$BTELViva integra teknologi apakah bisa jadi penyelamat Bakrie Telecom .Analisa chat gpt
Pertanyaan apakah PT Viva Integra Teknologi (VIVAT) bisa menjadi penyelamat Bakrie Telecom (BTEL) menarik untuk dianalisis, terutama mengingat peran VIVAT dalam ekosistem Grup Bakrie dan perkembangan terbaru BTEL. Mari kita uraikan berdasarkan konteks yang ada.
Peran Viva Integra Teknologi (VIVAT)
VIVAT adalah anak usaha BTEL yang bergerak di bidang penyediaan jasa teknologi digital, multimedia, dan infrastruktur penyiaran. Fokusnya mencakup layanan televisi digital terestrial, produksi konten, dan solusi IT. Data terbaru menunjukkan bahwa pada 2023, VIVAT menyumbang sekitar 76% dari total pendapatan BTEL, yang mencapai Rp 81 miliar—naik 68% dari tahun sebelumnya. Ini menjadikan VIVAT sebagai salah satu pilar utama dalam transformasi bisnis BTEL ke arah digital dan teknologi, jauh dari model operator seluler CDMA yang sudah ditinggalkan.
Kondisi Bakrie Telecom
BTEL pernah berada di posisi sulit, dengan utang mencapai Rp 9,67 triliun pada 2020 yang jauh melebihi asetnya (Rp 4,4 miliar), serta sahamnya yang tersuspensi sejak 2013. Namun, transformasi bisnis sejak 2021 mulai menunjukkan hasil positif: laba Rp 7,2 miliar pada 2019, pendapatan Rp 52,1 miliar pada 2021 (naik 400%), dan Rp 81 miliar pada 2023. Fokus pada unit bisnis digital seperti PT Layanan Prima Digital (LPD), PT Sangads Digital Pariwara (Sangads), dan VIVAT menjadi kunci perubahan ini. Khususnya, kontribusi besar VIVAT di 2023 menandakan peran pentingnya dalam menjaga arus kas dan pertumbuhan.
Potensi VIVAT sebagai Penyelamat
Pendapatan Dominan: Dengan menyumbang 76% pendapatan BTEL, VIVAT jelas menjadi tulang punggung finansial. Jika tren ini berlanjut, VIVAT bisa membantu BTEL melunasi utang secara bertahap atau setidaknya menstabilkan neraca keuangan.
Relevansi Pasar: Layanan VIVAT, seperti infrastruktur penyiaran digital, selaras dengan kebutuhan masa kini—misalnya, transisi TV analog ke digital di Indonesia yang didorong pemerintah. Ini memberi peluang ekspansi dan kontrak baru, terutama dengan grup media Bakrie seperti ANTV atau tvOne (meski kepemilikan ANTV kini beralih ke EMTEK).
Sinergi Grup: VIVAT bisa memanfaatkan jaringan Grup Bakrie untuk memperluas portofolio, misalnya mendukung inisiatif teknologi lain seperti elektrifikasi transportasi (VKTR) atau proyek digital masa depan.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski potensial, ada beberapa hambatan:
Skala Keuangan: Pendapatan Rp 81 miliar di 2023 memang tumbuh, tapi masih kecil dibandingkan utang triliunan. VIVAT harus menghasilkan pertumbuhan eksponensial untuk benar-benar "menyelamatkan" BTEL.
Kompetisi: Di sektor teknologi dan penyiaran digital, VIVAT bersaing dengan pemain besar seperti Telkom, Indosat, atau penyedia global. Tanpa keunggulan kompetitif yang jelas (misalnya teknologi unggul atau harga murah), dampaknya bisa terbatas.
Beban Historis: Suspensi saham dan utang besar tetap menjadi bayang-bayang. VIVAT mungkin bisa jadi penopang, tapi tanpa restrukturisasi utang atau injeksi modal eksternal, peran "penyelamat" sulit tercapai penuh.
Kesimpulan
VIVAT memang punya potensi besar untuk menjadi penyelamat BTEL, terutama karena kontribusinya yang dominan dan relevansi bisnisnya di era digital. Data 2023 menunjukkan bahwa tanpa VIVAT, BTEL akan jauh lebih lemah secara finansial. Namun, "penyelamat" dalam arti membawa BTEL kembali ke kejayaan (misalnya listing saham aktif atau bebas utang) membutuhkan lebih dari sekadar VIVAT—dibutuhkan strategi holistik, termasuk penyelesaian utang dan mungkin dukungan lebih luas dari Grup Bakrie. Dalam jangka pendek, VIVAT adalah penopang krusial; dalam jangka panjang, keberhasilannya sebagai penyelamat tergantung pada eksekusi dan faktor eksternal.
Apa pendapatmu? Apakah menurutmu VIVAT bisa berdiri sendiri sebagai kekuatan baru, atau BTEL terlalu bergantung padanya?
Analisis peran VIVAT
Untuk menganalisis peran PT Viva Integra Teknologi (VIVAT) dalam konteks Bakrie Telecom (BTEL), kita bisa melihatnya dari beberapa sudut: kontribusi finansial, posisi strategis dalam transformasi bisnis, sinergi dengan ekosistem Grup Bakrie, dan dampaknya terhadap tantangan utama BTEL. Berikut analisis mendalamnya:
1. Kontribusi Finansial VIVAT
VIVAT menjadi motor utama pendapatan BTEL pada 2023, menyumbang 76% dari total Rp 81 miliar—sekitar Rp 61,56 miliar. Ini menunjukkan lompatan signifikan dibandingkan pendapatan BTEL sebelumnya, misalnya Rp 52,1 miliar pada 2021. Angka ini juga mencerminkan pertumbuhan 68% year-on-year dari 2022 ke 2023, menegaskan bahwa VIVAT bukan sekadar penopang, tapi juga penggerak utama pertumbuhan finansial.
Analisis:
Secara nominal, Rp 61,56 miliar adalah angka besar untuk BTEL yang sebelumnya nyaris tenggelam. Ini menunjukkan bahwa VIVAT berhasil mengisi kekosongan pendapatan setelah bisnis CDMA (seperti Esia) mati.
Namun, kalau dibandingkan dengan utang BTEL (Rp 9,67 triliun pada 2020), kontribusi ini masih jauh dari cukup untuk melunasi kewajiban finansial secara langsung. VIVAT lebih berfungsi sebagai "alat bertahan hidup" daripada "pemecah masalah utang" dalam jangka pendek.
2. Posisi Strategis dalam Transformasi Bisnis
VIVAT bergerak di bidang teknologi digital, multimedia, dan infrastruktur penyiaran—fokus yang sangat relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. Layanan utamanya meliputi:
Penyiaran Digital: Mendukung transisi TV analog ke digital di Indonesia, yang merupakan mandat pemerintah sejak 2022.
Solusi IT dan Multimedia: Menyediakan teknologi untuk produksi konten dan distribusi digital, yang bisa menjangkau sektor media, pendidikan, atau korporasi.
Analisis:
VIVAT adalah bukti nyata transformasi BTEL dari operator telekomunikasi tradisional ke perusahaan berbasis teknologi digital. Ini selaras dengan strategi global di mana perusahaan telekomunikasi beralih ke layanan bernilai tambah (value-added services) karena bisnis konektivitas saja sudah jenuh.
Di Indonesia, kebijakan switch-off analog memberi VIVAT peluang emas untuk menggarap pasar penyiaran digital, terutama jika bisa mengamankan kontrak dengan stasiun TV atau pemerintah. Namun, tanpa data spesifik tentang klien atau teknologi yang digunakan, sulit menilai seberapa kompetitif mereka dibandingkan penyedia lain seperti Telkom atau MNC Group.
3. Sinergi dengan Ekosistem Grup Bakrie
Sebagai bagian dari Grup Bakrie, VIVAT punya potensi sinergi dengan entitas lain, meskipun kepemilikan langsung di beberapa aset media (seperti ANTV) sudah berkurang. Contoh sinergi yang mungkin:
Mendukung kebutuhan teknologi untuk tvOne atau proyek media digital Grup Bakrie.
Berkolaborasi dengan PT VKTR Teknologi Mobilitas (fokus pada kendaraan listrik) untuk solusi IoT atau komunikasi berbasis teknologi.
Analisis:
Sinergi ini bisa menjadi keunggulan kompetitif, terutama jika VIVAT dimanfaatkan untuk mendukung proyek-proyek strategis Grup Bakrie. Misalnya, infrastruktur digital VIVAT bisa digunakan untuk memperkuat konektivitas di proyek elektrifikasi transportasi VKTR.
Namun, efektivitasnya tergantung pada koordinasi internal grup. Jika Grup Bakrie gagal mengintegrasikan VIVAT secara optimal, perannya bisa terbatas pada entitas mandiri tanpa dampak besar pada BTEL secara keseluruhan.
4. Dampak terhadap Tantangan Utama BTEL
BTEL menghadapi dua masalah besar: utang triliunan dan reputasi buruk akibat suspensi saham sejak 2013. Peran VIVAT dalam konteks ini:
Utang: Kontribusi Rp 61,56 miliar pada 2023 membantu menjaga likuiditas, tapi tidak cukup untuk restrukturisasi utang secara signifikan. VIVAT bisa jadi katalis jika pendapatannya melonjak drastis di masa depan, tapi saat ini skalanya masih terlalu kecil.
Reputasi: Kesuksesan VIVAT bisa meningkatkan kepercayaan investor atau kreditor bahwa BTEL sedang bangkit. Namun, tanpa penyelesaian status saham atau utang, dampaknya pada persepsi pasar tetap terbatas.
Analisis:
VIVAT adalah tanda kehidupan bagi BTEL, menunjukkan bahwa perusahaan masih punya aset produktif. Tapi, untuk benar-benar mengatasi tantangan utama, VIVAT perlu didukung oleh strategi yang lebih luas—misalnya, divestasi aset tidak produktif, negosiasi utang, atau suntikan modal dari Grup Bakrie/ investor eksternal.
Dalam skenario terbaik, VIVAT bisa menjadi "jembatan" menuju pemulihan penuh jika skalanya diperbesar dan keuntungannya dialokasikan untuk melunasi kewajiban.
Kesimpulan Peran VIVAT
VIVAT saat ini berperan sebagai:
Penggerak Pertumbuhan: Menyumbang mayoritas pendapatan dan menjaga BTEL tetap relevan di pasar digital.
Simbol Transformasi: Membuktikan bahwa BTEL bisa beralih dari model bisnis lama ke teknologi modern.
Penopang Kelangsungan: Membantu BTEL bertahan di tengah tekanan finansial, meski belum cukup kuat untuk menyelesaikan masalah utang.
Namun, VIVAT belum sepenuhnya menjadi "penyelamat" dalam arti kata yang absolut. Perannya lebih sebagai fondasi yang bisa dibangun lebih lanjut—jika BTEL gagal memanfaatkan momentum ini dengan strategi keuangan yang solid, VIVAT hanya akan jadi cerita sukses kecil di tengah kerugian besar. Sebaliknya, jika VIVAT terus tumbuh (misalnya, menguasai pasar penyiaran digital atau ekspansi ke layanan IT korporasi), ia bisa jadi kunci untuk membawa BTEL kembali ke jalur profitabilitas jangka panjang.
Apa pendapatmu tentang potensi VIVAT di pasar penyiaran digital? Atau mungkin ada aspek lain dari perannya yang ingin kamu eksplor lebih jauh?
teknologi penyiaran digital
Teknologi penyiaran digital yang menjadi salah satu fokus PT Viva Integra Teknologi (VIVAT), anak usaha Bakrie Telecom (BTEL), adalah elemen kunci dalam strategi mereka untuk tetap relevan di era transformasi digital. Mari kita analisis teknologi ini, peluangnya di pasar Indonesia, dan bagaimana VIVAT bisa memanfaatkannya untuk mendukung BTEL.
Apa Itu Teknologi Penyiaran Digital?
Penyiaran digital adalah metode transmisi sinyal televisi atau radio menggunakan data digital (bit 0 dan 1) alih-alih gelombang analog tradisional. Di Indonesia, ini terutama merujuk pada Digital Terrestrial Television (DTT) berbasis standar DVB-T2 (Digital Video Broadcasting - Terrestrial Second Generation). Keunggulannya meliputi:
Kualitas Lebih Tinggi: Gambar dan suara lebih jernih (HD) dibandingkan analog.
Efisiensi Spektrum: Satu frekuensi bisa menampung lebih banyak saluran (multiplexing), memungkinkan lebih banyak konten dalam bandwidth yang sama.
Fitur Tambahan: Mendukung layanan interaktif, seperti EPG (Electronic Program Guide) atau data tambahan.
Di Indonesia, pemerintah telah mendorong migrasi dari TV analog ke digital sejak 2012, dengan proses Analog Switch-Off (ASO) yang resmi rampung pada November 2023 di seluruh wilayah. Ini membuka pasar baru untuk penyedia infrastruktur seperti VIVAT.
Konteks VIVAT dalam Penyiaran Digital
VIVAT bergerak di penyediaan infrastruktur penyiaran digital, yang kemungkinan mencakup:
Peralatan Transmisi: Seperti pemancar DVB-T2 atau multiplexer untuk mengelola sinyal.
Layanan Pendukung: Pengelolaan distribusi konten digital untuk stasiun TV atau penyedia layanan.
Solusi End-to-End: Dari produksi hingga distribusi, termasuk integrasi dengan platform multimedia.
Kontribusi VIVAT sebesar 76% dari pendapatan BTEL (Rp 61,56 miliar dari total Rp 81 miliar pada 2023) menunjukkan bahwa penyiaran digital menjadi salah satu pendorong utama keuangan mereka, meskipun detail spesifik tentang teknologi atau klien mereka tidak banyak diungkap secara publik.
Peluang di Pasar Indonesia
Kebijakan Pemerintah: ASO telah memaksa seluruh stasiun TV untuk beralih ke digital, meningkatkan permintaan akan infrastruktur seperti yang ditawarkan VIVAT. Ada 703 wilayah siaran yang kini harus dilayani dengan teknologi DTT.
Pemain Media: Stasiun TV nasional (seperti RCTI, SCTV, atau tvOne) dan lokal membutuhkan mitra teknologi untuk mendirikan pemancar, mengelola sinyal, dan memastikan jangkauan nasional. VIVAT bisa mengisi ceruk ini.
Digital Dividend: Spektrum kosong dari analog (700 MHz) kini dialokasikan untuk broadband, tapi proses transisi masih membutuhkan penyedia seperti VIVAT untuk memastikan penyiaran tetap berjalan lancar.
Pertumbuhan Konten: Permintaan akan konten digital (OTT, streaming) meningkat, dan VIVAT bisa memperluas layanan ke distribusi konten lintas platform.
Analisis: Pasar penyiaran digital di Indonesia bernilai miliaran dolar, dengan potensi pendapatan dari kontrak pemerintah, stasiun TV, dan bahkan iklan digital. VIVAT punya peluang besar jika bisa mengamankan kontrak multiplexing atau menjadi penyedia utama di wilayah tertentu.
Tantangan Teknologi dan Kompetisi
Kompetitor Besar:
Telkom Indonesia: Menguasai infrastruktur telekomunikasi dan punya anak usaha seperti TelkomVision yang bisa masuk ke penyiaran digital.
MNC Group: Dengan pengalaman di media dan teknologi, mereka juga punya kapabilitas sendiri.
Pemain Global: Perusahaan seperti Nokia atau Rohde & Schwarz menyediakan peralatan canggih yang mungkin lebih dipercaya oleh klien besar.
Investasi Tinggi: Membangun jaringan pemancar DTT membutuhkan modal besar untuk peralatan, instalasi, dan perawatan—sesuatu yang sulit bagi BTEL dengan beban utang Rp 9,67 triliun.
Adopsi Pasar: Meski ASO selesai, penetrasi set-top box (STB) di masyarakat masih rendah (hanya sekitar 40% rumah tangga punya STB pada 2023), membatasi jangkauan layanan digital.
Analisis: VIVAT harus punya keunggulan spesifik—entah harga lebih kompetitif, teknologi lebih canggih, atau fokus pada wilayah underserved—untuk menang melawan raksasa seperti Telkom. Tantangan finansial BTEL juga bisa menghambat ekspansi VIVAT jika tidak ada suntikan modal.
Potensi VIVAT Mengangkat BTEL
Pendapatan Stabil: Jika VIVAT mengamankan kontrak jangka panjang (misalnya, dengan Kementerian Kominfo atau stasiun TV besar), ini bisa jadi sumber pendapatan tetap untuk membayar utang BTEL secara bertahap.
Ekspansi Layanan: VIVAT bisa melampaui DTT ke layanan terkait, seperti distribusi konten OTT (over-the-top) atau integrasi dengan 5G untuk penyiaran hybrid, meningkatkan skala bisnisnya.
Reputasi: Keberhasilan di penyiaran digital bisa memperbaiki citra BTEL di mata investor, mungkin membuka jalan untuk relisting saham.
Analisis: Teknologi penyiaran digital adalah aset strategis VIVAT yang bisa mengangkat BTEL dari keterpurukan, tapi hanya jika dieksekusi dengan baik. Dengan pendapatan Rp 61,56 miliar pada 2023, VIVAT sudah jadi tulang punggung, tapi untuk jadi "penyelamat sejati," mereka perlu naik ke level ratusan miliar—mungkin melalui kemitraan strategis atau ekspansi agresif ke pasar baru.
Kesimpulan
Teknologi penyiaran digital memberi VIVAT posisi kuat di pasar yang sedang berkembang, didukung oleh kebijakan ASO dan kebutuhan infrastruktur. Perannya dalam BTEL sangat vital sebagai sumber pendapatan utama, tapi keberhasilannya tergantung pada kemampuan mengatasi kompetisi, membiayai ekspansi, dan memanfaatkan peluang pasar. Jika VIVAT bisa mendominasi ceruk penyiaran digital (misalnya, wilayah rural atau kontrak multiplexing nasional), teknologinya benar-benar bisa jadi penyelamat BTEL. Tapi tanpa dukungan finansial tambahan atau strategi diferensiasi, dampaknya mungkin hanya sebatas menunda kehancuran, bukan membalikkan keadaan sepenuhnya.
Apa pendapatmu tentang peluang VIVAT bersaing dengan Telkom di sektor ini? Atau ada aspek teknologi spesifik yang ingin dibahas lebih dalam?
teknologi 5G
Teknologi 5G bisa menjadi elemen penting dalam konteks PT Viva Integra Teknologi (VIVAT) dan Bakrie Telecom (BTEL), terutama jika mereka ingin memperluas peran penyiaran digital dan solusi teknologi ke level berikutnya. Mari kita analisis apa itu 5G, bagaimana relevansinya dengan bisnis VIVAT, dan potensinya sebagai pengubah permainan untuk BTEL.
Apa Itu Teknologi 5G?
5G adalah generasi kelima jaringan seluler yang menawarkan:
Kecepatan Tinggi: Hingga 10 Gbps, jauh lebih cepat dari 4G (maksimum ~100 Mbps).
Latensi Rendah: Mendekati 1 milidetik, ideal untuk aplikasi real-time seperti streaming atau kendali jarak jauh.
Kapasitas Besar: Mendukung jutaan perangkat per kilometer persegi, cocok untuk IoT (Internet of Things) dan kota pintar.
Efisiensi Energi: Mengurangi konsumsi daya per bit data yang ditransmisikan.
Dalam konteks penyiaran, 5G memungkinkan 5G Broadcast (berbasis standar seperti 3GPP Release 16), yang memungkinkan transmisi konten multimedia langsung ke perangkat pengguna tanpa perlu infrastruktur DTT tradisional seperti DVB-T2.
Relevansi 5G untuk VIVAT
VIVAT saat ini fokus pada penyiaran digital terestrial (DTT) dan solusi teknologi multimedia. Integrasi 5G bisa memperluas portofolio mereka karena:
Penyiaran Hybrid: 5G Broadcast bisa melengkapi DTT, memungkinkan VIVAT mengirim konten ke TV, ponsel, atau tablet secara simultan tanpa ketergantungan penuh pada pemancar terrestrial.
Distribusi Konten OTT: Dengan latensi rendah dan bandwidth besar, 5G mendukung streaming berkualitas tinggi (4K/8K), yang bisa menjadi layanan baru VIVAT untuk stasiun TV atau platform digital.
Solusi Korporasi: VIVAT bisa menawarkan jaringan privat 5G untuk klien企業 seperti logistik atau manufaktur, memperluas pasar di luar penyiaran.
Analisis: 5G bukan pengganti langsung DTT, tapi pelengkap yang powerful. VIVAT bisa memosisikan diri sebagai penyedia solusi "end-to-end" yang menggabungkan penyiaran tradisional dengan teknologi seluler modern, memberi mereka keunggulan di pasar multimedia.
Peluang 5G di Indonesia
Adopsi 5G: Operator besar seperti Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata sudah meluncurkan 5G sejak 2021, tapi penetrasinya masih rendah (kurang dari 10% pada 2023) karena biaya infrastruktur dan minimnya perangkat pendukung. Ini membuka celah bagi pemain seperti VIVAT untuk masuk dengan solusi niche.
Kebijakan Pemerintah: Kominfo mendorong percepatan 5G, termasuk untuk penyiaran dan IoT, dengan lelang spektrum tambahan (seperti pita 3,5 GHz) yang terus berlangsung.
Digital Dividend: Spektrum 700 MHz dari ASO bisa digunakan untuk 5G Broadcast, memberikan peluang bagi VIVAT jika mereka bisa bermitra dengan operator atau menggarap sendiri.
Analisis: Pasar 5G di Indonesia masih dalam tahap awal, tapi potensinya besar—proyeksi nilai ekonomi 5G bisa mencapai triliunan rupiah dalam dekade mendatang. VIVAT punya kesempatan masuk jika bisa fokus pada aplikasi spesifik seperti penyiaran atau IoT, bukan bersaing langsung di layanan seluler massal.
Tantangan Mengadopsi 5G untuk VIVAT
Modal Besar: Infrastruktur 5G (base station, antena, core network) membutuhkan investasi ratusan miliar hingga triliunan rupiah. Dengan utang BTEL Rp 9,67 triliun dan pendapatan VIVAT hanya Rp 61,56 miliar (2023), ini jadi hambatan serius.
Kompetisi: Telkomsel, Indosat, dan pemain global seperti Huawei atau Nokia sudah jauh di depan dalam pengembangan 5G. VIVAT perlu ceruk khusus untuk bertahan.
Kesiapan Teknologi: VIVAT belum punya rekam jejak di 5G—mereka harus membangun kapabilitas dari nol atau bermitra, yang keduanya mahal dan berisiko.
Regulasi: Penggunaan spektrum 5G diatur ketat oleh Kominfo, dan VIVAT mungkin kesulitan mendapat lisensi tanpa dukungan finansial atau politik yang kuat.
Analisis: Tantangan terbesar adalah keuangan dan kompetensi. VIVAT bisa saja bermitra dengan operator besar untuk menyediakan layanan 5G Broadcast, tapi tanpa modal atau teknologi proprietary, mereka berisiko jadi pemain kecil di pasar yang didominasi raksasa.
Potensi 5G sebagai Penyelamat BTEL
Jika VIVAT berhasil mengintegrasikan 5G, dampaknya bisa signifikan:
Pendapatan Baru: Layanan 5G Broadcast atau solusi IoT bisa mendiversifikasi pendapatan di luar DTT, mungkin meningkatkan skala ke ratusan miliar per tahun.
Daya Saing: Menguasai 5G akan memosisikan VIVAT (dan BTEL) sebagai inovator, menarik investor atau klien baru.
Sinergi Grup: 5G bisa mendukung proyek Grup Bakrie lain, seperti VKTR (kendaraan listrik), dengan konektivitas cerdas.
Analisis: Dalam skenario ideal, 5G bisa jadi game-changer—misalnya, jika VIVAT mengamankan kontrak penyiaran 5G dengan Kominfo atau stasiun TV besar, pendapatannya bisa melonjak drastis, membantu BTEL restrukturisasi utang. Namun, dengan kondisi finansial saat ini, langkah realistis adalah kemitraan dengan operator 5G existing, bukan membangun sendiri.
Kesimpulan
Teknologi 5G punya potensi besar untuk memperkuat posisi VIVAT dan menyelamatkan BTEL, terutama melalui penyiaran digital masa depan dan layanan bernilai tinggi. Peluangnya ada di pasar Indonesia yang masih berkembang, tapi tantangannya—modal, kompetisi, dan kapabilitas—juga besar. Untuk sukses, VIVAT perlu strategi cerdas: fokus pada aplikasi spesifik (seperti 5G Broadcast), cari mitra strategis (misalnya Telkomsel atau Huawei), dan dapatkan dukungan finansial dari Grup Bakrie atau investor eksternal. Tanpa itu, 5G akan tetap jadi mimpi jauh, bukan solusi nyata.
Apa pendapatmu tentang kemungkinan VIVAT bermitra dengan operator besar untuk 5G? Atau ada aspek lain dari teknologi ini yang ingin diperdalam?
standar 5G Broadcast
teknologi IoT