$PANI $IHSG $BBRI 

Ada sebuah Emiten, mayoritas Sahamnya milik teman saya.

“Gua ajak lue bisnis, pasti untung,” kata teman saya diawal pembicaraan.

Saya senyum aja.

“Ada Proyek Property. Mau KSO (Kerja Sama Operasi) dengan gua sebagai Investor. Lahan tersedia. Izin, gampang diatur. Gua mau ambil cuan dari Pasar Modal. Mangkanya gua beli Emiten gocap lewat Backdoor. Setelah itu kontrak KSO "dicemplungkan" ke dalam Emiten itu. Dan gua Right Issue sebesar, ya, 10%.
Gua bisa "pompa" Saham di Market. Hitungan gua, dalam dua tahun, Saham bisa "didongkrak" sebesar berlipat-kali.  Pantas Eligible. Karena Perusahaan Property kelas Premium. Harga tanah per M2 naik terus.
Gua perlu uang dari lue. Uang lue aman. Karena tetap di Bank di Luar Negeri. Tapi, kita Kontrak dengan posisi lue sebagai Standby Buyer. Gua bisa dapatkan Likuiditas dari Bank Local lewat Repo. Nah, dalam dua tahun, gua kasih lue 100%  dari uang lue di Bank itu. Keren, kan ? Lue aman, dan dapat cuan 100%," demikian kata teman saya.

“Ok setuju. Tapi gua bisanya Kontrak Standby Buyer non Callable. Best Effort doang. Kalau mau, kita Kontrak,“ kata saya.

Dia diam. Seminggu kemudian, dia datang lagi.

“Ok, setuju. Non Callable,“ kata teman saya. 
Saya minta Awi untuk "teken" Kontrak.

Dua tahun kemudian, dia bayar fee 100%. 
Benar. Saat itu Saham sudah naik jadi Rp. 14.000,-. padahal awalnya hanya Rp. 150,-. 

Saya senyum aja. Pas Saham "jatuh" karena masalah perizinan, yang "korban" adalah Bank. 
Karena engga jadi untuk dapat cuan dari Repo Saham itu. Dijual pun, engga ada Pembeli-nya. Kalau "dipaksa", Harga akan "jatuh".

Teman itu ketemu saya dengan senyum.
"Too Big to be Fail,“ katanya.
Dia Topup Saham dan Bank "terpaksa" terima.
Utang Repo "selesai".
Dan oleh Bank, Saham itu di-Wrap menjadi Asset Reksadana.
Walau Harga "jatuh", tetapi belum dicatat sebagai Potensial Loss. Karena, belum dijual.
Teman itu, dari skema ini, dapat duit Rp. 60 Triliun.
Awi dapat Fee sebesar Rp. 10 Triliun dari Standby Buyer.

Modus yang hampir sama, juga terjadi pada Saham Bank Digital dan Data Center.

Beberapa Shadow Banker di Singapore jadi Credit Enhancement untuk "goreng" Saham lewat Repo dengan Bank Local.

Ketika kemarin Saham mereka jatuh. Yang korban adalah Bank Local dan Dapen yang bandari goreng Saham lewat Repo.

Mangkanya terjadi Net Sell Saham Perbankan oleh Asing. Karena, Asing udah tahu kelakuan para Mantiko itu..

Cerita di atas itu adalah contoh bahwa apabila pengawasan Pasar Modal oleh OJK lemah. Yang sebenarnya "dirampok" adalah Perbankan dan Dana Pensiun.

Di otak Emiten itu mana ada berpikir Pasar Modal sebagai jalan untuk Create Value korporat.

Mangkanya saat Pasar Modal Crash, para Emiten yang kelas Konglo itu datang ke Presiden.
Sebenarnya, mereka datang ancam Pemerintah dengan "solusi" yang merugikan Negara.

Bagus-nya, YMP Prabowo jawab, "Emang gua pikirin..".

Kalau IHSG terus "jatuh" sampai Bottom, akan banyak Konglo yang masuk bui. Atau, terpaksa Pemerintah Bailout "selamatkan" mereka.

Lewat QE (Quantitative Easing) atau cetak uang.

Kita liat nanti bagaimana kelanjutannya.

Sumber Link Facebook :

https://web.facebook.com/groups/1264303027019995/permalink/9388233271293556