi lengkap.

Dan itu belum termasuk soal governance. Mayoritas kas disimpan di anak, tapi apakah MTDL punya leverage untuk maksa mereka bagi hasil? Jawabannya: enggak juga. Apalagi SMI cuma dimiliki 50%. Artinya separuh kontrol dan separuh laba bisa dimakan pihak lain. Jadi potensi laba besar itu tidak otomatis jadi realisasi keuntungan investor publik. Dan kalau kamu ngarep ada mekanisme pasar yang maksa perusahaan bagi dividen lebih gede, jangan berharap banyak. Market kita belum sekeras itu.

Secara performa bisnis, anak-anak MTDL cakep. SMI dan MII sama-sama tumbuh +13% YoY di 2024. Gross margin SMI 6,5%, MII 15%. ROIC estimasi di atas 20%. Jadi secara bisnis, perusahaan jalan. Tapi ini bukan soal bagusnya bisnis, ini soal berapa banyak investor publik bisa kecipratan hasilnya. Dan saat ini jawabannya: sedikit. Sangat sedikit.

Kalau MTDL mau unlock value beneran, ada beberapa opsi: IPO anak (khususnya SMI), spin-off MII, buyback saham induk pake cash anak, atau tingkatkan payout ratio minimal 50%. Dengan strategi seperti itu, valuasi bisa naik signifikan. Tapi selama manajemen tetap pakai strategi konservatif yang hanya kasih 24% dari laba ke investor, saham ini akan terus kelihatan murah tapi nggak ngasih apa-apa. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi MTDL itu holding yang isinya anak-anak tajir tapi kurang royal. Investor publik beli saham ini dengan harga premium, tapi aksesnya ke laba anak sangat terbatas. Saham ini bukan value trap, tapi juga belum layak disebut value stock sejati. Bisnisnya kuat, asetnya besar, labanya stabil. Tapi distribusinya pelit, payout-nya kecil, dan kontrol ke anak pun terbatas. Kayak restoran bintang lima yang dapurnya mewah, pelayannya cekatan, tapi kamu sebagai tamu cuma dikasih liat foto makanannya di katalog. Silakan masuk kalau kamu tahan lapar sambil nunggu janji manis manajemen.

Dari seluruh anak usaha MTDL, Synnex Metrodata Indonesia (SMI) tercatat sebagai mesin pertumbuhan laba paling signifikan dalam laporan keuangan tahun 2024. SMI membukukan laba bersih sebesar Rp652,1 miliar, naik dari Rp578,4 miliar di tahun sebelumnya—artinya ada kenaikan sekitar 12,7% YoY. Selain menjadi penyumbang laba terbesar bagi grup, SMI juga memperlihatkan kestabilan dalam pertumbuhan yang konsisten dan sehat, menunjukkan kekuatan model bisnis distribusinya. Di sisi lain, segmen solusi dan konsultasi TI yang dijalankan oleh Mitra Integrasi Informatika (MII) juga mencatat pertumbuhan laba sebelum pajak sebesar 13,2% YoY, dari Rp477,1 miliar menjadi Rp540,1 miliar. Meski secara persentase MII sedikit lebih tinggi, secara nominal dan kontribusi ke total laba grup, SMI tetap memimpin. Jadi, kalau bicara soal anak usaha mana yang jadi penopang utama pertumbuhan laba konsolidasi MTDL tahun ini, jawabannya tegas: SMI, si anak distribusi yang kerja keras menghasilkan angka jumbo. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dalam laporan keuangan 2024, terdapat tiga prinsipal utama yang menjadi pemasok terbesar bagi MTDL, yakni Infinix Mobility Limited, Asus Technology Group, dan Hewlett Packard Enterprise (HPE). Jadi ini MTDL bisnis smartphone juga seperti $ERAA dan $MAPI. Tapi MTDL pakai Infinix.

Infinix muncul sebagai prinsipal terbesar di tahun 2024 dengan nilai transaksi mencapai Rp3,35 Triliun, setara 13,33% dari total pendapatan bersih, padahal di tahun sebelumnya belum muncul dalam daftar prinsipal signifikan. Asus menempati posisi kedua dengan transaksi Rp2,82 Triliun atau 11,23% dari pendapatan, naik 3,9% dari tahun 2023 yang sebesar Rp2,72 Triliun. Sementara itu, HPE sempat menjadi prinsipal besar pada 2023 dengan nilai transaksi Rp2,73 Triliun (12,36%), namun di tahun 2024 tidak lagi masuk daftar utama, yang mengindikasikan penurunan kontribusi. Ketiganya merupakan pihak ketiga tanpa hubungan afiliasi langsung, tetapi memiliki hubungan bisnis strategis yang signifikan dengan MTDL dalam rantai pasok dan solusi TI. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy