Analisis Laporan Keuangan PT Prodia Widyahusada Tbk - FY2024
1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Prodia Widyahusada Tbk ("Prodia") adalah penyedia jasa layanan laboratorium klinik terkemuka di Indonesia. Perusahaan memiliki 354 kantor cabang dan outlet yang tersebar di seluruh Indonesia per Desember 2024, meningkat dari 295 outlet tahun sebelumnya. Perusahaan beroperasi di bawah kendali entitas induk PT Prodia Utama.
Laporan keuangan konsolidasian untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember 2024 telah diaudit oleh KAP Purwantono, Sungkoro & Surja (anggota Ernst & Young Global) dengan opini wajar dalam semua hal material. Laporan audit ditandatangani pada 12 Maret 2025.
2. Metrik Keuangan Utama
Pendapatan dan Profitabilitas
- Pendapatan: Rp2.252.194 juta, meningkat 1,34% dari Rp2.222.466 juta (2023)
- Laba kotor: Rp1.352.027 juta, meningkat 2,49% dari Rp1.319.219 juta (2023)
- Margin laba kotor: 60,03%, meningkat dari 59,36% (2023)
- Laba bersih: Rp270.041 juta, meningkat 4,13% dari Rp259.324 juta (2023)
- Margin laba bersih: 11,99%, meningkat dari 11,67% (2023)
- Laba per saham: Rp288,21, meningkat dari Rp277,20 (2023)
Posisi Keuangan
- Total aset: Rp2.840.136 juta, meningkat 4,88% dari Rp2.708.056 juta (2023)
- Total liabilitas: Rp355.450 juta, meningkat 2,30% dari Rp347.447 juta (2023)
- Total ekuitas: Rp2.484.686 juta, meningkat 5,26% dari Rp2.360.609 juta (2023)
- Kas dan setara kas: Rp441.800 juta, menurun 18,63% dari Rp542.960 juta (2023)
Posisi Kas dan Arus Kas
- Arus kas dari aktivitas operasi: Rp476.645 juta, meningkat 15,89% dari Rp411.285 juta (2023)
- Arus kas untuk aktivitas investasi: Rp299.780 juta, meningkat 22,72% dari Rp244.270 juta (2023)
- Arus kas untuk aktivitas pendanaan: Rp278.025 juta, menurun 13,78% dari Rp322.458 juta (2023)
- Penurunan bersih kas: Rp101.160 juta, membaik dari penurunan Rp155.443 juta (2023)
3. Analisis Neraca
Perubahan Signifikan pada Aset
- Investasi pada entitas asosiasi: Penambahan Rp75.874 juta melalui akuisisi 39% saham PT Prodia Diagnostic Line
- Aset takberwujud: Meningkat 27,23% menjadi Rp288.571 juta, mencerminkan investasi signifikan pada sistem IT dan digitalisasi
- Aset hak guna: Meningkat 18,32% menjadi Rp351.634 juta, menunjukkan ekspansi melalui sewa jangka panjang
- Aset keuangan lainnya: Meningkat 110,66% menjadi Rp313.332 juta dari Rp148.741 juta, menunjukkan penempatan pada instrumen investasi
Perubahan Signifikan pada Liabilitas
- Liabilitas jangka pendek lainnya: Meningkat 104,24% menjadi Rp65.768 juta dari Rp32.201 juta
- Sedikit penurunan beban akrual: Menjadi Rp75.127 juta dari Rp87.855 juta (2023)
- Utang usaha: Menurun menjadi Rp54.995 juta dari Rp64.182 juta (2023)
- Rasio likuiditas tetap sangat sehat dengan rasio lancar 4,25x meskipun menurun dari 5,50x pada tahun sebelumnya
4. Analisis Laporan Laba Rugi
Penggerak Pendapatan
- Berdasarkan jenis layanan: Layanan Rutin (Rp1.565.481 juta, 69,51%), Layanan Esoterik (Rp492.390 juta, 21,86%), dan Non-laboratorium (Rp194.321 juta, 8,63%)
- Berdasarkan sumber pelanggan: Pelanggan individu (Rp680.469 juta, 30,21%), Referensi dokter (Rp616.652 juta, 27,38%), Referensi pihak ketiga (Rp600.144 juta, 26,65%), dan Klien korporasi (Rp354.927 juta, 15,76%)
Tren Beban
- Beban pokok pendapatan: Menurun tipis menjadi Rp900.167 juta dari Rp903.247 juta (2023)
- Beban usaha: Meningkat 3,31% menjadi Rp1.053.895 juta dari Rp1.020.154 juta (2023)
- Beban pemasaran: Menurun signifikan menjadi Rp54.609 juta dari Rp74.278 juta (2023)
- Beban umum dan administrasi: Meningkat menjadi Rp999.286 juta dari Rp945.876 juta (2023)
- Pendapatan keuangan: Meningkat 19,54% menjadi Rp41.060 juta dari Rp34.348 juta (2023)
- Kontribusi baru dari bagian laba entitas asosiasi: Rp3.874 juta
5. Pola Arus Kas
Aktivitas Operasi
- Penerimaan kas dari pelanggan: Rp2.251.554 juta, meningkat dari Rp2.206.038 juta (2023)
- Pembayaran kas kepada karyawan, pemasok dan pihak ketiga: Rp1.746.859 juta, meningkat dari Rp1.723.171 juta (2023)
- Arus kas operasi yang lebih kuat menunjukkan peningkatan efisiensi operasional dan manajemen modal kerja
Aktivitas Investasi
- Perolehan aset tetap: Rp124.371 juta, sedikit menurun dari Rp128.646 juta (2023)
- Perolehan aset takberwujud: Rp88.408 juta, menurun dari Rp114.276 juta (2023)
- Penambahan investasi pada entitas asosiasi: Rp72.000 juta (investasi baru di 2024)
- Penempatan aset keuangan lainnya: Rp160.291 juta, meningkat signifikan dari Rp50.000 juta (2023)
Aktivitas Pendanaan
- Pembayaran utang sewa hak guna: Rp124.141 juta, meningkat dari Rp98.732 juta (2023)
- Pembayaran dividen kas: Rp155.594 juta, menurun dari Rp222.988 juta (2023)
- Tidak ada utang bank pada akhir periode 2024, menunjukkan struktur modal yang kuat
6. Kinerja Segmen
Berdasarkan Geografis
- Pusat dan Jakarta Raya: Pendapatan tertinggi sebesar Rp907.837 juta namun mencatat rugi segmen Rp53.547 juta
- Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara: Pendapatan Rp353.246 juta dengan laba segmen tertinggi Rp105.120 juta
- Kalimantan Sulampua: Pendapatan Rp343.020 juta dengan laba segmen Rp99.029 juta
- Sumatera: Pendapatan Rp256.568 juta dengan laba segmen Rp86.037 juta
- Jawa Tengah: Pendapatan Rp230.608 juta dengan laba segmen Rp64.116 juta
- Jawa Barat: Pendapatan Rp160.915 juta dengan laba segmen Rp42.232 juta
7. Kebijakan Akuntansi Penting
- Pengakuan pendapatan: Mengikuti PSAK 115 dengan pendekatan 5 langkah analisis
- Aset tetap: Diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai
- Aset takberwujud: Amortisasi menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 4-8 tahun
- Sewa: Mengakui aset hak guna dan liabilitas sewa untuk seluruh kontrak sewa kecuali sewa jangka pendek dan bernilai rendah
- Investasi pada entitas asosiasi: Menggunakan metode ekuitas, dengan pengakuan awal pada harga perolehan
8. Opini Auditor dan Hal Audit Utama
- Opini auditor: Laporan keuangan konsolidasian menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan konsolidasian, kinerja keuangan, dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
- Hal audit utama: Akuntansi sewa, dengan fokus pada kontrak sewa yang signifikan dan ketentuan yang bervariasi (aset hak guna Rp351.634 miliar dan utang sewa hak guna Rp24.987 miliar)
- Prosedur audit terhadap hal audit utama: Pengujian penilaian manajemen tentang kontrak sewa, perpanjangan/terminasi, dan suku bunga inkremental
9. Faktor Risiko
- Risiko kredit: Terutama dari simpanan di bank dan piutang pelanggan
- Risiko likuiditas: Dari perbedaan waktu antara penerimaan piutang dan penyelesaian utang
- Risiko tingkat bunga: Dari utang bank yang didasarkan pada tingkat bunga mengambang
- Risiko operasional: Terkait ekspansi jaringan dan pengelolaan banyak outlet baru
- Risiko kompetitif: Dari pemain baru dalam industri layanan kesehatan, terutama digital
10. Prospek Bisnis
- Ekspansi jaringan: Peningkatan jumlah outlet dari 295 menjadi 354 menunjukkan strategi ekspansi agresif
- Integrasi vertikal: Akuisisi 39% saham PT Prodia Diagnostic Line untuk memperkuat rantai pasok
- Transformasi digital: Investasi signifikan pada sistem IT dan digitalisasi layanan
- Diversifikasi layanan: Pengembangan layanan non-laboratorium untuk pertumbuhan pendapatan
- Optimalisasi keuangan: Penempatan dana pada instrumen investasi untuk meningkatkan pendapatan non-operasional
Secara keseluruhan, laporan keuangan menunjukkan perusahaan dengan fundamental kuat, ekspansi agresif, dan manajemen keuangan yang prudent meskipun menghadapi normalisasi permintaan pasca-pandemi.
$PRDA