imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

➖ Assessment BI yang menjadi dasar pengambilan keputusan hold rate 5,75%

- Kebijakan tarif US di era Trump yang luas cakupannya membuat pertumbuhan global diperkirakan melambat ke 3,2%, dan turut berdampak ke sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, termasuk US sendiri.

Dampak negatif dari kebijakan tarif US ini lebih besar dibandingkan dampak positif dari dukungan stimulus fiskal (tax cuts) domestik US.

Hal ini berdampak ke melambatnya laju pertumbuhan ekonomi US, dengan berkembangnya kemungkinan US mengalami resesi.

- Kebijakan tarif ini pun membuat laju penurunan inflasi US yang semula cepat, kini menjadi terhambat, sehingga Fed Fund Rate diperkirakan BI tetap hanya akan turun 1 kali tahun 2025 ini. Fed tidak akan buru-buru cut rate.
(assessment BI ini tidak berubah dari RDG bulan Feb lalu).

- Defisit fiskal US yang semula diperkirakan BI mencapai 7,7%, sekarang ini turun perkiraannya hanya 6,4% dari PDB US.

Dengan demikian kebutuhan menutupi defisit fiskal dari US Treasury Bond Note jadi menurun, tidak setinggi dulu.

- Ketidakpastian global yang tinggi dengan menurunnya yield US Treasury dan US Dollar Index DXY, mendorong portofolio investasi global berubah dari semula berfokus di US, kini bergerak menuju emerging market dan negara maju selain US.

Namun karena saham US dan regional Asia juga mengalami penurunan, maka investor global cenderung memilih penempatan investasi portofolio pada obligasi fixed income negara maju selain US, sebagian ke obligasi fixed income negara berkembang, dan juga ke emas, yang dipandang lebih rendah risiko dan aman di tengah ketidakpastian yang tinggi.

- Di tengah kondisi global seperti ini, BI menilai instrumen investasi yang dimiliki Indonesia baik itu SBN, saham, maupun SRBI tetap menarik bagi investor global secara fundamental.

- BI tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertahan baik di kisaran 4,7% sampai 5,5%.

- Rupiah secara fundamental diperkirakan BI harusnya menguat. Tekanan pelemahan yang terjadi lebih karena faktor teknikal di tengah kebijakan tarif dan ketidakpastian pasar keuangan global.
BI akan terus melakukan intervensi untuk stabilisasi kurs.

- BI juga menilai fundamental ekonomi Indonesia tetap baik, tercermin dari :
pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah, defisit neraca pembayaran yang rendah, imbal hasil aset keuangan yang menarik.

- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan BI tetap bagus di kisaran 4,7% sampai 5,5% tercermin dari :

Indeks keyakinan konsumen yang masih optimis (di atas 100) didorong oleh kondisi saat ini dan ekspektasi konsumen yang tetap bagus, PMI (indeks manufaktur) masih ekspansif, panen raya sektor pertanian di Q1 2025, dan kebijakan peningkatan THR di Q1 2025.

https://cutt.ly/2rouPQLC

$BBTN $MAPI $ERAA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy