imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$FWCT Perusahaan Kayu Apa?

Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau bicara FWCT alias PT Wijaya Cahaya Timber Tbk, rasanya seperti ketemu murid rajin yang nilainya bagus, nggak pernah bolos, nggak pernah bikin ulah, tapi entah kenapa masih belum dilirik jadi ketua OSIS. Padahal, sepanjang 2024, kinerja keuangannya nyaris tanpa cela. Revenue mereka tembus Rp1,31 triliun, naik 38% dari tahun sebelumnya yang cuma Rp948 miliar. Bukan cuma asal naik volume, tapi margin juga makin kinclong. Gross Profit Margin naik dari 13,9% jadi 15,4%, pertanda biaya produksi nggak ngikut liar walau pendapatan melonjak. Bahkan Operating Margin udah naik ke 8,2%, dan Net Profit Margin pun ikut-ikutan membaik ke 5,3%. Laba bersih mereka? Melejit dari Rp41,46 miliar ke Rp69,46 miliar, tumbuh hampir 70%. EPS? Dari Rp22,50 ke Rp37,04 per lembar saham. Ini bukan pertumbuhan biasa—ini level pertumbuhan yang bikin emiten sebelah pengen nanya: “makan apa sih tiap pagi?” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi yang bikin FWCT lebih menarik bukan cuma laba bersih yang melonjak. Yang bikin geleng-geleng kepala adalah cashflow-nya. Di 2023, Arus Kas Operasi (CFO) mereka masih minus Rp1 miliar. Tapi di 2024? Tiba-tiba jadi positif Rp87,8 miliar. Ini bukan perbaikan kecil—ini perubahan drastis. Dan bukan karena akal-akalan akuntansi, karena CFO mereka justru lebih tinggi daripada laba bersih. Akumulasi piutang dan manajemen persediaan makin efisien. DSO cuma sekitar 10 hari, persediaan makin ramping, dan perputaran kas makin cepat. Hasilnya, Free Cash Flow (FCF) mereka tembus Rp51,5 miliar. Artinya, setelah bayar semua gaji, bahan baku, dan belanja aset tetap, mereka masih punya duit nganggur yang bisa dipakai buat apa aja. Bayar utang? Bisa. Simpan kas? Bisa. Bagi dividen? Ya, bisa juga.

Ngomong-ngomong soal utang, total interest-bearing debt FWCT di akhir 2024 sekitar Rp213 miliar. Tapi kas mereka juga gede: Rp104 miliar. Jadi net debt-nya cuma Rp109 miliar. Bandingin dengan FCF Rp51,5 miliar, artinya seluruh utang bisa lunas dalam 2,1 tahun kalau mereka nekat alokasikan semua FCF buat bayar utang. Kalau mau main kasar pakai total utang tanpa potong kas, ya maksimal 4,1 tahun kelar. Ini jelas bukan perusahaan yang terjerat utang. Mereka punya leverage, iya, tapi leverage yang sehat. Malah lebih kelihatan sebagai alat akselerasi ekspansi daripada sekadar gali lubang tutup lubang.

Dari sisi neraca, total aset mereka naik jadi Rp657 miliar, naik dari Rp567 miliar. Aset lancar mereka naik signifikan, terutama kas & bank, yang melonjak dari Rp58 miliar ke Rp103 miliar. Persediaan malah sedikit turun, padahal penjualan naik—ini artinya manajemen logistik mereka udah mulai main level efisiensi. Liabilitas juga naik, dari Rp283 miliar ke Rp322 miliar. Tapi karena ekuitas juga naik signifikan ke Rp335 miliar, rasio utang terhadap modal masih sangat aman. Tidak ada tanda-tanda struktur keuangan yang rapuh.

Tapi ya, secemerlang apa pun anak sekolah, tetap saja bisa punya nilai merah di beberapa pelajaran. FWCT ini salah satunya. Mereka lumayan tergantung sama “keluarga” sendiri. Veneer mereka dibeli dari WTPI, dan hampir 13% pembelian perusahaan berasal dari sana. WTPI ini pihak berelasi, alias “teman satu rumah.” Kalau hubungan ini adem ayem, ya aman. Tapi kalau tiba-tiba ada drama internal atau konflik kepentingan, pasokan bahan baku bisa terancam. Belum lagi soal pendanaan. Sebagian utang mereka datang dari PT Fortuna Anugrah Sumber Terpadu (FAST), yang juga pihak berelasi. Totalnya Rp43 miliar, dan tiap tahun mereka harus setor bunga hampir Rp4 miliar. Ini jadi pertanyaan: kenapa pinjam ke “orang dalam”? Apa karena lebih fleksibel? Atau karena akses ke bank terbatas? Yang jelas, risiko konsentrasi tetap ada.

Lalu beban operasional. Beban SGA mereka naik dari Rp59,8 miliar jadi Rp96,9 miliar. Tumbuh 62%. Ya wajar sih kalau perusahaan lagi ekspansi, tapi kalau pertumbuhannya jauh di atas revenue, bisa jadi PR. Apalagi kalau kenaikan ini ternyata nggak memberi efek proporsional ke penjualan di masa depan. Di sinilah sisi ketidaksempurnaan FWCT kelihatan. Mereka masih perlu kontrol yang ketat terhadap biaya non-produktif. Karena sekeras apapun jualan, kalau biaya administrasi kelewat bocor, margin bisa berdarah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi pembiayaan, mereka punya utang ke bank seperti $BBNI $BBCA dan Eximbank, dengan segala macam syarat dan covenants. Misalnya, dilarang ganti pemegang saham pengendali tanpa izin bank, dilarang merger tanpa persetujuan, harus jaga rasio DER dan current ratio. Untungnya, sampai saat ini FWCT masih taat aturan. Rasio keuangan mereka masih sesuai standar bank. Tapi tetap saja, perusahaan seperti ini hidup di bawah “kontrak”, dan salah langkah sedikit bisa bikin keringat dingin.

Apakah mereka rekayasa laba? Kita cek Beneish M-Score-nya. Hasilnya -2,45. Batas merahnya -2,22. Artinya, FWCT aman—tidak terindikasi manipulasi. Bahkan beberapa rasio pendukungnya kelihatan positif: TATA negatif (CFO lebih besar dari laba), GMI rendah (margin makin baik), DSRI turun (piutang tumbuh lebih lambat dari penjualan). Jadi sejauh ini, laporan keuangannya bisa dibilang “nggak ngibul”.

Dan jangan lupakan sisi manusianya. Jumlah karyawan naik dari 103 ke 125 orang. Tapi justru revenue per karyawan naik dari Rp9,2 miliar ke Rp10,5 miliar. Laba per karyawan juga naik dari Rp0,4 miliar ke Rp0,55 miliar. Artinya, tiap orang yang direkrut benar-benar menghasilkan, bukan sekadar jadi beban gaji. Kalau biasanya nambah orang bikin produktivitas per orang turun, di FWCT malah kebalik: nambah orang, produktivitas naik. Sungguh langka di negeri yang penuh dengan kantor sibuk bikin meeting tapi nggak ada output.

Jadi, FWCT ini perusahaan yang sehat secara operasional, efisien secara kas, dan masuk akal secara valuasi. Tapi tidak steril dari risiko. Ketergantungan terhadap pihak berelasi, biaya operasional yang melonjak, dan posisi industri yang sensitif terhadap harga kayu dan pasar ekspor jadi titik rawan. Namun, tidak ada indikasi kebobrokan akut. Tidak ada tanda manipulasi laba. Tidak ada cashflow yang palsu. Tidak ada utang yang membengkak diam-diam. Mereka bukan perusahaan sempurna, tapi juga bukan perusahaan yang hidup dari ilusi akuntansi.

FWCT ini seperti siswa juara kelas yang tiap ujian dapet nilai 90, tapi nggak pernah tampil gaya atau pamer. Kalem, stabil, dan produktif. Cuma ya itu—kalau publik masih belum sadar nilainya, bukan salah dia. Kadang memang, dunia lebih sibuk tepuk tangan buat yang teriak paling kencang, bukan yang kerja paling senyap. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy