imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ERAA Butuh iPhone

Erajaya Swasembada (ERAA) itu ibarat perpanjangan tangan Apple di Indonesia. Tanpa Apple, ERAA bisa pusing tujuh keliling. Kenapa? Karena hampir 41% dari total penjualan mereka berasal dari produk Apple. Bayangkan, dalam 9 bulan pertama 2024 saja, mereka belanja iPhone dan produk Apple lain sebesar Rp19,83 triliun. Itu angka yang luar biasa besar, bahkan lebih besar dari banyak perusahaan publik di BEI. Kalau Apple batuk, ERAA bisa kena flu parah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi memang hubungan mereka sudah seperti pasangan lama yang susah pisah. ERAA bukan cuma distributor resmi Apple, tapi juga punya perjanjian sebagai retailer iBox dan distributor ke operator seluler seperti Telkomsel, XL, dan Indosat. Semua toko iBox yang menjual iPhone secara resmi? Itu di bawah naungan ERAA. Jadi, kalau ada masalah dengan Apple, mereka yang kena getahnya duluan.

Kemarin sempat ada kabar buruk: Apple dilarang jual iPhone 16 di Indonesia kalau nggak bangun pabrik di sini. Langsung deh muncul pertanyaan: Apakah ini awal kehancuran ERAA? Karena kalau benar-benar terjadi, mereka bisa kehilangan lebih dari 40% revenue. Tanpa iPhone, toko iBox bisa sepi, dan mereka bakal kesulitan jualan produk lain. Untungnya, drama ini selesai lebih cepat dari sinetron Indonesia. Pemerintah akhirnya kasih jalan keluar, Apple boleh jualan lagi tanpa harus bikin pabrik. Ini jelas angin segar buat ERAA. Mereka bisa lanjut jualan iPhone tanpa hambatan, dan potensi kehilangan miliaran rupiah bisa dihindari.

Kalau skenario buruknya terjadi—iPhone tetap dilarang—ERAA bisa kolaps. Kenapa? Karena margin terbesar mereka datang dari produk Apple, terutama aksesoris seperti AirPods, casing, dan charger. Segmen aksesoris ini menghasilkan margin kotor 24,2%, jauh lebih tinggi dari margin penjualan iPhone itu sendiri yang cuma 9,6%. Artinya, kalau ERAA nggak bisa jual iPhone, pelanggan juga nggak akan beli aksesorisnya. Sekarang bayangkan kalau 40% revenue tiba-tiba hilang, efeknya bisa lebih buruk dari resesi ekonomi.

Dengan kembalinya iPhone ke pasar Indonesia, ERAA bisa bernapas lega. Mereka bisa lanjut mengeruk keuntungan dari hype iPhone terbaru, terutama di segmen kelas atas. Konsumen di Indonesia ini luar biasa setia sama iPhone, bahkan rela beli cicilan bertahun-tahun hanya demi ganti model terbaru. Itu peluang besar buat ERAA, yang juga menawarkan program cicilan dan trade-in. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi ada hal yang perlu diperhatikan. Ketergantungan berlebihan terhadap Apple ini bisa jadi pedang bermata dua. Kalau suatu saat Apple memutuskan untuk jual langsung di Indonesia tanpa perantara, ERAA bisa kehilangan sebagian besar bisnisnya. Mereka harus mulai diversifikasi pendapatan lebih agresif. Selama ini mereka memang sudah mulai jualan produk lain seperti MacBook, iPad, dan aksesoris IoT, tapi tetap saja, Apple adalah sumber kehidupan utama mereka. Jadi, meskipun sekarang situasinya aman, ERAA nggak boleh lengah. Mereka harus selalu siap menghadapi kemungkinan Apple tiba-tiba “main belakang” dengan menjual langsung ke konsumen Indonesia. Karena kalau itu terjadi, ERAA bisa kehilangan statusnya sebagai “penguasa” pasar Apple di Indonesia.

Singkatnya, iPhone kembali dijual di Indonesia? ERAA untung besar. Kalau iPhone tetap dilarang? ERAA bisa setengah mati. Saat ini mereka bisa lega, tapi mereka juga harus waspada. Apple itu mitra sekaligus ancaman terbesar mereka. Dan dalam dunia bisnis, nggak ada yang benar-benar setia.

Kalau Apple itu nyawa buat ERAA, Samsung cuma sekadar teman nongkrong yang penting tapi nggak dominan. Ibaratnya, kalau Apple tiba-tiba pergi, ERAA bisa langsung masuk ICU. Tapi kalau Samsung yang cabut? Paling ERAA cuma pusing sebentar, tapi masih bisa lanjut hidup. Kenapa? Karena kontribusi Samsung ke ERAA cuma 16% dari total penjualan, jauh di bawah Apple yang mencapai 41%.

Selama 9 bulan pertama 2024, ERAA belanja produk Samsung sekitar Rp7,76 triliun, angka yang memang besar, tapi kalau dibandingkan dengan belanja mereka ke Apple yang mencapai hampir Rp20 triliun, ya jelas kelihatan siapa yang lebih penting. Dengan kata lain, kalau Apple itu pacar yang harus selalu dijaga biar nggak selingkuh, Samsung itu lebih kayak teman bisnis yang kalau pergi ya masih ada yang lain. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Secara historis, Samsung memang punya peran penting di pasar ponsel Indonesia, tapi mereka nggak pernah jadi raja di bisnis ERAA. Masalahnya, Samsung itu nggak eksklusif dengan ERAA, jadi mereka juga punya banyak distributor lain. Artinya, kalau ERAA nggak bisa jual produk Samsung, mereka masih bisa cari di tempat lain. Berbeda dengan Apple, di mana ERAA adalah salah satu distributor utama yang paling diandalkan di Indonesia.

Dari sisi margin, jualan produk Samsung juga nggak semenggiurkan Apple. Samsung memang punya varian produk yang lebih luas, mulai dari flagship kayak Galaxy S series sampai hape harga Rp1 jutaan buat anak sekolahan. Tapi masalahnya, produk low-end dan mid-range Samsung itu margin tipis banget. Jadi meskipun volume penjualannya besar, keuntungannya nggak segila produk Apple yang bisa markup lebih tinggi.

Selain itu, Samsung juga nggak punya ekosistem premium yang bikin pelanggan loyal seperti Apple. Pengguna iPhone biasanya lebih royal beli aksesoris resmi seperti AirPods, MagSafe charger, atau Apple Watch. Sementara pengguna Samsung? Banyak yang lebih suka cari charger KW di marketplace daripada beli produk resmi. Ini juga yang bikin segmen aksesoris Samsung di ERAA nggak seheboh Apple.

Kalau Samsung tiba-tiba keluar dari ekosistem ERAA, dampaknya nggak bakal separah kalau Apple yang cabut. ERAA masih bisa cari brand lain seperti Xiaomi, Oppo, atau Vivo untuk menggantikan. Tapi kalau Apple yang hilang? Itu baru kiamat kecil buat ERAA. Makanya, meskipun Samsung itu penting, dia nggak pernah jadi pusat gravitasi bisnis ERAA. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Singkatnya, Samsung itu penting, tapi Apple itu lebih penting. Kalau ERAA kehilangan Samsung, mereka masih bisa survive. Tapi kalau kehilangan Apple? Itu sama aja kayak warteg kehabisan nasi—gawat banget!

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MAPI $PTSN

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy