馃搲 INCO FY24: Laba Bersih -79% YoY, di Bawah Ekspektasi
Stockbit鈥檚 take:
鈻笍Vale Indonesia ($INCO) mencatatkan laba bersih sebesar US$7 juta pada 4Q24 (-81,6% YoY, -51,9% QoQ). Hasil ini membuat laba bersih selama FY24 menjadi US$58 juta (-78,9% YoY), di bawah ekspektasi karena hanya memenuhi 87,7%/82,5% dari estimasi FY24F Stockbit/konsensus.
鈻笍Penurunan laba bersih pada 4Q24 utamanya disebabkan oleh kenaikan beban usaha (+111,4% QoQ) dan pendapatan/biaya lain鈥搇ain yang berbalik rugi menjadi US$4 juta (vs. 3Q24: untung US$12 juta). Sementara itu, pendapatan berhasil tumbuh +5,2% QoQ.
鈻笍Kami melihat prospek INCO ke depan akan dipengaruhi oleh: (1) volatilitas harga nikel di tengah potensi oversupply; (2) upaya perseroan dalam melakukan efisiensi; dan (3) pertumbuhan volume penjualan bijih nikel dari pit baru di Pomalaa dan Bahodopi.
鈻笍INCO belum melampirkan data operasional mereka untuk 4Q24 dan FY24.
Kenaikan Beban Usaha dan Berbaliknya Keuntungan Lain鈥搇ain
Kenaikan beban usaha didorong oleh kenaikan pada semua pos beban usaha, yang kami perkirakan seiring dengan upaya perseroan dalam melakukan pembukaan pit baru di Pomala dan Bahodopi. Sementara itu, pembalikan keuntungan lain鈥搇ain utamanya disebabkan oleh berbaliknya keuntungan atas pengakuan nilai wajar aset derivatif (terkait hak tambahan partisipasi investasi pada proyek smelter HPAL) menjadi rugi US$10 juta (vs. 3Q24: untung US$9 juta).
Potensi Penambahan Volume Produksi dan Penjualan Bijih Nikel
INCO berpotensi mencatatkan volume produksi dan penjualan bijih nikel yang lebih tinggi dalam tahun鈥搕ahun ke depan seiring dengan pembukaan pit baru di Pomalaa dan Bahodopi. Berdasarkan guidance dari manajemen, INCO berpotensi mencatatkan penambahan penjualan 1,7 juta wmt saprolite pada 2025, yang terdiri dari 1,4 juta wmt dari Bahodopi dan 300.000 wmt dari Pomalaa. Sebelumnya, INCO tidak menjual bijih nikel saprolite dan hanya menjual nikel dalam bentuk matte.
___________
Hendriko Gani (@hendrikogani)
Investment Analyst Stockbit