$BBKP Menanti Kedatangan dan Bangkitnya Jenderal Bursa?
Karena kebetulan ada yang tanya tentang BBKP di postingan sebelumnya, saya jadi mengingat kembali memori saham bank yang pernah jadi trending topic Stockbit selama berbulan - bulan. Beberapa data jumlah investor BBKP di masa lalu sudah saya share di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Sebelum sekarang ada saham konglomerat yang booming seperti $PANI dan $BREN, dulu ada saham jenderal bursa yang namanya BBKP. Saham BBKP ini sangat booming di Stockbit. Siang malam orang-orang bahas seolah tak ada saham lain yang layak dibahas kecuali BBKP, seolah BBKP adalah saham terbaik di muka bumi ini. Tapi begitu bandar sudah perfect distribution dari 500 ke gocap dan banyak yang nyangkut, akhirnya jarang ada yang bahas BBKP. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bisa jadi total cuan yang didapat bandar dikurangi dengan total beban dan cost lain - lain yang digunakan untuk Markup harga saham plus promosi alias pompom itu masih hasilkan net profit. Bisa jadi ya, soalnya saya ndak tahu berapa biaya yang dikeluarkan bandar untuk Markup dan promosikan BBKP agar hype selama berbulan-bulan. Untuk bisa bikin saham hype dan trending topic berbulan-bulan di medsos itu butuh banyak effort dan buzzer. Itulah juga kenapa banyak lahir akun kloningan tanpa centang abu - abu di Stockbit. Mereka hadir untuk bikin hype saham. Untungnya sekarang Stockbit menciptakan sistem centang abu-abu untuk membedakan mana User kloningan dan mana user asli yang daftar Stockbit pakai KTP. Semua user Stockbit yang punya centang abu - abu adalah real human yang daftar Stockbit pakai KTP. Kalau tidak ada centang abu-abu itu artinya artinya daftar Stockbit tidak pakai KTP, bisa jadi human, bisa jadi kloningan yang ngaku ibu rumah tangga dan cewek padahal aslinya hode. Serem.
Rata-rata investor ritel yang nyangkut sudah mencapai fase acceptance. Fase denial dan anger sudah lewat setelah 4 tahun berlalu. Indikator nya dari stream Stockbit yang sunyi, gelut ndak ada lagi, caci maki berkurang, yang marah - marah berkurang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
KB Bank alias BBKP ini kalau diibaratkan manusia, dulunya raja pesta yang dielu-elukan banyak orang, tapi sekarang malah jadi veteran perang yang babak belur, nyaris tak dikenali. Tahun 2021, sahamnya masih di harga Rp400-500, jumlah investornya membludak jadi 71.987 orang, semua berharap "Jenderal Bursa" bakal datang menyelamatkan. Tapi nyatanya, sekarang di Februari 2025, harga sahamnya Rp50, sementara jumlah investor masih 70.597 orang. Artinya? Banyak yang nyangkut, tapi masih percaya keajaiban bakal datang.
Flashback ke April 2020, sebelum BBKP digoreng, harga sahamnya masih Rp70, jumlah investor hanya 7.810 orang. Lalu dalam waktu kurang dari setahun, sahamnya digeber ke Rp500, dan jumlah investor melonjak 10 kali lipat. Ini textbook fase distribusi sempurna—dari segelintir pemegang saham awal, dialihkan ke puluhan ribu investor ritel yang masuk euforia di harga pucuk. Masalahnya? Setelah fase markup selesai, sahamnya mulai anjlok pelan tapi pasti.
Di Januari 2022, harga sudah turun ke Rp251, tapi jumlah investor malah naik ke 82.739 orang—karena banyak yang berpikir, "wah, ini udah murah, saatnya masuk." Sayangnya, saham malah makin turun ke Rp123 di Januari 2023, jumlah investor berkurang jadi 78.057 orang, pertanda banyak yang akhirnya cut loss. Sekarang di 2025, harga tinggal Rp50, dan jumlah investor pun terus berkurang, yang artinya fase purging masih berjalan. Ini bukan sekadar distribusi biasa, tapi slow motion massacre selama 4 tahun penuh. Dari euforia, ke fase denial, lalu purging, dan akhirnya... entah kapan bottom-nya.
Lalu, kalau kita lihat sisi fundamentalnya, apakah wajar harga saham BBKP anjlok kayak gini? Sangat wajar. Ini bukan keajaiban, tapi logika keuangan yang sederhana. Coba lihat data labanya:
2019: Masih untung Rp216 miliar (keadaan stabil)
2020: Rugi Rp3,2 triliun (awal kehancuran)
2021: Rugi Rp2,2 triliun (masih berusaha bertahan)
2022: Rugi Rp5 triliun (mulai keteteran)
2023: Rugi Rp6 triliun (nyaris KO)
2024 Q3: Masih rugi Rp2,6 triliun (sisa-sisa perlawanan)
Januari 2025: Untung Rp13,05 miliar, tapi dari pemulihan CKPN, bukan dari bisnis inti.
Total akumulasi rugi sejak 2020? Rp18,4 triliun. Jadi kalau ada yang heran kenapa harga sahamnya dari Rp500 ke Rp50, ya ini jawabannya. Ekuitas sudah tergerus 47%, NIM cuma 0,13%, CASA cuma 24,20%, dan LDR masih 104,29%—alias bank masih nekat kasih kredit lebih besar daripada dana yang dihimpun. Dengan kondisi ini, investor yang masih bertahan selama 4 tahun entah punya mental baja atau masih percaya sama "Jenderal Bursa" yang nggak pernah datang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi, apakah KB Bank sudah mati total? Belum tentu. Masih ada harapan rebound kalau beberapa kondisi ini bisa terpenuhi:
1. Kualitas kredit benar-benar membaik dan bukan cuma gimmick akuntansi. Kalau ini terjadi, risiko kredit turun, impairment kecil, dan laba jadi sustainable.
2. LDR turun ke level aman (di bawah 100%). Kalau bisa naikkan CASA, bank bisa nafas lebih lega dan biaya dana turun.
3. Profitabilitas bisnis inti membaik. NIM 0,13% ini absurd banget, harus naik signifikan kalau mau survive. BOPO juga harus makin efisien.
4. Suntikan modal dari KB Kookmin Bank. Ini kunci. Kalau PSP benar-benar serius mau selamatkan KB Bank, mereka harus berani tambal modal biar kepercayaan investor balik.
Sebaliknya, kalau pemulihan impairment ini cuma "trik sesaat," kualitas kredit masih busuk, ekuitas makin terkikis, CASA tetap stagnan, dan LDR nggak turun, maka harapan rebound tinggal dongeng belaka.
Jadi, KB Bank ini masih dalam masa rehabilitasi, belum sepenuhnya sehat, tapi juga belum mati total. Kita lihat apakah ini pertanda kebangkitan atau sekadar "make-up keuangan" yang bakal luntur lagi di laporan triwulan berikutnya. Kalau masih berharap "Jenderal Bursa" datang menyelamatkan, mungkin sudah saatnya sadar bahwa jenderal itu cuma mitos yang dijual bandar untuk fase distribusi sempurna. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
LDR (Loan to Deposit Ratio) KB Bank per Januari 2025 bisa dihitung dari total kredit yang disalurkan dibandingkan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun.
Total Kredit yang disalurkan: Rp41,60 triliun
Total Dana Pihak Ketiga (DPK):
Giro: Rp4,59 triliun
Tabungan: Rp5,06 triliun
Deposito: Rp30,23 triliun
Total DPK: Rp39,89 triliun
Jadi, LDR = Rp41,60 triliun / Rp39,89 triliun × 100 = 104,29%
Ini berarti KB Bank masih menyalurkan kredit lebih besar dibandingkan total dana pihak ketiga yang mereka miliki. Dengan kata lain, mereka masih agresif dalam menyalurkan kredit, meskipun dana yang dihimpun dari nasabah tidak cukup untuk membiayai semua pinjaman. Ini bikin risiko likuiditas cukup tinggi karena kalau banyak nasabah tarik dana dalam waktu singkat, bank bisa mengalami tekanan besar. Ini agak risiko. Idealnya LDR itu sebaiknya <95%. Dengan demikian ruang growth dan ekspansi masih besar.
Apakah BBKP bisa menurunkan LDR di masa depan? Entahlah. Saya pun tak tahu. Yang bisa menjawab ini adalah manajemen BBKP.
Tinggal kita lihat saja nanti apakah BBKP bisa mempertahankan laba Januari 2025 hingga seterusnya atau malah rugi lagi.
Jika memang masih yakin sama BBKP, tinggal cicil terus. Kalau tidak yakin, tidak usah beli. Bebas, karena duit masing-masing.
Keputusan ada di tangan masing-masing. Tidak usah menunggu datangnya Jenderal Bursa. Banyak - banyak doa saja semoga BBKP bisa cetak laba di masa depan. Ini bukan rekomendasi beli dan jual.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10