imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Apakah Laba $LPPF Itu Real atau Laba Laba?

Pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 tadi pagi waktu lagi rekap Saham yang sudah rilis LK Full Year 2024 https://stockbit.com/post/13223345

Di postingan sebelumnya saya sudah sempat juga bahas tentang laba LPPF yang naik double digit di LK Full Year 2024 https://cutt.ly/BryODAER

Banyak investor yang curiga dengan naiknya laba LPPF karena kita tahu bersama kalau bisnis ritel seperti LPPF dan $RALS saat ini berat sehingga terpaksa banyak tutup gerai karena berat lawan Toko online $GOTO Shopee dkk. Ini yang bikin bertanya - tanya, ini beneran laba atau pura-pura laba seperti WSKT yang endingnya gagal bayar atau SRIL yang pura-pura laba bertahun-tahun endingnya pailit.

Di dunia saham, banyak perusahaan yang ngaku laba besar, tapi pas dicek, uangnya entah ke mana. Revenue naik, laba bersih kinclong, tapi nggak ada buyback, nggak ada dividen, kas cekak. Ini tanda klasik laba hiasan alias laba akuntansi, di mana angka di laporan keuangan lebih bagus dari kenyataan. Tapi bagaimana dengan LPPF? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Mari kita bedah satu per satu. Tahun 2024, LPPF mencetak laba Rp827,65 Miliar, naik 22,54% dari tahun sebelumnya. Angka yang cukup impresif, tapi di dunia keuangan, angka doang nggak cukup. Kalau benar laba ini real, harusnya ada uang nyata yang bisa dibagikan ke pemegang saham atau digunakan untuk memperkuat bisnis.

Sebuah perusahaan yang benar-benar punya laba nggak cuma pamer angka di laporan keuangan, tapi juga bisa action. LPPF membuktikan ini dengan:

1. Buyback saham treasury Rp181,19 Miliar
2. Pembayaran dividen Rp451,86 Miliar

Nah, dari mana uang buat buyback dan bagi dividen kalau bukan dari laba? Perusahaan yang labanya cuma angka di kertas biasanya nggak berani buyback atau bagi dividen karena cash-nya nggak cukup.

Contoh perusahaan yang ngaku laba besar tapi nggak bisa bagi dividen? Tesla selama bertahun-tahun. Mereka sering mencatatkan keuntungan dalam laporan keuangan, tapi tetap nggak bagi dividen. Kenapa? Karena profit yang mereka catat lebih banyak berbasis akuntansi (non-cash), bukan benar-benar cash yang bisa dipakai untuk dibagikan ke pemegang saham.

LPPF di sini lebih jujur: kalau ada laba, ya bagi dividen. Kalau ada duit lebih, ya buyback. Artinya, ini bisa jadi bukan laba ilusi. Saya bisa salah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Laba yang sehat selalu punya backup dari cashflow operasional (CFO). Nah, di LPPF:

🔹 CFO 2024: Rp1,81 Triliun
🔹 Laba bersih: Rp827,65 Miliar
🔹 CFO lebih dari 2x lipat laba bersih

Kalau laba ini palsu atau hasil rekayasa akuntansi, pasti CFO lebih kecil dari laba bersih. Tapi yang terjadi di sini, cashflow masuk lebih besar dari keuntungan yang tercatat. Artinya, uang benar-benar masuk dari hasil operasional, bukan hanya angka manipulasi akuntansi.

Bandingkan dengan WeWork, yang bertahun-tahun mencatatkan "pertumbuhan" revenue dan laba, tapi cashflow operasionalnya minus terus. Hasilnya? Bangkrut, karena mereka sebenarnya nggak pernah benar-benar menghasilkan uang tunai yang cukup untuk menutupi operasional mereka. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

LPPF ada di sisi yang berbeda: mereka benar-benar menghasilkan cash nyata.

Trik lain perusahaan yang doyan menggoreng laba adalah dengan menggelembungkan revenue. Caranya? Mencatat penjualan sebagai pendapatan sebelum uang benar-benar diterima. Kalau ini terjadi, piutang pasti melonjak.

Tapi yang terjadi di LPPF justru sebaliknya. Piutang usaha justru turun 32,7% jadi Rp40,27 Miliar

Kalau mereka mau memanipulasi laba, harusnya piutang naik karena mereka bisa mencatat revenue lebih dulu tanpa benar-benar menerima uangnya. Tapi di sini, revenue turun hanya 2,14%, sementara piutang anjlok lebih dalam. Artinya? Pendapatan yang dicatat benar-benar sudah diterima, bukan revenue hantu.

Laba besar nggak ada gunanya kalau perusahaan tenggelam dalam utang. Jadi, kita cek:

Total liabilitas: Rp4,81 Triliun (turun 17,69%)

Utang berbunga: Rp0 (sudah lunas total)

CFO bisa lunasi semua liabilitas dalam 2,66 tahun

Bayangkan kalau laba ini cuma ilusi dan sebenarnya mereka nggak punya duit. Harusnya utang masih banyak, atau mereka harus cari pinjaman baru buat bayar yang lama. Tapi di sini? Utang berbunga LPPF sudah habis.

Sekarang bandingkan dengan Evergrande, raksasa properti China yang ngaku-ngaku profit besar bertahun-tahun. Masalahnya? Utang mereka numpuk lebih cepat dari arus kas masuk. Begitu likuiditasnya seret, langsung hancur. LPPF nggak ada di situasi ini—cash cukup, utang berkurang, nggak perlu gali lubang tutup lubang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Walaupun laba LPPF terlihat nyata, bukan berarti nggak ada sedikit makeup di laporan keuangan. Salah satu hal yang perlu dicermati adalah pengurangan provisi persediaan. Provisi persediaan turun dari Rp69,26 Miliar jadi Rp36,18 Miliar (-47,74%)

Ini bisa jadi dua hal:

1. Manajemen lebih efisien dalam mengelola stok → bagus

2. Mereka terlalu optimis dan menurunkan pencadangan terlalu agresif → hati-hati

Kalau ternyata stok mereka masih banyak yang lama dan susah laku, nanti tahun depan bisa kena beban tambahan. Tapi selama mereka benar-benar bisa menjual stok lama dengan baik, ini bukan masalah besar.

Jadi ini laba LPPF real atau palsu? Kalau dari analisis LK sederhana sih kelihatan asli. Tapi entah ya, realitas nya gimana. Semoga aja apa yang di LK = Kenyataan. Semoga tidak kejadian seperti eFishery.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy