$ROTI LK Full Year 2024: Masih Enak?
Kebetulan ada member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 yang suka sama ROTI https://stockbit.com/post/13223345
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) masih menjalankan bisnisnya dengan model yang sama: jualan roti di mana-mana, cetak laba, tapi tetap harus bergulat dengan angka-angka di neraca. Perusahaan ini beroperasi sejak 1996, dengan pabrik tersebar dari Jawa hingga Sulawesi. Meski namanya besar, ROTI tidak memiliki entitas induk karena tidak ada pemegang saham yang menguasai lebih dari 50%. Kantor pusatnya tetap di Bekasi, dan bisnisnya masih berkutat di industri roti dan kue yang, meski tampak sederhana, tetap memiliki kompleksitas finansial yang menarik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Total aset ROTI per 31 Desember 2024 tercatat Rp3,75 Triliun, menyusut dari Rp3,94 Triliun (-4,99%). Sepertinya manajemen sedang diet aset. Mesin dan peralatan masih menjadi bagian terbesar dengan nilai Rp1,95 Triliun, sementara bangunan dan pengembangan menyumbang Rp1,30 Triliun. Perabot kantor? Rp354,34 Miliar, entah berapa persen yang sebenarnya masih dipakai dan bukan sekadar dekorasi. Tanah yang dimiliki tercatat Rp435,08 Miliar, sementara aset dalam penyelesaian hanya Rp51,39 Miliar. Tidak ada yang mencolok di sini selain fakta bahwa angka-angka ini tampaknya lebih statis dibanding bisnis yang terus berkembang.
Di sisi liabilitas, total utang mencapai Rp1,55 Triliun. Pinjaman bank jangka panjang Rp495,7 Miliar masih setia nangkring di neraca, sementara utang usaha Rp201,05 Miliar dan utang lain-lain Rp182,05 Miliar sepertinya juga tak ke mana-mana. Ada pinjaman bank jangka pendek Rp100 Miliar, yang artinya ROTI masih harus bermain dengan kredit dalam operasionalnya. Beban akrual Rp72,56 Miliar mengalami penyusutan, mungkin karena pembayaran yang lebih cepat atau hanya karena ada yang ditunda ke tahun depan.
Ekuitas ROTI ikut menyusut ke Rp2,31 Triliun, turun dari Rp2,39 Triliun (-3,56%). Bukan skenario terbaik untuk pemegang saham yang ingin melihat valuasi naik. Dengan turunnya aset dan ekuitas, tapi liabilitas masih besar, pertanyaannya jadi sederhana: apakah bisnis ini bisa bertahan dalam jangka panjang dengan model yang sama?
Bagian laba rugi sedikit lebih menarik. Pendapatan naik tipis 2,92% menjadi Rp3,93 Triliun, dengan segmen roti manis naik 8,9% ke Rp1,68 Triliun. Sayangnya, roti tawar sebagai produk utama malah turun 1,5% ke Rp2,61 Triliun. Entah karena tren konsumsi berubah atau karena pesaing makin agresif. Beban pokok Rp1,79 Triliun naik 1,7%, tapi laba usaha masih bisa tumbuh 9% ke Rp521,32 Miliar. Laba bersih juga naik 8,67% ke Rp362,20 Miliar, tapi beban keuangan yang naik 3,31% jadi catatan tersendiri. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Cashflow masih dalam kondisi yang bisa dibilang “cukup sehat.” Kas operasi neto mencapai Rp589,05 Miliar, lebih besar dari laba bersih yang Rp362,20 Miliar, indikasi bahwa akrual masih cukup wajar. Tapi ada satu hal yang menarik: arus kas investasi negatif Rp108,94 Miliar, yang artinya ROTI tetap berinvestasi meskipun jumlahnya berkurang dibanding tahun lalu. Pembayaran gaji mencapai Rp916,71 Miliar, naik 19%, sementara pembayaran pajak justru turun 7,3% ke Rp100,89 Miliar.
Piutang sedikit turun ke Rp436,64 Miliar, dengan piutang pihak ketiga Rp232,62 Miliar dan piutang pihak berelasi Rp204,02 Miliar. Tapi yang lebih menarik, utang pihak berelasi justru naik 50,8% ke Rp51,55 Miliar. Ini menimbulkan pertanyaan: apakah ada ketergantungan lebih besar terhadap transaksi dengan pihak terkait?
ROTI secara teknis bisa melunasi utang berbunga Rp595,7 Miliar dalam 2,6 tahun jika memakai seluruh kas operasi. Free Cash Flow (FCF) mereka berada di Rp494,46 Miliar, dengan porsi terhadap revenue sebesar 12,57% dan terhadap liabilitas 31,9%. Dengan angka ini, secara teori mereka bisa menutup seluruh utang berbunga dalam 1,1 tahun, tapi itu kalau mereka berhenti membayar dividen dan ekspansi.
Capex mereka turun ke Rp94,59 Miliar dari Rp112,73 Miliar (-16,09%), hanya 2,4% dari revenue. Pengurangan belanja modal ini bisa berarti efisiensi atau malah tanda bahwa ekspansi mulai melambat. Dengan kas yang menyusut hampir 20%, pertanyaannya bukan hanya apakah mereka bisa bertahan, tapi apakah ada strategi jangka panjang yang lebih jelas selain sekadar mempertahankan margin laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bisnisnya tetap jalan, laba tetap tumbuh, tapi angka di neraca menunjukkan beberapa tren yang bisa jadi sinyal peringatan. ROTI masih bisa bermain di zona aman, tapi bagaimana mereka mengelola aset, utang, dan hubungan dengan pihak berelasi ke depannya akan menjadi penentu apakah bisnis ini hanya bertahan atau benar-benar berkembang.
✅ROTI✅
1. Laba Bersih Naik → Laba bersih tumbuh 8,67% menjadi Rp362,20 Miliar, menunjukkan efisiensi operasional dan kontrol biaya yang baik.
2. Laba Usaha Meningkat → Laba usaha naik 9% ke Rp521,32 Miliar, mengindikasikan bisnis inti masih kuat meskipun pertumbuhan revenue terbatas.
3. Arus Kas Operasional Lebih Besar dari Laba Bersih → CFO Rp589,05 Miliar lebih besar dari laba bersih Rp362,20 Miliar, artinya pendapatan tidak hanya bagus di atas kertas tetapi juga menghasilkan cash nyata.
4. FCF Positif & Bisa Bayar Utang → Free Cash Flow Rp494,46 Miliar, cukup untuk membayar utang berbunga Rp595,7 Miliar dalam 1,1 tahun jika tanpa dividen.
5. Segmen Premium Bertumbuh → Roti Manis tumbuh 8,9% ke Rp1,68 Triliun, menunjukkan pergeseran ke segmen yang lebih bernilai tinggi.
6. Capex Turun & Masih Bisa Ekspansi → Capex Rp94,59 Miliar turun 16,09% dari Rp112,73 Miliar, mengindikasikan efisiensi dalam belanja modal tanpa mengorbankan pertumbuhan.
7. Beban Gaji Naik Tapi Efektif → Beban gaji naik 19% ke Rp916,71 Miliar, bisa jadi indikasi peningkatan produktivitas atau ekspansi tenaga kerja untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
8. Piutang Menurun → Total piutang turun 6,8% ke Rp436,64 Miliar, mengindikasikan perbaikan dalam pengelolaan kredit pelanggan.
❌ROTI❌
1. Total Aset & Ekuitas Turun → Aset turun 4,99% ke Rp3,75 Triliun, ekuitas turun 3,56% ke Rp2,31 Triliun. Ini bisa menjadi tanda perlambatan pertumbuhan jangka panjang.
2. Kas & Setara Kas Anjlok → Turun 19,9% ke Rp430,95 Miliar, mengurangi bantalan likuiditas jika terjadi gangguan arus kas.
3. Pendapatan Roti Tawar Turun → Segmen utama turun 1,5% ke Rp2,61 Triliun, mengindikasikan potensi jenuh atau persaingan yang makin ketat.
4. Utang Pihak Berelasi Naik 50,8% → Naik ke Rp51,55 Miliar, bisa menjadi tanda ketergantungan tinggi terhadap transaksi internal.
5. Liabilitas Masih Besar → Total liabilitas Rp1,55 Triliun masih cukup signifikan, dan pinjaman bank jangka panjang Rp495,7 Miliar tetap menjadi beban utama.
6. Arus Kas Operasional Turun → Turun 4,8% ke Rp589,05 Miliar, meskipun masih positif, ini bisa menjadi tanda awal tekanan operasional.
7. Beban Keuangan Naik → Beban bunga naik 3,31% ke Rp62,89 Miliar, menunjukkan ketergantungan pada utang masih ada.
8. Pengurangan Belanja Modal → Capex yang turun bisa berarti efisiensi, tapi juga bisa menunjukkan kurangnya ekspansi agresif untuk pertumbuhan masa depan.
9. Retur Penjualan Naik → Meningkat 5,2% ke Rp767,16 Miliar, bisa jadi indikasi penurunan kualitas produk atau distribusi yang kurang efektif.
10. Perubahan Struktur Aset → Aset hak guna turun 29,5% ke Rp25,03 Miliar, yang bisa mengindikasikan perubahan strategi kepemilikan aset atau efisiensi yang bisa berdampak ke operasional.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10