imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$IHSG Sejak Prabowo Jadi Presiden

Hari ini, 18 Maret 2025, IHSG resmi mengalami trading halt setelah longsor 5,02% ke 6.146,91 sebelum akhirnya ditutup di 6.223,39. Yang bikin makin kacau, total transaksi hari ini tembus 19 triliun, lebih dari dua kali lipat dibanding hari-hari biasa yang cuma berkisar 8-10 triliun. Ini bukan sekadar aksi jual biasa, ini sudah masuk kategori panic selling nasional dengan volume luar biasa. Bahkan algo trading dan bandar yang biasanya jadi market maker pun kali ini seperti ikut angkat tangan, membiarkan IHSG jatuh bebas tanpa rem. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sejak Prabowo dilantik sebagai Presiden Indonesia pada 20 Oktober 2024, IHSG awalnya sempat naik ke 7.772,60, seolah ada optimisme bahwa kepemimpinan baru bakal membawa angin segar ke ekonomi. Tapi ternyata, angin segar itu berubah jadi badai. Lima bulan berlalu, IHSG kini anjlok 19,93%, kehilangan hampir 1.550 poin, dan hari ini mencapai titik nadir dengan panic selling masif. Bursa lain masih tenang, tapi IHSG memilih berperan sebagai anak durjana di pasar global, jatuh sendirian tanpa pegangan.

Dari awal, Prabowo memang sudah bilang bahwa IHSG tidak perlu dijaga karena orang desa tidak main saham. Sayangnya, yang main saham itu bukan cuma spekulan ritel, tapi juga fund manager reksadana, dana pensiun, asuransi, hingga BPJS, yang kalau IHSG hancur, mereka ikut terseret. Dana kelolaan mereka bergantung pada stabilitas IHSG, dan kalau market terus longsor, redemption besar-besaran dari nasabah bakal memperparah kejatuhan. Tapi pemerintah tetap santai. Mereka membiarkan market self-healing sendiri, tanpa sadar bahwa ini bukan sekadar luka kecil, tapi pendarahan masif.

Saat market jatuh, psikologi investor ikut hancur. Loss Aversion Bias bikin mereka lebih takut rugi daripada senang saat untung, sehingga mereka lebih memilih jual murah daripada tahan saham undervalued. Recency Bias bikin mereka fokus ke kejatuhan terbaru dan percaya tren ini bakal terus berlanjut sampai IHSG benar-benar kolaps. Confirmation Bias bikin mereka percaya semua berita buruk—dari isu Sri Mulyani mundur, defisit APBN melebar, rupiah melemah, hingga korupsi merajalela—semakin memperkuat ketakutan mereka. Dan karena mayoritas investor itu Herding, sekali satu orang panik jual, yang lain ikut-ikutan tanpa pikir panjang. Hasilnya? Market Free Fall tanpa pegangan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Hari ini IHSG seperti tanpa penjaga. Saham-saham LQ45 ikut kena pembantaian besar-besaran. BRPT ambruk, $MAPI rontok, AMRT terseret, dan bahkan bank-bank besar seperti $BMRI, BBNI, BBCA, BBRI yang biasanya jadi benteng pertahanan juga ikut dihajar tanpa ampun. Ini bukan koreksi biasa, ini pembersihan massal di mana investor institusi pun tampaknya ikut panik. Biasanya, perbankan masih bisa bertahan saat market longsor, tapi kali ini seolah ada kesepakatan tak tertulis untuk jual besar-besaran tanpa peduli valuasi.

Lalu siapa yang harus disalahkan? Banyak teori konspirasi bermunculan. Yang pertama, isu mundurnya Sri Mulyani dan Airlangga, bikin pasar kehilangan figur ekonomi yang bisa dipercaya. Kalau mereka benar-benar mundur, siapa yang bakal menahan APBN yang makin jebol? Kedua, efek libur panjang, di mana volume pasar kering dan investor belum balik ke market, bikin harga turun tanpa ada yang bisa menahan. Ketiga, rebalancing FTSE 21 Maret 2025, di mana saham Indonesia banyak yang kena rebalancing down, memaksa investor asing membuang saham mereka. Keempat, defisit APBN makin melebar, rupiah tertekan, penerimaan negara jeblok, dan korupsi makin menggila, isu dwi fungsi TNI—kombinasi sempurna untuk bikin investor asing semakin kencang kabur dari pasar Indonesia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Yang bikin makin ironis, Prabowo sebenarnya sudah berusaha memanggil para konglomerat buat rapat. Tapi market tetap tidak peduli. Sudah kumpulin orang kaya, sudah diskusi, sudah coba meyakinkan publik, tapi IHSG tetap longsor. Dulu Prabowo pernah bilang dia kapok main saham karena menurutnya itu judi, dan hari ini IHSG tampaknya ingin membuktikan bahwa yang benar-benar berjudi adalah mereka yang masih berharap market ini bisa bertahan tanpa pegangan.

Inilah kenapa invisible hand itu penting. Tidak perlu menyelamatkan harga sampai ke puncak, tapi cukup untuk mencegah kejatuhan yang tidak rasional. Kalau tidak ada intervensi, market bisa masuk ke Market Free Fall, di mana kejatuhan harga memicu Margin Call Effect, memaksa investor yang pakai margin untuk jual sahamnya di harga dasar, mempercepat kejatuhan lebih dalam. Lalu ada Liquidity Crunch, di mana tidak ada cukup pembeli untuk menahan arus jual besar-besaran. Ini bukan lagi soal fundamental perusahaan, ini sudah jadi perang psikologis massal. Dan kalau terus dibiarkan, IHSG bisa kehilangan kepercayaan investor sepenuhnya, memicu bear market berkepanjangan, di mana investor institusi keluar, asing kabur, dan ritel kehilangan nyali buat masuk lagi.

Tapi buat investor yang masih percaya fundamental, mungkin ini justru kesempatan emas buat berburu saham dengan laba besar, utang minimal, cashflow sehat, valuasi murah, dan dividen stabil. Kalau masih yakin sama masa depan ekonomi, cicil beli di harga rendah. Tapi kalau sudah mulai ragu, mungkin ini saatnya cutloss sebelum makin dalam. Karena hari ini IHSG mengajarkan satu hal yang pahit: kalau market mau jatuh, tidak ada yang bisa menolong. Bahkan konglomerat pun cuma bisa nonton.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy