Anchoring Bias dalam Trading Saham: Ketika Harga Turun, Apakah Benar-benar Murah?
Dalam dunia investasi, banyak investor yang terjebak dalam anchoring bias, yaitu kecenderungan untuk berpegang pada harga historis sebagai patokan dalam menilai suatu saham. Ketika harga saham yang sebelumnya diperdagangkan di level tinggi mengalami penurunan, investor sering menganggapnya sebagai "murah" karena membandingkan dengan harga sebelumnya, tanpa mempertimbangkan kondisi fundamental yang berubah.
Apa Itu Anchoring Bias?
Anchoring bias adalah fenomena psikologis di mana seseorang terlalu terpaku pada informasi awal yang mereka terima dan menjadikannya sebagai referensi utama dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks saham, harga tertinggi atau harga sebelumnya sering kali dijadikan acuan untuk menilai apakah saham tersebut murah atau mahal.
Misalnya, jika saham PT ABRI Tbk sebelumnya diperdagangkan di Rp5.000, lalu turun menjadi Rp3.500, banyak investor yang berpikir:
"Dulu harga saham ini Rp5.000, sekarang cuma Rp3.500. Pasti murah dan layak dibeli!"
Padahal, harga turun bukan berarti selalu murah. Bisa jadi ada faktor lain seperti:
Kinerja perusahaan yang memburuk (penurunan laba, utang membengkak, dll.).
Sentimen negatif di sektor terkait (misalnya regulasi baru yang merugikan bisnis).
Perubahan tren pasar secara keseluruhan (bearish market atau ekonomi melambat).
$GGRM $UNVR $IHSG