imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TMAS: Beli Kapal Baru Ketika Laba Anjlok

Diskusi hari ini tentang saham sektor transportasi di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Dari hasil rekap laporan keuangan Full Year 2024 per tanggal 2 Maret 2025, baru 3 perusahaan sektor transportasi yang rilis LK. Mereka rajin dan pemberani. Salah satunya adalah TMAS.

PT Temas Tbk (TMAS) ini pemain utama di industri pelayaran dan bongkar muat di Indonesia. Bisnisnya jelas: angkut barang pakai kapal, bongkar-muat di pelabuhan, dan pastinya harus berurusan dengan segala macam biaya operasional yang nggak murah. Laporan keuangan terbaru menunjukkan kalau perusahaan ini masih menghasilkan uang, tapi efisiensi operasional dan pengelolaan utang mulai jadi isu yang harus diperhatikan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pendapatan TMAS naik tipis dari Rp4.305,7 miliar ke Rp4.344,4 miliar, atau sekitar 0,9%. Kenaikan yang hampir nggak terasa kalau dibandingkan dengan kenaikan beban. Dari total pendapatan, jasa pelayaran menyumbang Rp4.258,3 miliar, sementara jasa bongkar muat hanya Rp585,9 miliar. Pendapatan dari pelanggan berelasi anjlok dari Rp17,2 miliar ke Rp5,3 miliar, artinya TMAS makin bergantung ke pihak ketiga. Sementara itu, pendapatan dari pihak ketiga masih tumbuh, tapi pertumbuhan jasa bongkar muat justru melemah.

Di sisi beban, kenaikannya jauh lebih agresif dibandingkan revenue. Harga pokok pendapatan (COGS) naik 7,9% menjadi Rp3.444,2 miliar. Komponen terbesar dalam COGS adalah biaya bongkar muat Rp1.227,9 miliar yang naik 8,8%, lalu ada bahan bakar Rp1.154,2 miliar yang naik 9,7%. Kapal nggak bisa jalan tanpa solar, jadi kenaikan ini wajar, tapi tetap bikin margin makin tertekan. Yang menarik, biaya sewa melonjak hampir dua kali lipat dari Rp14,3 miliar ke Rp28,4 miliar. Ini pertanda kalau perusahaan semakin bergantung pada aset yang disewa daripada yang dimiliki sendiri.

Beban operasional juga makin liar. Beban usaha (SGA) naik 23,2% jadi Rp227,1 miliar. Yang paling besar kenaikannya adalah gaji dan kesejahteraan karyawan, dari Rp104,5 miliar ke Rp131,6 miliar, naik 25,9%. Lalu ada lonjakan biaya jasa profesional dari Rp4,8 miliar ke Rp10,7 miliar, naik 124,4%. Bisa jadi ini biaya untuk konsultasi atau legal fees, tapi kalau naik lebih dari dua kali lipat, harusnya ada pertanyaan: efisiensi atau pemborosan?

Laba bersih akhirnya kena dampaknya. Dari Rp814,8 miliar di 2023, turun ke Rp721,5 miliar di 2024, atau turun 11,4%. Dengan kondisi revenue yang naik tipis tapi beban naik tajam, penurunan laba ini sudah bisa ditebak. Untungnya, laba masih di atas Rp700 miliar, artinya perusahaan masih mencetak untung, tapi kalau tren ini lanjut, bukan nggak mungkin tahun depan angka ini bisa turun lebih jauh.

Dari sisi aset, totalnya naik dari Rp4.068,7 miliar ke Rp4.409,5 miliar, atau naik 8,4%. Tapi yang menarik, aset lancar justru turun 17,5%, dengan penurunan terbesar di kas dan setara kas yang jeblok dari Rp575,1 miliar ke Rp337,7 miliar, turun 41,3%. Kalau kas turun sebesar ini, pertanyaannya: apakah operasional mulai lebih banyak ditopang utang? Aset tetap masih jadi bagian terbesar dengan Rp2.555,7 miliar, meskipun turun 0,9%. Yang mencolok, aset tidak lancar lainnya melonjak dari Rp13,1 miliar ke Rp633,4 miliar, naik 4.740,3%. Bisa jadi ini investasi besar yang bakal terlihat dampaknya nanti, atau justru manuver yang akan jadi beban di masa depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di sisi liabilitas, utang naik dari Rp1.485,7 miliar ke Rp1.549,9 miliar, atau naik 4,3%. Utang usaha naik 20,4% ke Rp267,4 miliar, dan utang pajak naik 105,9% ke Rp28,7 miliar. Kenaikan utang pajak ini bisa berarti dua hal: perusahaan masih profitable, atau ada tagihan pajak yang sebelumnya belum dibayarkan. Yang lebih menarik lagi, utang bank jangka panjang naik dari Rp568,8 miliar ke Rp755,9 miliar, atau naik 32,9%. Artinya, TMAS makin banyak mengandalkan pinjaman jangka panjang, yang bisa jadi sinyal buruk kalau nanti arus kasnya nggak cukup buat bayar.

