Jabatan tertinggi, terpenting dan terberat di satu bisnis atau perusahaan, adalah jabatan CEO (Chief Executive Officer).
Jabatan yang seringkali dirangkap jabatannya dengan Direktur Utama (di Indonesia) ini punya tanggung jawab berat, untuk memberikan pengarahan umum tentang strategi perusahaan, yang kemudian dilaksanakan bersama direktur/Chief lainnya serta oleh semua karyawan di level bawah. Mereka jugalah yang disorot paling pertama, jika bisnis atau perusahaan itu menghadapi kesulitan dan masalah. Namun, mereka inilah yang menjadi sorotan ketika bisnis atau perusahaan sukses. Pasti latar belakang mereka akan dikulik, kok bisa sih membawa bisnis atau perusahaannya sukses?
Namun, tak selamanya perjalanan mulus. Hingga suatu ketika CEO ini memutuskan resign atau mengundurkan diri dari jabatannya. Ada banyak alasan mengapa mereka resign, dan saya akan bahas dalam postingan ini.
======
CEO atau Chief Executive Officer adalah jabatan tertinggi di sebuah perusahaan atau bisnis. Jabatan ini, di Indonesia, biasanya disamakan dengan Direktur Utama atau Presiden Direktur, yang juga merupakan jabatan tertinggi. Makanya kadang disebut “CEO/Direktur Utama” atau CEO/Presiden Direktur”. Sementara di dunia internasional, CEO ini biasanya menjadi jabatan di level manajerial dan menjadi satu unsur dari Board of Director, bersama jabatan lain yang lebih tinggi yaitu Chairman. Bisa juga dirangkap jabatan ini, sehingga titelnya jadi Chairman dan CEO. Fleksibel aja, tergantung kesepakatan pemegang saham dan struktur organisasi perusahaan.
Apapun posisi dan namanya, tanggung jawab mereka sama. Mereka, bersama direktur lainnya, menyusun strategi umum untuk bisnis atau perusahaan berkembang. Strategi ini kemudian diturunkan secara teknis untuk dikerjakan masing-masing direktur dan divisi di bawahnya. Sehingga posisi CEO ini umumnya juga jadi pengawas. Selain itu, posisi CEO ini menjadi penentu keputusan (decision maker) paling utama untuk keputusan strategi dan keputusan skala besar, setelah tentunya melewati level direktur dari masing-masing divisi. Direktur divisi biasanya menjadi decision maker tertinggi untuk keputusan terkait divisi tersebut. Keputusan skala besar ini, semisal keputusan pengambilan pinjaman/kredit, merger akuisisi dan investasi.
Dalam hukum, posisi CEO yang dianggap sama dengan Direktur Utama, memiliki tanggung jawab mengatur jalannya perusahaan, melakukan otorisasi dan menjadi perwakilan perusahaan di meja hijau atau pengadilan. Jika perusahaan menghadapi isu, maka secara hukum CEO ini juga yang menghadapi prosesnya. Dengan sederet tanggung jawab yang berat ini, posisi CEO juga menjanjikan pendapatan yang besar pula. Sepadanlah.
Namun, perjalanan tak selalu mulus. Mereka yang memperoleh jabatan CEO ini pun pada akhirnya harus mundur atau resign. Ada sejumlah alasan mengapa mereka harus demikian.
Pertama, keputusan pemegang saham. Ingat ingat, di atas CEO masih ada pemegang saham. Posisi pemegang saham ini sangat sentral dalam menentukan posisi manajemen, baik komisaris, CEO maupun direktur lainnya. Jika perusahaannya memiliki pengendali atau pemegang saham mayoritas, maka sepenuhnya ditunjuk oleh mereka. Namun, jika situasinya tidak ada pengendalian, maka akan dipilih atau ditentukan oleh kesepakatan beberapa pemegang saham. Bahkan, di Amerika Serikat, ada praktek dimana ada pemegang saham “aktivis” yang bisa mengajukan agenda perubahan manajemen, termasuk CEO, secara leluasa dalam RUPS karena menilai kinerja manajemennya buruk.
Sebagai akibat sudah ditentukan pemegang saham, maka posisi CEO ini gampang diganti. Tentu, kecuali jika CEO ini juga sekaligus bagian dari pengendali atau pemilik. Ini beda kasus. Peran pemegang saham dalam pergantian manajemen ini lebih besar terjadi jika terjadi akuisisi dan merger perusahaan. Dengan adanya manajemen dan pemegang saham baru membuat perlu adanya semacam “adjustment” dan yang tidak sepakat dengan hal ini akan diganti atau resign.
Kedua, karena evaluasi kinerja. Sebagai CEO, kinerja mereka tetap harus dievaluasi dari berbagai aspek. Baik terkait kinerja perusahaan, hubungan CEO dengan direktur lain maupun karyawan, hingga hubungan CEO dengan pemegang saham. Jika kinerja mereka bagus, maka mereka akan cenderung dipertahankan, bahkan dinaikkan gaji dan tunjangannya. Sementara jika kinerja mereka buruk, maka akan tetap diberikan kesempatan, dan jika masih buruk maka CEO ini harus resign. Hal serupa juga terjadi di direktur direktur yang lainnya.
Ketiga, karena kesempatan lain di luar perusahaan. Sebagai manusia biasa, CEO ini juga memerlukan ruang eksplorasi dan peningkatan kesejahteraan serta penghargaan yang lebih baik. Kesempatan ini kadang ngga bisa terjadi di dalam perusahaan yang sama, apalagi jika sudah di tempat yang sama sejak lama. Karena itulah mereka, baik ditawari ataupun menawari, akan mencari tempat lain yang membuka ruang eksplorasi. Terkadang, ruang eksplorasi dimaksud belum tentu perusahaan atau bisnis lain, namun juga ruang eksplorasi secara personal, misalnya pindah ke tempat, negara atau pekerjaan yang benar benar baru. Apapun ruang eksplorasinya, mereka pasti melakukan resign.
Keempat, ada masalah internal? Dalam beberapa kasus, resignnya CEO (dan bahkan direktur lainnya secara bersamaan), bisa jadi tanda serius yang mengubah banyak hal. Firasat kalau bahasa awamnya. Sebagai tanda tanda, resignnya mereka ini memberi semacam kode, yang kemudian jika dihubungkan setelah peristiwanya sudah lewat, ternyata bisa berhubungan. Misalnya laporan keuangan yang tertunda pelaporannya, kasus hukum, adanya peristiwa internal yang bocor ke publik dan peristiwa peristiwa negatif lainnya. Bisa terjadi sebelum resign, bisa terjadi sesudah resign.
Apapun alasan resign sebenarnya, bahasa di publik umumnya sama = alasan pribadi atau ya dibiarkan pergantiannya normal dengan menggunakan mekanisme RUPS. Ya ngga? Hal ini berkaitan dengan mempertahankan citra perusahaan, terutama dalam citra negatif. Begitu ~
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$EXCL $BBCA $IHSG
1/2