D(eath) Spot / Titik Mati

Sebelum berinvestasi, penting kiranya untuk merenungkan di manakah D-Spot dari emiten yang kita masuki. Hal yang jarang mau dilakukan karena tidak enak. Lebih asik membicarakan untuk melihat upside dan membayangkan keuntungan yang akan diperoleh nanti.

Pernah kan saat ada teman yang sedang berencana atau (baru) terjun ke bisnis kuliner. Coba tanya kenapa yakin banget ama bisnis makanan. Jawaban paling populer adalah “semua orang perlu dan pasti makan, minimal 3 kali sehari.”

Sekilas bener .. tapi koq rasanya ada yang gak beres?..

Di saham mirip-mirip dengan..
“si XXXX gak mungkin bodoh”
“semua negara pasti pake XXXX yang murah..”
"owner aja modalnya di XXXX"

= = = = =

D-Spot ini memiliki banyak level, dari yang kasar sampai yang prestisius.

Dari gorengan papan akselerasi yang cuna butuh duit ratusan juta sampai model konsorsium.

Yang crossover, gorengan pake LK ala ‘value investing’ juga ada. Sadar?

Sampai 2 case yang sebelumnya dipersepsikan ’Pasti Aman’ alias ‘Untouchable’:

1. Blue-chip Banking
Mudah-mudahan tidak ada lagi yang ngomong cuma BCA yang kebal. Saya pernah mengalami sendiri antrian RUSH mengular dan panik di tahun 1997-1998. Saat itu BCA juga bank nomer 1 tanpa kompetitor. Bahkan bank plat merah reputasinya tidak sebagus sekarang. Sudah kaya blue-bird saja.

2. Saham Msci-Ftse
Saya pernah berpikir kenapa M/F bisa dikerjain begitu. Gak mungkin kan mereka gak tau dan saya tidak percaya orang Indonesia yang pertama nemu celah ini. Besar kemungkinan sudah ada contohnya.

There is nothing new under the sun.

Ternyata yah alasannya se-simpel selama market sono bullish, bisa cuan-in nasabahnya yah hajar aja. Tapi pas market sudah meriang, mulai deh siap-siap cuci tangan, beres-beres jadi kritis.

Bukan nge-fear yah. Masih terlalu pagi untuk mengatakan emiten PP sudah tamat.

Tetapi pointnya begini..

Sering kita beradu argumentasi dengan patokan ‘hasil’.

Misal saat saham nya dikritik, kemudian ternyata minggu depan terbang langsung jumawa.

‘Mana yang kemaren ngomong begini..’

Mirip dengan membela argumen seseorang tidak akan mati karena selama ini ybs belum pernah mati.

= = = = =

Ada 1 ilustrasi menarik.

Katakanlah anda seorang investor yang jago analisa dengan kemungkinan menang 75%.

Tetapi masalahnya adalah itu saja tidak cukup. Jika hanya mengandalkan itu, dan anda selalu melipat bet anda, maka 75% ini tidak ada gunanya lagi.

Karena dengan teorem yang sama, anda akan kehilangan segalanya saat yang 25% itu muncul. Alias win rate anda yang 75% menjadi..

100% loss.

Sekilas kedengaran tidak mungkin terjadi.

Tetapi itulah yang terjadi.

Psikologi investor kebanyakan pas market baru pulih dari krisis atau bermain di saham high-risk, awalnya sangat DISIPLIN. Skeptis dan filternya ON 100%.

Tetapi pas sudah cuan, risk apetite nya naik kenceng. Bawaannya pengen nyari musuh terus. Siapa lagi nih yang minta digebuk?

Lucunya, psikologi ini BENAR jika dilakukan di bisnis. Coba dulu modal kecil, hasilnya bagus baru all-out.

Tetapi di capital market, korelasinya terbalik alias INVERSE.

= = = = =

D-Spot itu tidak berarti semua saham kemudian akan mati. Tetapi bahwa semua saham itu punya titik lemahnya.

Jika kita tidak menemukannya di saham kita, artinya something is wrong. Mau besar atau kecil, seharusnya ada. Dan ada beberapa, tidak cuma satu. 
 


Berarti kita belum objektif.

Hati-hati juga dengan ego. Sering karena hal kecil misal tenar atau punya reputasi duta saham XXXX jadi terpengaruh kebatinannya.

Jangankan saham, BTC.. bahkan emas pun punya D-Spotnya.

Saya juga tidak berniat menghakimi yang punya gaya investasi berbeda. Mau teknikal, bandarmologi, konglo.. dunia investasi terlalu kompleks untuk disederhanakan mana yang terbaik.

Cuma apa pun itu..

Belilah saham nya saat anda sudah tau D-Spotnya.. bukan saat anda tidak menemukannya.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy