Return on Equity (ROE) adalah salah satu metrik yang paling banyak digunakan di dunia investasi. Salah satu alasannya tentu saja karena gampang cara menghitungnya. Tinggal ambil net income dibagi dengan nilai buku ekuitas, selesai. Namun, ketergantungan yang berlebihan terhadap ROE dalam memvaluasi sebuah saham bisa berujung pada hal yang merugikan investor, terutama jika nilai ROE yang dilaporkan overstated. Metrik ROE lebih gampang “dimanipulasi” ketimbang metrik lain seperti ROIC.
Terdapat sekurang-kurangnya 4 penyebab ROE sebuah saham bisa tampak tinggi (overstated), yaitu
*High Level of Debt (Heavy Levered)
Modal untuk menjalankan sebuah usaha sumbernya ada 2, yaitu ekuitas dan hutang. Net income yang dihasilkan oleh sebuah Perusahaan bisa terjadi karena usahanya dibiayai oleh kombinasi antara ekuitas dan hutang. Laba yang dihasilkan dari struktur modal dengan proporsi ekuitas kecil + proporsi hutang tinggi, akan menghasilkan angka ROE yang tinggi. Investor yang hanya berpatokan pada ROE tinggi tanpa melihat rasio permodalan akan terpapar oleh tingkat resiko usaha yang tinggi.
*Share Repurchase (Buyback)
Ketika terjadi buyback, maka cash pada bagian aset di neraca akan berkurang. Counter balance nya adalah saham beredar di bagian ekuitas akan berkurang, menyebabkan modal ditempatkan dan disetor penuh akan berkurang pula. Ini akan menciptakan ROE yang lebih tinggi, yang mana sifatnya semu dalam hal value creation kepada equity holder.
*Dividend Payout
Ketika terjadi pembagian dividend dalam jumlah yang signifikan, maka cash pada bagian aset di neraca akan berkurang drastis. Counter balance nya adalah saldo laba ditahan di bagian ekuitas akan menyusut, menyebabkan total nilai ekuitas akan berkurang pula. Ini akan mendorong ROE lebih tinggi untuk sesaat, yang mana sifatnya juga semu dalam hal value creation kepada equity holder.
*One Off Gain
Laba non-operasi yang hanya sesekali terjadi, seperti klaim asuransi, ganti rugi akibat gugatan hukum, laba selisih kurs, dll bisa meningkatkan net income sehingga akan menghasilkan nilai ROE yang tinggi. Ini berbahaya apabila tidak dicermati oleh investor yang merasa sudah membeli emiten undervalued.
Keempat hal di atas tidak akan berpengaruh terhadap angka ROIC, karena:
*ROIC mengabaikan laba non-operasi
*ROIC tidak memasukkan uang tunai sebagai invested capital sehingga cash berkurang dan ekuitas berkurang dalam jumlah yang sama akibat buyback/dividen tidak berpengaruh terhadap hasil ROIC
*Tingkat hutang yang bertambah justru bisa mengecilkan nilai ROIC apabila tidak diimbangi dengan laba operasi yang bertumbuh.
Jadi, berhati-hatilah terhadap ROE yang tinggi. Pastikan dulu penyebabnya sebelum memutuskan berinvestasi. Lengkapi analisa dengan metrik-metrik lainnya. Bisa juga memakai Dupont Analysis jika diperlukan. Untuk emiten financial, patokannya tetap ROE karena hutang dan cash pada perusahaan-perusahaan ini adalah bahan baku atau setara inventory, namun tetap memperhatikan rasio permodalan dan rasio-rasio lainnya. Semoga bermanfaat!
$BBRI $TOTL $TAPG