Dari sisi cash flow, situasinya juga mulai ketat. Arus kas operasi turun dari Rp1.127,6 miliar ke Rp992,3 miliar, atau turun 12%. Kas dari pelanggan naik 2,3% ke Rp4.405,3 miliar, tapi pengeluaran juga naik lebih besar. Biaya pajak naik 44,1% ke Rp121,0 miliar, dan pembayaran gaji naik dari Rp306,8 miliar ke Rp331,7 miliar. Cash flow investasi defisit Rp773,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang defisit Rp443,6 miliar. Ini disebabkan oleh belanja aset tetap yang naik dan adanya uang muka pembelian aset sebesar Rp627,6 miliar. Artinya, TMAS masih dalam mode ekspansi, tapi ini datang dengan konsekuensi likuiditas yang makin ketat.

Dari sisi pendanaan, perusahaan menerima utang jangka panjang Rp402,9 miliar dan membayar dividen Rp454,9 miliar, lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp753,2 miliar. Pengurangan dividen ini memberi ruang napas buat cash flow, tapi tetap saja, posisi kas sudah jauh berkurang dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari sisi pelanggan, TMAS nggak bergantung pada satu pelanggan besar, yang artinya risiko konsentrasi rendah. Tapi, pendapatan dari jasa bongkar muat turun, dan pendapatan dari pihak berelasi juga anjlok, menunjukkan bahwa mereka makin tergantung ke pasar umum. Sementara itu, di sisi vendor, utang usaha naik 20,4%, artinya mereka makin banyak berhutang ke pemasok untuk operasional.

TMAS masih profitable, tapi tekanan di berbagai sisi mulai terasa. Revenue naik, tapi beban naik lebih kencang. Laba turun, cash flow operasi juga melemah, sementara belanja aset tetap agresif. Utang jangka panjang makin besar, kas makin tipis. Kalau kondisi ini nggak dikendalikan, dalam beberapa tahun bisa saja mereka harus lebih banyak berhutang atau mengurangi dividen lebih drastis lagi. Saat ini perusahaan masih berdiri kuat, tapi kalau efisiensi biaya nggak segera diperbaiki, risiko jangka panjangnya mulai terlihat.

PT Temas Tbk (TMAS) adalah pemain besar di industri pelayaran Indonesia. Bisnisnya cukup jelas: angkut barang, urus bongkar muat di pelabuhan, dan coba bertahan menghadapi kenaikan biaya operasional. Laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa TMAS masih bertahan dengan profit, tapi efisiensi dan strategi ekspansi mereka perlu diperhatikan lebih jauh.

Dari sisi aset, TMAS masih dalam mode ekspansi. Total aset tetap mencapai Rp5,57 Triliun, naik dari Rp5,34 Triliun di tahun sebelumnya (+4,3%). Mayoritas aset ini berasal dari kapal senilai Rp2,15 Triliun, tapi ada yang menarik—nilai kapal ini justru turun Rp136,1 Miliar dibanding tahun lalu. Bisa jadi ada kapal tua yang dilepas atau revaluasi aset yang membuat nilainya turun. Namun, TMAS tetap rajin merawat armada dengan biaya pemugaran dan perbaikan kapal yang naik menjadi Rp190,5 Miliar dari Rp186,7 Miliar.

Selain kapal, TMAS juga mengembangkan aset lainnya. Peti kemas naik signifikan menjadi Rp1,05 Triliun (+42%), yang bisa jadi sinyal ekspansi dalam kapasitas logistik. Alat berat masih di kisaran Rp923,9 Miliar, sedikit turun dari tahun lalu, sedangkan bangunan dan prasarana naik menjadi Rp243,9 Miliar, dan tanah bertambah menjadi Rp401,3 Miliar.

Namun, ada strategi menarik di sisi penggunaan aset. Aset sewa turun drastis dari Rp472,9 Miliar menjadi Rp330,4 Miliar (-30,1%), terutama karena TMAS mulai mengurangi ketergantungan pada peti kemas sewa, yang nilainya anjlok dari Rp190,7 Miliar menjadi Rp42,8 Miliar. Artinya, mereka sekarang lebih memilih punya aset sendiri ketimbang sewa, mungkin sebagai langkah efisiensi jangka panjang.

Dari sisi ekspansi armada, TMAS terlihat cukup agresif. Mereka mengalokasikan Rp627,6 Miliar untuk uang muka pembelian 13 kapal baru dari pihak ketiga, yang menandakan niat mereka untuk memperbesar kapasitas bisnis. Namun, di saat yang sama, mereka juga melepas beberapa kapal lama. Untuk perlindungan, seluruh kapal TMAS diasuransikan dengan total pertanggungan mencapai Rp1,50 Triliun, dengan tambahan perlindungan risiko perang sebesar Rp213,8 Miliar.

Sekarang, mari bicara soal pemegang saham dan manajemen. TMAS ini pada dasarnya dikendalikan oleh PT Temas Lestari yang memiliki 83,65% saham, sedangkan publik hanya memegang 14,97%. Sisanya dimiliki oleh beberapa eksekutif seperti Faty Khusumo (0,60%), Ganny Zheng (0,40%), dan Ricky Effendi (0,04%). Jajaran direksi dipimpin oleh Faty Khusumo sebagai Direktur Utama, didampingi oleh Ganny Zheng, Ricky Effendi, dan Widy Kiswanto. Sementara itu, Komisaris Utama adalah Harto Khusumo, dengan dua komisaris independen, Alfred Natsir dan Theo Lekatompessy. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

TMAS juga punya sejumlah anak usaha di berbagai sektor pelayaran dan logistik, termasuk PT Mentari Mas Multimoda, PT Lestari Nasional Gas, PT Temas Bulker, PT Temas Shipping, PT Temas Port, PT Temas Depot, PT Pelabuhan Temas Nusantara, dan PT Depo Lautan Nusantara.

Dari sisi aksi korporasi, mereka baru saja melakukan stock split 1:10, mengubah jumlah saham dari 5,7 Miliar lembar menjadi 57,05 Miliar lembar untuk meningkatkan likuiditas saham di pasar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

TMAS masih dalam fase ekspansi besar-besaran, dengan penambahan kapal, investasi di peti kemas, dan peralihan dari aset sewa ke aset milik sendiri. Tapi, ini juga datang dengan konsekuensi: likuiditas makin ketat, utang naik, dan mereka harus memastikan bahwa ekspansi ini benar-benar mendatangkan profit, bukan cuma menambah beban operasional. Struktur kepemilikan yang sangat terkonsentrasi di satu pihak juga menunjukkan bahwa keputusan strategis akan sangat bergantung pada pemegang saham mayoritas. Jadi, bagi yang ingin berinvestasi di TMAS, ini bukan sekadar bisnis angkut barang—ini juga bisnis mengelola risiko ekspansi yang agresif.

TMAS sering dianggap sebagai perusahaan kontainer, tapi kalau dilihat lebih dalam, sebenarnya TMAS lebih cocok disebut sebagai perusahaan pelayaran umum ketimbang spesialis kontainer seperti MSC, Maersk, atau CMA CGM. Mereka memang punya kapal yang bisa mengangkut peti kemas, tapi juga kapal untuk kargo curah dan layanan bongkar muat. Jadi, kalau ada yang membandingkan TMAS dengan raksasa pelayaran dunia, itu seperti membandingkan truk logistik dengan sepeda motor pengantar paket—sama-sama bergerak di logistik, tapi jelas beda kelas.

Kalau bicara angka, Maersk adalah salah satu pemain terbesar dalam industri pelayaran global, sementara TMAS adalah pemain domestik yang masih jauh skalanya. Maersk punya aset Rp674 Triliun, sementara TMAS hanya Rp4,41 Triliun, selisihnya hampir 153 kali lipat. Dari sisi kapitalisasi pasar, Maersk bernilai Rp629 Triliun, sedangkan TMAS hanya Rp3,5 Triliun, yang artinya nilai Maersk di pasar saham lebih dari 170 kali lipat dibandingkan TMAS. Dengan skala yang begitu jauh, membandingkan TMAS dengan Maersk sebetulnya tidak masuk akal, tapi tetap menarik melihat bagaimana pasar menilai keduanya.

Yang lebih aneh lagi adalah valuasi sahamnya. PBV TMAS saat ini di angka 2,68, sementara Maersk hanya 0,47, yang berarti harga saham TMAS dihargai 2,68 kali dari nilai bukunya, sedangkan Maersk justru dihargai di bawah nilai bukunya. Ini menunjukkan bahwa pasar menilai TMAS lebih premium dibandingkan Maersk, meskipun dari sisi aset dan skala bisnis mereka jauh tertinggal. PER TMAS juga jauh lebih tinggi, yakni 10,93 dibandingkan Maersk yang hanya 6,10, yang artinya investor membayar lebih mahal untuk setiap rupiah laba TMAS dibandingkan Maersk. Ini agak ironis, mengingat Maersk adalah pemain global yang lebih efisien dan punya profitabilitas lebih stabil dibandingkan TMAS. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi kapasitas angkut, Maersk memiliki 4,3 juta TEU, sementara TMAS tidak punya data resmi mengenai kapasitas TEU-nya. Ini semakin menguatkan bahwa TMAS bukan perusahaan kontainer murni, melainkan perusahaan pelayaran yang menangani berbagai jenis barang, termasuk peti kemas, kargo curah, dan jasa bongkar muat. Kalau bicara soal dominasi pasar, Maersk adalah pemain global yang memiliki rute ke hampir semua negara di dunia, sedangkan TMAS masih fokus pada rute domestik dan regional. Jadi, kalau ada yang berharap TMAS bisa menjadi "Maersk-nya Indonesia", itu mungkin terlalu optimis, karena dari skala bisnis saja sudah beda dimensi.

Dari sisi struktur kepemilikan, Maersk adalah perusahaan publik yang sahamnya tersebar lebih luas, sedangkan TMAS masih didominasi oleh pemegang saham mayoritas, PT Temas Lestari, yang menguasai 83,65% sahamnya. Artinya, meskipun TMAS adalah perusahaan terbuka, pengendali utamanya tetap satu pihak, sehingga kebijakan strategis akan lebih terpusat. Ini berbeda dengan Maersk yang lebih transparan dan melibatkan lebih banyak investor institusi dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, jika melihat dari sisi utang dan likuiditas, Maersk memiliki utang Rp224 Triliun, sedangkan TMAS hanya Rp1,55 Triliun. Ini bisa berarti dua hal: pertama, Maersk lebih agresif dalam ekspansi dan investasi jangka panjang, sementara TMAS lebih konservatif dan belum terlalu berani mengambil risiko besar. Kedua, karena skala bisnis Maersk jauh lebih besar, wajar jika mereka memiliki beban utang yang lebih tinggi. Tapi perbedaannya tetap terlalu besar, dan ini menunjukkan bahwa TMAS belum masuk ke liga yang sama dengan Maersk dalam hal ekspansi global.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa TMAS bukan perusahaan kontainer murni dan masih jauh dari level raksasa global seperti Maersk. Dari segi valuasi, saham TMAS lebih mahal dibandingkan Maersk, meskipun skala bisnisnya jauh lebih kecil. PBV dan PER yang lebih tinggi menunjukkan bahwa pasar masih optimis terhadap prospek pertumbuhan TMAS, atau bisa jadi pasar lokal memang lebih royal dalam memberi valuasi tinggi pada perusahaan domestik. Namun, dengan laba yang masih terbatas, valuasi ini bisa jadi bumerang jika TMAS tidak mampu tumbuh secepat yang diharapkan. Kalau ekspansi mereka gagal menghasilkan laba lebih besar, bukan tidak mungkin harga sahamnya akan dikoreksi oleh pasar. Jadi, apakah TMAS bisa bersaing secara global? Secara realistis, tidak. Tapi di pasar domestik, mereka masih punya potensi untuk berkembang, terutama jika bisa mengelola efisiensi operasional dengan lebih baik.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$SMDR $HAIS

Read more...

1/8

testestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy