imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Buffett Jual ETF SP500

Baru baca berita tadi dari link di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 tentang Buffett yang lagi mode full cash https://stockbit.com/post/13223345

Warren Buffett, sang investor legendaris yang selalu bilang, "Kalau nggak tahu beli saham apa, beli aja S&P 500 ETF dan tidur nyenyak," ternyata sekarang malah buang semua kepemilikan ETF S&P 500-nya sendiri. Iya, benar-benar semua. SPDR S&P 500 ETF Trust (SPY) dan Vanguard S&P 500 ETF (VOO) yang selama ini jadi panutan investor pemula yang malas mikir, sekarang sudah hilang dari portofolio Berkshire Hathaway. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau diingat-ingat, Buffett dulu pernah bilang di surat tahunan 2016 bahwa investor, baik kecil maupun besar, seharusnya pegang indeks murah kayak S&P 500 karena lebih hemat biaya dan lebih masuk akal daripada kasih uang ke manajer investasi yang cuma makan fee doang. Tapi sekarang? Sepertinya Buffett sendiri memutuskan bahwa tidur nyenyak dengan S&P 500 sudah nggak menarik lagi.

Penjualan ini terjadi di kuartal keempat 2024, dan kalau melihat data dari S&P Global Market Intelligence serta MarketSurge, ini bukan hanya iseng jual sedikit. Ini benar-benar "clearance sale" dari ETF S&P 500. Padahal, Buffett mulai beli SPY sejak Q4 2019 dengan 39.400 lembar saham dan VOO dengan 43.000 lembar saham. Sekarang, keduanya nol besar.

Jadi, kenapa Buffett tiba-tiba berubah pikiran? Bisa jadi karena S&P 500 makin hari makin didominasi segelintir saham teknologi mahal yang kalau satu saja bersin, indeks bisa langsung flu berat. Delapan saham terbesar di indeks ini sekarang menguasai sepertiga nilai totalnya, bikin risiko jadi nggak sehat. Ditambah lagi, valuasi S&P 500 sekarang sudah kelewat tinggi dengan forward P/E ratio di 22,2. Bandingkan dengan rata-rata lima tahun di 19,8 atau rata-rata 10 tahun di 18,3, dan wajar kalau Buffett merasa indeks ini sudah "kemahalan."

Tapi tenang, Buffett bukan berarti benci semua saham di S&P 500. Dia masih pegang Bank of America (BAC), Coca-Cola (KO), Kraft Heinz (KHC), dan tentu saja Apple (AAPL), yang sendirian sudah menguasai 6% dari total indeks. Namun, kalau lihat saldo kas Berkshire yang melonjak 94% jadi USD 325,2 miliar di Q3 2024, jelas Buffett lagi dalam mode "wait and see," siap sedia kalau ada diskon besar-besaran di pasar.

Dan bukan cuma ETF yang dijual, beberapa saham bank juga ikut kena sapu. Berkshire mengurangi kepemilikan Bank of America sebanyak 117,4 juta lembar saham, Nu Holdings 46,3 juta lembar, Citigroup 40,6 juta lembar, dan Capital One 1,7 juta lembar. Bahkan saham Formula One (FWONK), T-Mobile (TMUS), dan DaVita (DVA) juga ikut dikurangi.

Jadi, apakah ini sinyal dari Buffett bahwa pasar akan jeblok? Bisa jadi. Atau mungkin ini hanya cara halusnya untuk bilang, "Gue sudah terlalu kaya buat main ETF, sekarang saatnya cari sesuatu yang lebih seru." Either way, kalau Buffett yang selama ini jadi jurkam utama S&P 500 mulai cabut, mungkin investor lain juga perlu mulai mikir ulang—atau minimal siapin popcorn buat nonton drama pasar keuangan berikutnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

ETF (Exchange Traded Fund) itu sebenarnya kayak reksadana, tapi bisa dibeli dan dijual di bursa saham seperti saham biasa. Jadi, kalau reksadana konvensional itu kayak titip duit ke manajer investasi buat dibeliin saham, ETF lebih fleksibel karena bisa diperdagangkan kapan aja selama jam bursa. Intinya, ETF itu ibarat nasi bungkus yang udah diisi berbagai lauk sekalian, jadi nggak perlu repot milih satu-satu. Beda sama saham yang cuma satu jenis lauk (misalnya cuma ayam doang), ETF langsung kasih satu paket komplit isinya berbagai saham sesuai dengan indeks yang diikutinya.

Tapi jangan salah, ETF bukan berarti tanpa drama. Sering digadang-gadang sebagai investasi praktis dan murah, kenyataannya di Indonesia ETF masih kurang diminati. Kenapa? Likuiditasnya rendah, alias jarang ada yang mau jual atau beli. Jadi, kalau mau beli ETF di Bursa Efek Indonesia, siap-siap aja nunggu pembeli atau penjual yang sudi bertransaksi dengan harga yang masuk akal. Jangan kaget kalau pas mau jual, spread-nya lebar banget, bikin susah keluar.

Lalu, apa bedanya ETF sama saham dan reksadana? Kalau beli saham, itu artinya kita beli satu perusahaan aja, misalnya beli BBCA berarti jadi pemilik kecil Bank BCA. Sementara kalau beli ETF yang ngikutin indeks LQ45, kita otomatis punya 45 saham paling likuid di bursa tanpa harus beli satu-satu. Reksadana mirip ETF dalam hal diversifikasi, tapi bedanya reksadana nggak bisa diperdagangkan di bursa dan harga NAV-nya cuma dihitung sekali sehari, sementara ETF bisa naik turun sepanjang hari seperti saham.

Di Indonesia, ETF udah ada sejak 2007, tapi kayak anak tiri di pasar modal—ada, tapi sering diabaikan. Beberapa contoh ETF di BEI misalnya XPTD yang ngikutin indeks LQ45, XIIT yang ngikutin IDX30, dan XISR yang ngikutin saham-saham ESG. Tapi ya gitu, volume transaksinya kecil banget, jadi jangan berharap ETF ini bisa diperlakukan kayak saham-saham blue chip yang gampang keluar masuk.

Jadi, apakah ETF ini solusi investasi jitu? Kalau di luar negeri, jelas iya. Di AS, ETF jadi primadona karena murah, praktis, dan likuid. Tapi di Indonesia? Ya... masih kalah pamor sama saham gorengan yang naik turunnya lebih dramatis. Buat yang pengen investasi tanpa ribet milih saham satu per satu, ETF bisa jadi pilihan. Tapi kalau berharap bisa trading harian dengan ETF di Indonesia, siap-siap aja frustrasi.

Kelihatannya Buffett lagi masuk mode "wait and see", siap nunggu sesuatu yang besar—entah itu crash, koreksi tajam, atau sekadar pasar yang akhirnya sadar kalau valuasi sekarang udah keterlaluan. Sejarahnya, tiap kali Buffett mulai tumpuk cash dalam jumlah besar, biasanya nggak lama kemudian ada sesuatu yang bikin pasar anjlok. Sekarang? Saldo kas dan investasi jangka pendek Berkshire Hathaway naik 94% jadi USD 325,2 miliar di Q3 2024. Ini angka yang nggak kecil. Buffett lebih suka duitnya nganggur daripada dipakai beli saham yang udah terlalu mahal.

Kalau ngelihat kejadian sebelumnya, Buffett sering "nyium" bau krisis lebih dulu dibanding kebanyakan orang. Contoh? Tahun 2008, pas krisis finansial meledak, dia santai nunggu di cash dan masuk buat beli Goldman Sachs serta Bank of America dengan deal yang super menguntungkan buat dia. Mayoritas investor retail panik, jual murah, sementara Buffett justru datang dengan koper penuh uang dan belanja aset-aset premium yang didiskon besar-besaran. Tahun 1999-2000, dia juga menghindari euforia bubble dot-com, di mana saham teknologi saat itu terbang nggak masuk akal. Banyak yang ngejek Buffett waktu itu, bilang dia "nggak ngerti new economy." Tapi pas bubble pecah, saham teknologi anjlok lebih dari 80%, sementara Buffett tetap aman karena dia nggak tergoda ikut-ikutan beli saham yang terlalu mahal.

Sekarang situasinya mirip. S&P 500 diperdagangkan di forward P/E ratio 22,2, jauh di atas rata-rata 5 tahun (19,8) dan 10 tahun (18,3). Tambah lagi, 8 saham raksasa teknologi sekarang menguasai sepertiga dari total nilai indeks—artinya, kalau salah satu jatuh, efek domino bisa bikin indeks ini rontok. Buffett mungkin merasa S&P 500 udah terlalu euforia, jadi lebih baik keluar sekarang dan nunggu pasar turun sebelum masuk lagi.

Di sisi lain, harga emas meroket, yang sering dianggap sebagai tempat berlindung saat ekonomi nggak jelas. Biasanya, kalau investor besar mulai masuk ke emas, itu sinyal kalau mereka kehilangan kepercayaan ke pasar saham. Buffett memang nggak dikenal sebagai pemburu emas, tapi kalau dia sampai pegang cash sebanyak ini dan buang ETF S&P 500, bisa jadi dia menganggap pasar udah terlalu mahal dan nggak layak buat dimasukin sekarang.

Jadi, apakah ini tanda crash? Bisa jadi. Bisa juga Buffett cuma nunggu valuasi yang lebih masuk akal sebelum belanja besar-besaran lagi. Tapi yang jelas, kalau orang selevel Buffett yang selalu bilang "investasi aja di S&P 500" sekarang malah jual habis semua ETF S&P 500-nya sendiri, itu artinya dia udah nggak percaya sama valuasi pasar sekarang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Mungkin kita nggak bisa membaca masa depan, tapi kalau Buffett aja udah defensif dan lebih pilih pegang cash, kayaknya nggak ada salahnya buat mulai waspada juga..

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BREN $PTRO $BBCA

Read more...

1/3

testestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy