Perbedaan Saham Properti Dalam Mengakui Laba: $PWON vs $BSDE vs $BSBK
Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang laba BSDE di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kita amati laporan keuangan tiga perusahaan properti—BSDE, BSBK, dan PWON—kita serasa lagi lihat tiga gaya main yang beda total. Semuanya memang berhasil mencetak laba, semuanya sah menurut PSAK, tapi cara mereka mencetaknya menunjukkan beda filosofi. Ada yang realistis dan jalan lurus seperti PWON, ada yang penuh trik akuntansi lewat diskonan akuisisi seperti BSDE, dan ada pula yang secara terang-terangan mengandalkan angka appraisal properti seperti BSBK. Dan dari ketiganya, kalau ditanya siapa yang paling ekstrem dalam hal “laba akuntansi yang bukan berasal dari uang nyata”, jawabannya mungkin BSBK yang paling ekstrem. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari yang tengah-tengah dulu, BSDE. Tahun 2024, BSDE sukses membukukan laba bersih Rp 4,92 triliun, tapi ternyata Rp 1,55 triliun atau 31,5% dari itu berasal dari bargain purchase—akibat akuisisi SMDM dengan harga miring. Karena BSDE beli perusahaan di bawah nilai buku (PBV < 1), PSAK 22 memperbolehkan selisih itu langsung diakui sebagai laba. Tapi ingat, ini bukan laba operasional, bukan hasil jual properti, dan yang pasti, tidak menghasilkan kas. Ini murni “bonus angka” karena beli murah. Memang transaksi real terjadi, tapi efeknya hanya satu kali, tidak berulang, dan gak bisa dipakai bayar utang atau dividen. Ibaratnya, BSDE sukses tawar rumah murah, lalu bilang ke semua orang: “Saya untung miliaran,” padahal belum ada duit masuk. Tahun depan? Ya lihat dulu, dapat diskonan lagi atau enggak.
Lalu kita geser ke sisi paling ekstrem: BSBK. Perusahaan ini mencatat laba Rp 349,58 miliar, dan 77% dari itu—Rp 270,58 miliar—datang dari revaluasi properti investasi. Jadi bukan dari jualan, bukan dari sewa, bukan juga dari akuisisi. Tapi karena tanah dan bangunan yang mereka miliki dinilai lebih tinggi oleh appraisal, maka nilai wajar properti naik, lalu langsung dicatat sebagai laba. Realitasnya? Properti itu tetap nganggur, belum tentu laku dijual, dan uangnya jelas belum ada. Tapi laporan keuangannya terlihat luar biasa. Itulah mengapa BSBK adalah contoh paling ekstrem dari “laba akuntansi tanpa kas”. Kas mereka cuma Rp 18,7 miliar, sementara utang jangka pendek Rp 156 miliar. Ini seperti orang ngaku tajir karena rumahnya naik harga di OLX, tapi saldo rekeningnya cuma cukup buat makan seminggu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi seberangnya, ada PWON. Perusahaan ini mencatat laba bersih induk Rp 2,07 triliun, yang seluruhnya berasal dari kegiatan nyata: sewa mal, hotel, penjualan properti. Gak ada revaluasi, gak ada bargain purchase, dan yang lebih penting, gak ada ilusi akuntansi. Bahkan mereka pakai model biaya historis, bukan model nilai wajar. Laporan keuangannya sederhana tapi jujur. Dan yang bikin tambah respect, arus kas operasional mereka tembus Rp 3,35 triliun, lebih tinggi dari laba. Free cash flow Rp 1,95 triliun, setara 94% dari laba induk. Jadi, gak ada cerita “laba gede tapi duitnya entah ke mana”. Kalau mau dibagi dividen, kas-nya ada. Kalau mau ekspansi, bisa. Utang juga aman, karena mereka punya net cash Rp 2,7 triliun.
Jadi, di satu sisi, kamu punya PWON, yang setiap rupiah labanya dicetak dari bisnis nyata dan didukung oleh uang tunai. Di sisi lain, ada BSDE, yang tahun ini untung besar karena berhasil beli murah sekali, tapi efeknya tidak berulang dan tidak menghasilkan cash. Dan di ujung ekstrem, ada BSBK, yang kelihatan untung besar karena menaikkan nilai tanah dan gedung, tapi kasnya hampir kosong dan operasionalnya pas-pasan.
Secara kualitas laba dapat kita simpulkan bahwa:
PWON = Laba nyata, kas nyata, arus kas kuat
BSDE = Laba akuntansi dari akuisisi murah, satu kali, tidak recurring
BSBK = Laba revaluasi aset, 100% di atas kertas, paling ekstrem
Buat investor yang ingin kepastian bahwa angka laba itu bisa dipakai buat bayar utang, bagi dividen, dan ekspansi bisnis tanpa gali lubang tutup lubang, PWON jelas menang telak. Karena dalam dunia saham, yang dicari bukan sekadar angka indah di laporan, tapi bisnis yang benar-benar bisa menghasilkan uang. Dan dari ketiga nama ini, hanya satu yang tidak butuh sulap akuntansi untuk tampil baik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU