Apakah Ini Trik Akuntansi $APLN ?

Diskusi hari ini trik akuntansi APLN di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau ada lomba akuntansi paling elegan tahun 2024, APLN pantas naik podium. Bukan karena laporan keuangannya paling solid dari sisi operasional, tapi karena keahliannya menyulap transaksi satu kali jadi seolah-olah laba rutin yang sehat. Ibarat preman lama yang buka kafe estetik, aroma masa lalu masih ada, tapi kini dibalut kemasan profesional. Dan semuanya bermula dari satu manuver penting yaitu penjualan Hotel Pullman Vimala Hills sebesar Rp1,68 triliun, dengan status aset yang sudah disulap dari aset tetap jadi persediaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Awalnya hotel ini aset tetap. Kalau dijual sebagai aset tetap, PSAK mewajibkan selisih harga jual dengan nilai bukunya masuk ke pos “laba lain-lain”. Dan itu langsung bikin investor curiga: “Wah, ini laba non-recurring.” Tapi APLN cerdas. Hotelnya direklasifikasi dulu menjadi inventory, lalu dijual. Karena sudah jadi persediaan, hasil penjualannya bisa masuk ke revenue biasa, beban pokoknya dicatat sebagai COGS, dan margin-nya langsung nongkrong manis di laba kotor dan laba usaha. Di laporan keuangan, ini terlihat seperti hasil kerja keras bisnis utama, padahal kita semua tahu… ya bukan begitu cara kerja jualan rumah.

Coba bayangkan: nilai bukunya Rp727 miliar, dijual Rp1,68 triliun. Selisih margin sekitar Rp957 miliar. Tapi karena disamarkan lewat revenue, tak satu pun analis retail curiga. Padahal, angka ini menyumbang hampir seluruh laba bersih APLN yang sebesar Rp770 miliar. Kalau hotel itu tidak dijual? Laba bersih APLN hanya tinggal Rp58 miliar. Itu pun kalau masih untung. Jadi, boleh dibilang tahun 2024 ini APLN bukan untung karena jualan rumah, tapi karena jual hotel ke sepupu sendiri, dengan strategi akuntansi yang halus, licin, tapi sah, legal, tidak melanggar aturan akuntansi.

Dan uangnya ke mana? Ke utang. Tahun ini APLN punya beban utang jangka panjang Rp2,8 triliun ke Bank Danamon. Daripada pusing cari kas dari proyek baru, mereka gunakan hasil transaksi hotel itu—yang disalurkan dulu ke entitas anak (PAP), lalu dibagikan ke induk dalam bentuk dividen Rp850 miliar, dan langsung dipakai bayar sebagian utang ke Danamon. Rapi, terstruktur, dan sangat efisien. Tapi tetap saja bukan revenue berulang, bukan laba operasional sejati. Setidaknya ada real cash nya untuk bayar utang ke bank. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang mari kita perjelas perbedaannya. Jual hotel satu kali seharga Rp1,68 triliun ke perusahaan satu grup jelas beda dengan jual unit rumah ke konsumen ritel. Jual rumah bisa berulang, skala massal, dan kena permintaan pasar. Sementara penjualan hotel ini jelas tidak bisa diulang tahun depan. Kalau tidak ada hotel lain yang bisa direklasifikasi dan dijual ke saudara kaya, maka angka kinclong di 2024 hanya akan jadi cerita nostalgia.

Dibanding tetangga lain, APLN ini posisi tengah. $BSBK lebih brutal, mereka langsung revaluasi properti, naikkan nilai tanah dan gedung, lalu selisihnya langsung dicatat sebagai laba—padahal belum ada yang dijual, belum ada uang yang masuk. $BSDE lebih halus, tapi tetap satu trik juga: mereka beli SMDM di bawah nilai buku, lalu selisihnya dicatat sebagai bargain purchase, hasilnya Rp1,5 triliun laba non-cash nongol begitu saja. Tapi APL lebih canggih—tidak bikin laporan keuangan kelihatan mencurigakan, karena semuanya dimasukkan ke revenue biasa. Tapi justru karena itu, triknya lebih dalam.

Dan ketika kita bandingkan semua ini dengan PWON, bedanya seperti langit dan LOL Bakery. PWON itu bisnis beneran. Laba Rp2,07 triliun full dari sewa mal, hotel, dan penjualan unit. Cash dari operasional malah lebih gede dari laba. Mereka tidak main appraisal, tidak jual ke saudara sendiri, tidak akuisisi diskon. Semua murni. Bahkan free cash flow-nya Rp1,95 triliun, net cash Rp2,7 triliun. PWON bisa ekspansi, bisa bagi dividen, tanpa gali lubang. APLN? Bisa bayar utang karena satu hotel. Tahun depan? Tidak ada jaminan bisa ulangi.

Jadi, kalau 2024 APLN terlihat rapi, jangan langsung percaya bahwa semua dari kerja keras jualan. Karena kenyataannya, mereka tidak untung dari aktivitas inti, tapi dari satu hotel yang dipoles jadi dagangan dan dijual ke keluarga. Ini bukan perusahaan yang tumbuh karena permintaan properti naik, tapi karena permainan struktur laporan yang dijalankan oleh direktur keuangan yang, harus diakui, sangat piawai. Legal? Sah. Cerdas? Pasti. Tapi jangan lupa: ini bukan model bisnis jangka panjang. Ini cuma momen yang dikemas rapi supaya kelihatan permanen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau tahun depan tidak ada lagi aset yang bisa dijual pakai cara yang sama, APLN harus membuktikan satu hal: bisa nggak mereka untung beneran dari jualan rumah, bukan dari jualan aset antar sepupu? Karena kalau nggak, ya tinggal tunggu waktu sampai angka kinclong itu kembali jadi angka siluman—bedanya, kali ini lebih elegan dan tidak ketahuan sebelum tutup buku.

Direktur keuangannya jenius.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy