imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$CPRO vs $BSBK: Sama - Sama Revaluasi Aset, Sama - Sama Gocap Tapi Beda Efek

Diskusi hari ini tentang revaluasi aset BSBK dan CPRO di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Sekilas, keduanya sama-sama gocap. Yang satu tiba-tiba tekor di Q4, padahal Q3 masih cengar-cengir, dan yang satu lagi tiba-tiba tajir dengan lonjakan laba sampai 783%. Tapi seperti biasa, laporan keuangan itu kayak trailer film: kelihatannya seru, padahal kenyataannya bisa plot twist banget. Begitu kita bongkar dalamnya, ternyata dua perusahaan ini sama-sama main “revaluasi,” tapi ending-nya beda nasib—satu jujur ngaku turun nilai, satu lagi tampil kinclong karena revaluasi bikinan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kita mulai dari CPRO dulu, karena kisahnya lebih down to earth. Sampai Q3, perusahaan ini udah ngantongin laba bersih Rp342,6 miliar, dengan arus kas yang juga sehat. Tapi pas laporan tahunan keluar, eh kok malah labanya turun jadi Rp320,2 miliar. Artinya di Q4, perusahaan rugi sekitar Rp22,4 miliar. Padahal revenue kuartal itu naik, malah jadi yang tertinggi sepanjang tahun: Rp2,39 triliun. Jadi masalahnya bukan di jualan yang seret. Ternyata sumber tekornya datang dari pos sakti bernama "beban operasi lain", yang mendadak bengkak kayak harga cabai pas Lebaran.

Gimana enggak? Di Q3, beban ini baru Rp61,6 miliar, masih dalam batas wajar. Tapi saat tahun ditutup, pos ini naik jadi Rp255 miliar. Artinya, cuma dalam 3 bulan terakhir, beban ini nambah Rp194 miliar. Isinya? Ya impairment aset tetap, write-off barang yang udah gak ada nilainya, dan penyisihan piutang yang kemungkinan besar udah dicoret dari WhatsApp. Tapi semua ini sifatnya non-kas alias nggak bikin duit keluar. Jadi meskipun laba bersih turun, arus kas tetap kuat. CFO malah naik ke Rp766 miliar, dan FCF jadi Rp466 miliar. Total utang berbunga juga turun dari Rp1,9 triliun ke Rp1,7 triliun. Dalam bahasa warung kopi: rugi di laporan, tapi dompet tetap tebal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Nah, sekarang kita lompat ke BSBK, yang kisahnya lebih mirip sinetron kejar tayang. Laba bersih tahun 2024 tercatat Rp349,58 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang cuma Rp39,6 miliar. Kenaikannya? Bukan 100%, bukan 200%, tapi 783%. Terdengar seperti perusahaan nemu tambang emas di halaman belakang. Tapi setelah dibongkar, ternyata Rp270,58 miliar dari laba itu berasal dari revaluasi properti investasi. Jadi kalau itu dikeluarin, laba bersih real-nya cuma Rp79 miliar—angka yang jauh lebih wajar untuk bisnis properti.

Ini revaluasi bukan yang ditaruh diam-diam di penghasilan komprehensif lain kayak yang dilakukan CPRO. Nggak, ini revaluasi yang langsung masuk ke laporan laba rugi. Jadi otomatis mendongkrak profit. Properti yang sebelumnya dinilai sekian ratus miliar, tiba-tiba disulap naik nilainya jadi Rp1,97 triliun. Sah secara akuntansi? Iya. Tapi apakah itu menambah kas? Sayangnya, enggak. Ini semacam nambahin saldo rekening dengan tulisan tangan—kelihatan lebih kaya, padahal duitnya belum masuk. Revaluasi ini memang sesuai PSAK 13 dan PSAK 16, tapi dampaknya bisa bikin investor salah sangka, apalagi kalau mereka cuma baca headline laba tanpa nyentuh catatan kaki.

Masalahnya makin menarik ketika kita lihat kondisi kas dan utangnya. CFO BSBK sebesar Rp105,26 miliar, dan FCF-nya Rp63,86 miliar. Sementara itu, total liabilitas Rp775,59 miliar, dengan utang jangka pendek Rp156,58 miliar. Tapi kas hanya Rp18,70 miliar. Kalau dianalogikan, ini seperti punya utang Rp100 juta tapi isi rekening cuma Rp2,4 juta. Bahkan kalau seluruh CFO ditambahkan ke kas, totalnya tetap nggak cukup untuk bayar semua utang jangka pendek. Ya, mesti cari uang tambahan.

Lalu kenapa repot-repot revaluasi properti? Ternyata BSBK punya pinjaman ke BPD Kaltim Kaltara sebesar Rp372,08 miliar, yang dijamin dengan properti dan piutang senilai Rp490 miliar. Nah, dengan properti yang nilainya “naik” lewat revaluasi, perusahaan bisa terlihat lebih “bankable.” Ini strategi umum di dunia properti: kalau nilai agunan naik, bank jadi tenang, kredit tetap lancar. Tapi kalau properti itu suatu hari harus dijual dan cuma laku setengah dari nilai buku, ya tinggal nunggu timing untuk drama berikutnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi, balik ke pertanyaan utama, apakah sama-sama revaluasi? Iya.
Tapi yang satu revaluasi turun dan dicatat diam-diam di ekuitas, satu lagi revaluasi naik dan langsung bikin laba meledak.
CPRO tampil jujur walau bikin labanya turun, sedangkan BSBK tampil kinclong walau 77% labanya non-kas.

CPRO itu kayak orang yang bilang: "Ini aset saya nilainya turun, saya catat apa adanya."

BSBK itu kayak orang yang bilang: "Ini rumah saya harganya naik dua kali lipat, jadi saya anggap saya kaya."
Dua-duanya legal, dua-duanya akuntabel. Tapi yang satu kelihatan kalem, yang satu lagi seperti baru dapet warisan digital.

Sebagai investor, penting banget untuk paham: nggak semua laba itu bisa dipakai bayar utang, dan nggak semua rugi berarti cash bocor. Kalau laporan keuangan itu panggung, maka revaluasi adalah pencahayaan. Tergantung dari mana kamu melihat, perusahaan bisa kelihatan terang… atau justru terlalu silau untuk dilihat dengan jernih.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BREN

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy