Ketika berinvestasi saham, saya setuju sekali dengan statement Warren Buffett yang menyarankan agar kita menganggap tidak ada quotation atau harga saham, maupun ticker yang tiap hari naik turun, sehingga investor fokus terhadap performa bisnis sebuah emiten.

Dengan begitu, investor bisa fokus dengan kinerja bisnis alih-alih menebak siapa yang akan membeli saham saya di harga mahal.

Contoh seperti $LEAD yang sempat jadi primadona investor dengan story turnaround-nya, asumsinya… dari rugi jadi laba, dan menimbulkan euforia sementara. Euforia ini adalah gabungan ketika market kaget melihat PE-nya jadi murah dan fundamental yang terlihat lebih baik dari sebelumnya, yang membuat investor/spekulan bisa exit ketika fenomena ini terjadi.

Fenomena ini saya anggap sebagai fenomena fundamental yang semu, karena real cash yang di-deliver perusahaan adalah dividen atau yang non-cash seperti growth laba yang mempertebal saldo laba yang bisa dipakai untuk meyakinkan calon kreditur atau sekadar mempertebal cash supaya tidak ketergantungan hutang berbunga yang pada akhirnya mempertebal modal yang bisa membesarkan ekuitas perusahaan.

Untuk objektivitas analisis bisnis, saya anggap saja LEAD tidak Tbk, di neraca bisa terlihat ada defisit saldo laba US$51 juta, asumsi bisa konsisten mencetak laba US$3 juta, maka investor harus menunggu 17 tahun hingga saldo labanya 0 kembali di luar aksi korporasi seperti kuasi reorganisasi seperti akan dilakukan $BUMI.

Namun mungkin ada pertanyaan lanjutan,

“Kalau memang semu, kenapa ada konversi utang jadi saham? Bukankah yang konversi artinya terjebak dalam kesemuan?”

Oh, tentu tidak. Ketika perusahaan menukar hutangnya menjadi ekuitas, maka kepemilikannya akan jadi signifikan yang bisa mempengaruhi keputusan bisnis sebuah emiten.

Misal, kreditur yang akan dikonversi bisa menjual hutangnya ke perusahaan pengapalan atau yang butuh logistik, dengan begini saldo laba bisa negatif namun bisa dibuat kontrak dengan harga yang sangat rendah dibanding kompetitor yang membantu perusahaan menjadi efisien secara laba, ya ibarat dividen nggak dapat tapi dituker nambel beban operasi… atau gaji direksi/komisaris.

Masalahnya, investor ritel tidak akan mendapatkan fasilitas ini, makanya saya bilang semu dan fokus di dividen atau growth karena itu saja yang paling pertama yang akan dirasakan secara langsung investor minoritas.

Namun tentu di real case-nya, market price dan fundamental akan selalu berdampingan meski tak selalu beriringan. Ada investor yang menyukai memanfaatkan euforia semu ini, ada juga investor yang tidak menyukai cara itu dan memilih yang lebih jelas kinerjanya dengan saldo labanya masih positif, entah karena growth factor atau dividen atau gabungan keduanya.

Pilihlah mana yang sesuai dengan dirimu, lagi pula seperti Warren Buffett yang membeli AAPL ketika saldo laba dan profitabilitasnya sudah jelas tetap membuatnya untung ratusan persen dengan nominal yang tidak kalah besar dengan investor cuan ribuan persen di masa saldo laba dan profitabilitas AAPL yang masih tanda tanya.

Selamat liburan dan happy investing.

$PTBA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy