[%OpTy%] [%nVjI%] juga masuk ya? krn dia exsprot barangnya

@skydrugz27 $MYOR juga masuk ya? krn dia exsprot barangnya

Cadangan Devisa Jeblok

Tadi baru baca berita Bloombergtechnoz yang di share salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2025 anjlok 1,6 miliar dolar AS, turun ke level 154,5 miliar dolar AS dari 156,1 miliar dolar AS di bulan sebelumnya. Ini penurunan terbesar sejak April 2024, waktu itu cadev jeblos 4,2 miliar dolar AS dalam sebulan. Tapi tenang, katanya masih aman, masih bisa buat impor 6,6 bulan atau kalau ditambah bayar utang luar negeri pemerintah, cukup buat 6,4 bulan. Standar internasional sih cuma 3 bulan impor, jadi secara teknis Indonesia masih lumayan punya nafas. Tapi kalau terus begini? Ya siap-siap ngos-ngosan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Rupiah juga lagi berantakan. Katanya udah menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. Déjà vu? Bisa jadi. Apalagi modal asing mulai kabur, bikin pasar tambah panik. Yang lebih seru, musim pembagian dividen bentar lagi dimulai. Biasanya, perusahaan bakal borong dolar buat bayar dividen ke investor asing. Jadi, permintaan dolar naik, rupiah makin tertekan. Skenario sempurna buat bikin rupiah jungkir balik lebih dalam.

Salah satu alasan cadev turun ya buat nutupin utang luar negeri pemerintah. Utang makin gede, cadev makin tipis. Bank Indonesia juga harus turun tangan stabilisasi rupiah yang goyang ke sana kemari kayak roller coaster. Tapi pertanyaannya, sampai kapan BI bisa terus intervensi tanpa kehabisan amunisi? Karena kalau terus-menerus buang dolar buat stabilisasi, ya lama-lama habis juga.

Banyak yang tadinya berharap BI bakal nurunin suku bunga lagi bulan ini. Tapi melihat situasi begini, ya jangan mimpi dulu. Kalau BI Rate dipotong, rupiah bisa makin loyo dan modal asing bisa kabur lebih banyak. Bukannya untung, malah buntung. Jadi, pilihan BI sekarang ya kayak makan buah simalakama: tahan suku bunga, ekonomi bisa makin lambat, tapi turunin suku bunga, rupiah bisa babak belur lebih parah.

Jadi, separah apa cadangan devisa kita? Secara angka, masih oke lah. Tapi kalau tren penurunannya makin parah tiap bulan, terus rupiah makin ambles, siap-siap aja kita masuk mode survival mode lagi. Yang udah pernah ngalamin 1998 pasti ngerti betapa ribetnya kalau krisis moneter beneran kejadian lagi.

Cadangan devisa Indonesia anjlok 1,6 miliar dolar AS di Februari 2025 bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang bikin duit dolar BI mengecil, dan sayangnya ini bukan cerita baru. Seperti déjà vu yang terus berulang, setiap kali ekonomi global goyang, cadev kita ikut merosot. Nah, kali ini penyebab utamanya kombinasi maut antara utang luar negeri, intervensi BI buat stabilisasi rupiah, dan arus modal asing yang keluar dari pasar.

Pertama, pemerintah bayar utang luar negeri. Tiap bulan Indonesia punya kewajiban bayar cicilan utang, dan Februari ini kebetulan jumlahnya lumayan gede. Jadi, sebagian dari cadangan devisa yang tadinya buat jaga-jaga harus dipakai buat lunasin kewajiban tersebut. Uang keluar, tapi masuknya nggak sebanding.

Kedua, Bank Indonesia sibuk stabilisasi rupiah yang lagi lemas. Dengan dolar AS makin perkasa dan rupiah makin keropos, BI harus turun tangan supaya mata uang kita nggak makin babak belur. Caranya? Jual dolar dari cadangan devisa ke pasar, biar rupiah nggak jatuh terlalu dalam. Tapi masalahnya, kalau terus begini, BI bisa kehabisan peluru buat intervensi. Mirip kayak orang yang bakar duit buat jaga gengsi, tapi makin lama tabungan makin tipis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ketiga, modal asing mulai cabut pelan-pelan. Investor asing yang tadinya betah di pasar obligasi dan saham Indonesia mulai angkat kaki gara-gara kondisi global makin nggak jelas. Dengan suku bunga di luar negeri masih tinggi dan ketidakpastian ekonomi global, banyak yang lebih milih cabut dan cari tempat lebih aman. Ini bikin tekanan tambahan buat rupiah, dan lagi-lagi BI harus keluarin dolar buat meredam dampaknya.

Sebagai bonus masalah tambahan, musim dividen bentar lagi datang. Biasanya, perusahaan-perusahaan gede bakal mulai beli dolar buat bayar dividen ke investor asing. Artinya, permintaan dolar bakal naik dan tekanan ke rupiah makin gede. Jadi kalau BI nggak gerak dari sekarang, rupiah bisa makin babak belur di bulan-bulan ke depan.

Cadev jeblok karena kombinasi utang, intervensi, dan modal asing yang kabur. Dan kalau tren ini berlanjut, siap-siap lihat rupiah makin lemah dan BI makin kehilangan amunisi buat bertahan.

Cadangan devisa jeblok, rupiah makin lemah, dan pasar mulai panik. Tapi seperti biasa, di setiap krisis selalu ada yang tepuk tangan, sementara yang lain justru nangis darah. Nah, siapa yang ketiban untung dan siapa yang apes gara-gara anjloknya devisa dan rontoknya rupiah?

Yang paling senyum lebar tentu saja eksportir. Kalau pendapatan mereka dalam dolar AS sementara biaya produksinya pakai rupiah, ya sudah jelas margin bakal tambah tebal. $ADRO, PTBA, ITMG, INDY di sektor batubara pasti ketawa-ketawa, karena harga jualnya tetap dalam dolar tapi ongkos tambangnya tetap pakai rupiah. Begitu juga INCO, $ANTM, MDKA di sektor nikel dan emas, yang makin menikmati harga jual tinggi di pasar global. AALI, LSIP, DSNG, TBLA dari sektor CPO juga ikut pesta, karena permintaan ekspor masih kuat. TKIM dan INKP yang bisnisnya jualan kertas ke luar negeri juga bisa senyum dikit, karena setiap pelemahan rupiah otomatis bikin pendapatan mereka naik.

Di sisi lain, ada yang nggak kalah bahagia: perusahaan logistik dan shipping. Kenapa? Karena kalau ekspor makin kencang, barang makin banyak yang keluar dari pelabuhan. TMAS, HAIS, dan BULL sebagai pemain utama di shipping pasti dapat durian runtuh, ditambah IPCC yang menangani ekspor kendaraan. Kalau devisa jeblok dan rupiah babak belur, setidaknya mereka bisa ikut menikmati sisa-sisa kejayaan ekspor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi tentu saja, ada yang harus jadi korban. Yang pertama dan paling jelas: perusahaan yang tergantung pada impor barang mentah. ASII, AUTO, IMAS yang bisnisnya jualan mobil bakal pusing tujuh keliling karena suku cadang dan kendaraan CBU impor jadi makin mahal. Belum lagi MAPI dan ERAA yang bisnisnya jualan barang impor premium, siap-siap aja harga barang naik dan daya beli konsumen turun. Yang paling apes? Maskapai penerbangan seperti GIAA, yang harus bayar bahan bakar dalam dolar tapi tiketnya dijual dalam rupiah. Hasilnya? Tambah boncos.

Lalu ada perusahaan yang punya utang dolar gede. $TLKM, EXCL, dan ISAT di sektor telekomunikasi misalnya, harus bayar cicilan dolar buat bangun infrastruktur jaringan. Sementara itu, WSKT, ADHI, dan PTPP di sektor konstruksi juga kena beban utang proyek-proyek besar. Bayangkan, utangnya dalam dolar, pendapatannya dalam rupiah. Begitu rupiah melemah, cicilan utangnya langsung naik berkali lipat. Sakit? Jelas.

Jadi, kalau ada yang bilang rupiah melemah itu bencana, ya nggak sepenuhnya benar. Buat eksportir, shipping, dan perusahaan yang dapet pemasukan dalam dolar, ini momen jackpot. Tapi buat impor, otomotif, ritel premium, maskapai, dan yang punya utang dolar segunung, ini bisa jadi mimpi buruk yang siap bikin laporan keuangan berdarah-darah. Dalam dunia investasi, ada yang pesta, ada yang puasa. Tinggal pilih mau di kubu mana.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU