imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Perusahaan Semen Indonesia yang Bisa Bertahan di Tengah Oversupply

Diskusi tentang industri semen Indonesia di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Masalah paling klasik sekaligus kronis di industri semen Indonesia bisa dirangkum dalam dua kata sederhana: kelebihan pasokan. Kapasitas produksi nasional sudah tembus lebih dari 100 juta ton per tahun, tapi permintaan dalam negeri mentok di kisaran 60–65 juta ton. Jadi, tiap tahun ada 30–40 juta ton semen yang cuma numpuk di silo, gudang, pelabuhan, atau di benak para direktur yang bingung mau jual ke mana. Kalau semen itu bisa jalan, mungkin mereka udah long march keliling nusantara sambil bawa papan “tolong pakai saya.” Bayangin aja, pabrik jalan terus, barang makin numpuk, tapi penyerapan tetap segitu-segitu aja. Ini bukan bisnis lagi, ini namanya game bertahan hidup versi industri berat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Overcapacity ini bikin semua perusahaan semen terpaksa main dalam mode bertahan. Margin ditekan, harga jual dibanting, dan promosi diskon volume besar jadi makanan sehari-hari. Semua saling tabrak harga demi mempertahankan pangsa pasar. Karena kalau gak begitu, mereka cuma akan jadi pabrik mahal yang memproduksi debu dan mimpi. Bahkan untuk ekspor pun gak semudah itu. Ongkos kirim mahal, negara tetangga juga punya industri sendiri, dan margin ekspor bisa lebih tipis dari lapisan semen di dinding kamar kost.

Dalam dunia semen yang sesak dan keras ini, mari kita lihat siapa yang masih bisa berdiri tegak, siapa yang bernafas lewat selang, dan siapa yang udah diinfus tapi tetap mengklaim siap ekspansi.

Yang paling waras—dan mungkin karena itu juga paling tidak dilirik—adalah $INTP (Indocement). Ini tipe perusahaan yang sehat, bersih, rapi, tapi karena gak drama, malah sering dilupakan. Mereka punya kas Rp4,5 triliun, utang Rp2,4 triliun, dan free cash flow (FCF) Rp2.751 miliar. Perusahaan ini bisa lunas utang dalam kurang dari setahun (0,89 tahun) hanya dari arus kas operasional. ROE 9,08%, ROIC 8,07%, operating margin 12,90%, FCF yield 14,37%, dan valuasi murah: P/FCF 6,96x, EV/FCF 6,21x. Tapi ya begitu, karena gak meledak-ledak, sahamnya sempat ditinggal investor. Untungnya sekarang asing mulai akumulasi lagi (net buy Rp33,85 miliar dalam sebulan), sementara investor ritel keluar diam-diam kayak maling ayam ketahuan satpam. Sebuah transisi dari tangan lemah ke tangan dingin. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu kita beralih ke $SMGR (Semen Indonesia)—induk besar yang sudah terlalu besar untuk bergerak gesit. Utangnya Rp11,6 triliun, kas Rp3,6 triliun, FCF Rp2.901 miliar, dan waktu lunas utang 4,02 tahun. ROE? 1,64%, operating margin 7,79%, dan laba bersih anjlok -66,84%. Tapi jangan tanya kenapa, justru saham ini yang diborong asing (Rp65,76 miliar dalam sebulan). Mungkin karena terlihat diskon besar, atau mungkin karena mereka bosan main saham yang normal. Secara valuasi memang terlihat murah: P/FCF 6,17x, EV/FCF 8,93x, tapi ini murah karena capek, bukan karena undervalued. SMGR itu ibarat kereta tua: besar, ikonik, tapi perlu waktu lama buat jalan dari stasiun ke stasiun.

SMCB mungkin adalah bintang yang gagal tampil. Angka-angkanya bagus—lebih efisien dari induknya. FCF Rp1.147 miliar, utang Rp1.970 miliar, waktu lunas 1,72 tahun, P/FCF 6,09x, EV/FCF 7,68x. Tapi sejak 3 Februari 2025, saham ini disuspend oleh BEI karena free float gak nyampe 7,5%. Jadi, meskipun sehat dan efisien, tetap aja gak bisa disentuh. Ibarat punya sepatu lari terbaik di dunia tapi kakinya diplester. Cuma bisa dipajang dan dibayangkan, tanpa bisa ikut lomba.

Yang bikin dahi mengernyit adalah CMNT (Cemindo Gemilang). Rugi bersih Rp716 miliar, ROE -25,31%, ROIC -150,32%, tapi FCF Rp2.541 miliar. Loh, kok bisa? Ya bisa lah, ini dunia nyata. Kadang yang rugi paling deras arus kasnya, karena tunda capex, jual aset, atau main sulap akuntansi. P/FCF 6,07x, EV/FCF 9,04x, terlihat murah secara permukaan. Tapi investor asing langsung angkat tangan (net sell Rp7,18 miliar), sementara investor ritel malah makin yakin dan nambah posisi. Ini bukan saham, ini semacam eksperimen psikologi keuangan: seberapa jauh orang bisa denial kalau dikasih angka yang menggoda? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Terakhir, $SMBR, si kecil yang tetap jalan walaupun pasarnya sempit. FCF Rp165 miliar, utang Rp729 miliar, waktu lunas 4,42 tahun, P/FCF 10,18x, EV/FCF 14,42x, ROE 3,95%. Secara kas, dia paling mahal. Secara return, dia paling sederhana. Tapi dia tetap berdiri, tetap produksi, tetap eksis. Seperti warung di pojokan desa yang buka terus walaupun gak ada pelanggan. Konsisten, tapi bukan berarti efisien.

Dunia semen Indonesia bukan tentang siapa yang paling inovatif atau paling ekspansif. Ini tentang siapa yang paling kuat menahan napas di tengah banjir produksi. Oversupply jadi norma, margin tipis jadi gaya hidup, dan investor harus bisa membedakan mana perusahaan yang kuat beneran dan mana yang cuma tampak kuat karena belum tumbang. Di atas kertas, ada yang sehat banget tapi gak dilirik, ada yang rugi berat tapi masih digoreng, ada yang efisien tapi dikunci, dan ada yang hidupnya sekadar bertahan. Sektor semen bukan tentang pertumbuhan, tapi tentang bertahan dalam dunia yang terlalu banyak produksi dan terlalu sedikit pembangunan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy