The Tale of Two Extremes
Dan apakah pasar saham Indonesia beneran "murah"?
Jawabannya menurut saya tergantung dibandinginnya sama apa.
Kalo dibanding secara historis, Indonesia saat ini secara valuasi jauh lbh attractive dr jaman dl secara P/E, dividend yield dll. No debat.
Bagaimana kalo dengan negara lain? Ini juga tergantung bandingin nya sama apa. Karena bahkan di pasar Asia sendiri pun, lagi ada dua kondisi "ekstrim" yang dihadapi 2 major economies di sini.
Kalau dibanding sama India, yang yield obligasi / risk-free rate-nya mirip-mirip Indonesia, valuasi kita jelas kelihatan jauh lebih murah. Di India, banyak saham yang diperdagangkan di atas 50x P/E, terutama karena pertumbuhan GDP mereka memang tinggi banget. Tp memang perusahaan di sana pun bnyk yg secara kualitas sangat tinggi, baik dari profile profitabilitas (ROIC) / FCF margin maupun growth. Mungkin berbeda dengan kondisi di sini dimana bbrp growth companies pun sustainability growth nya di bbrp tahun mendatang mulai diragukan mengingat adanya concern daya beli, kenaikan harga raw materials untuk banyak consumer companies, dll.
Tapi kalau dibanding sama beberapa market lain yang bahkan lbh developed? Mnrt saya ceritanya bisa beda. Ada negara-negara yang yield obligasi / risk-free rate-nya lebih rendah dari Indonesia, tapi secara bottom-up growth profile-nya bisa mirip sama beberapa perusahaan di sini. Tapi secara valuasi dan yield jauh lebih menarik, terutama small mid cap nya. Contohnya Hong Kong, yang lagi banyak sell-off, atau beberapa markets di Eropa (di sana jg banyak bisnis global bukan cuma konsentrasi di negara tsb). Yg mungkin secara currency risk juga secara historis tidak sebesar di Indonesia. Tentunya, untuk investor yang cari stability, bisa lebih menarik akan hal ini karena spread / implied equity risk premium di sana sangat tinggi, walaupun kalau dibuka satu2 secara bottom up, beberapa secara fundamental juga solid dan jadi implied expectations nya rendah, dan outperformance bisa jadi terbuka.
Saya pribadi akan ttp stick ke bottom up dan membandingkan opportunity secara individu dan memang setelah menemukan yg secara kualitas dan growth potential serta membandingkan dengan valuasin lbh menarik saya juga sudah mengalihkan asset ke bbrp region itu. Walau memang "home country bias" ttp ada sehingga porsi Indonesia lebih tinggi dr assessment seharusnya untuk saat ini, tp saya ttp berusaha ttp dinamis sesuai opportunity. Intinya level seberapa menarik dan seberapa murahnya pasar ini bakal tergantung jg ke masing2 assessment. Termasuk size dana, remittance fee (bs sekitar 500 ribu / transfer), PPh, keinginan belajar, dll. Di Indonesia pun sebenernya juga ttp ada yang menarik secara outlook growth di tengah penurunan daya beli, walau mungkin hrs lbh dig deep.
Apakah memalukan IHSG ga kemana2?
Mnrt saya biasa aja. Ya memang tidak ideal. Tapi itulah dinamika investasi emerging market. Lost decade di pasar saham nggak cuma terjadi di Indonesia. Banyak market Asia Tenggara lain yang ngalamin hal yang sama. Malaysia, Thailand, Filipina udah sideways dari 2012, bahkan ada yang masih di bawah level 2011. Singapore pun yg developed market jg baru mencapai high baru yang beda tipis sama tahun 2007. Jadi ini bukan cuma kejadian yang unik di Indonesia, tapi juga fenomena regional.
Tag blue chip favorit orang orang $BBRI $BMRI $ASII