Bursa Amerika NYSE Mengusulkan Perubahan Jadwal Bursa Jadi 22 Jam
Tadi sharing berita di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 tentang inovasi bursa Amerika
https://stockbit.com/post/13223345
NYSE akhirnya mengusulkan untuk meng-upgrade sistem perdagangannya ke level no sleep, just trade. Karena, tentu saja, apa gunanya hidup kalau bukan untuk mantengin chart sepanjang hari dan malam? Tidur itu overrated, makan pun bisa ditunda, dan siapa yang butuh interaksi sosial kalau kamu bisa scroll harga saham sambil mengalami eksistensial krisis di jam 3 pagi? Kapitalisme benar-benar tidak mengenal batas, sekarang bahkan waktu tidur pun dianggap sebagai penghalang bagi pasar modal untuk terus berputar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Proposal langkah ini diumumkan dengan penuh kebanggaan oleh NYSE, seakan-akan ini adalah inovasi terhebat sejak manusia menemukan Wi-Fi gratis. Kevin Tyrrell, kepala pasar NYSE, dengan percaya diri menyatakan bahwa ini adalah bukti kekuatan pasar modal AS dan meningkatnya permintaan global terhadap saham-saham mereka. Ya tentu, karena tidak ada yang lebih powerful daripada melihat retail trader makin stres, hedge fund makin kaya, dan algo trading makin bebas bermain di jam-jam sepi tanpa ada perlawanan. Jika ada yang menyangka ini demi kepentingan investor kecil, mungkin dia juga percaya kalau kucing bisa diajak kerja kantoran.
Sebelumnya, pasar saham masih memiliki jam operasional yang masuk akal—ada pembukaan, ada penutupan, memberikan kesempatan buat semua orang untuk menarik napas, menganalisis pergerakan harga, atau sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal normal seperti makan malam bareng keluarga. Tapi dengan adanya bursa yang buka hampir 24 jam, sekarang tidak ada alasan lagi buat trader retail untuk berhenti. Istirahat? Itu cuma untuk mereka yang nggak punya portofolio.
Sekarang bayangkan kamu bangun jam 2 pagi buat ke toilet, lalu iseng buka aplikasi trading. Eh, kok saham yang tadi kamu beli tiba-tiba anjlok 7%? Langsung panik, buru-buru jual. Lima jam kemudian, saat market lebih likuid, harganya malah naik lagi. Selamat, kamu baru aja bikin keputusan yang menguntungkan market maker. Sementara kamu balik ke kasur dengan perasaan hancur, algo trading tetap tenang, karena mereka sudah memprediksi kepanikan kamu.
Kurang tidur juga bikin otak makin tumpul. Pernah denger tentang "decision fatigue"? Otak manusia cuma bisa mengambil keputusan yang optimal dalam jumlah terbatas per hari. Kalau kamu trading sepanjang waktu, pada akhirnya keputusanmu akan semakin impulsif. Sebuah studi psikologi menunjukkan bahwa manusia yang kurang tidur punya reaksi emosional berlebihan—alias gampang panik dan gampang serakah. Kedua hal yang secara kebetulan adalah penyebab utama kenapa retail sering nyangkut. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Market maker dan hedge fund tahu ini. Mereka paham bahwa retail yang kurang tidur itu ibarat orang mabuk di kasino—pasti akan melakukan kesalahan. Dan siapa yang diuntungkan dari kesalahan ini? Tentu saja, mereka yang punya cukup modal dan teknologi buat melawan keputusan gegabah retail. Kalau kamu berpikir bisa menang lawan mereka dengan tekad dan kopi instan, itu sama aja dengan berharap bisa ngalahin Bruce Lee hanya karena kamu nonton semua filmnya.
Kalau dilihat dari sisi optimis, bursa buka 22 jam ini memberikan fleksibilitas lebih bagi investor global. Investor di Jakarta, Tokyo, atau London sekarang bisa trading saham AS tanpa harus menunggu sesi utama dibuka. Secara teori, ini mempermudah akses ke pasar yang lebih besar. Masalahnya, fleksibilitas ini juga berarti lebih banyak noise, lebih banyak volatilitas nggak jelas, dan lebih banyak jebakan buat retail yang berpikir bisa memanfaatkan jam-jam tambahan ini untuk "curi start".
Market maker yang akan lebih mudah menggiring harga karena likuiditas di jam-jam sepi itu rendah. Pernah denger istilah "fake breakout"? Ini adalah pergerakan harga yang dibuat seolah-olah tren naik atau turun, padahal cuma manipulasi sementara sebelum harga kembali ke posisi normal. Biasanya ini terjadi saat market likuiditasnya kecil. Nah, kalau NYSE buka 22 jam, jam-jam sepi ini akan jadi surga buat algo trading dan market maker buat memainkan harga semaunya. Kamu bisa lihat harga saham favoritmu turun 10% jam 2 pagi, langsung panik, lalu di pagi harinya harga sudah balik normal lagi.
Jadi, apakah bursa 24 jam ini benar-benar membantu retail? Atau cuma memberi lebih banyak waktu buat mereka membuat keputusan bodoh?
Kalau NYSE sudah bersiap buka hampir 24 jam sehari, bagaimana nasib Bursa Efek Indonesia (BEI)? Apakah ini berarti bursa kita bakal makin sepi? Jawabannya jelas: iya, dan bukan cuma karena investor beralih ke saham luar negeri, tapi karena bursa kita sendiri memang punya banyak masalah internal. Dari saham-saham yang bapuk, bandar yang kere, sampai likuiditas yang makin tipis, BEI bisa jadi malah semakin tidak relevan bagi investor yang serius mencari cuan.
Sudah bukan rahasia kalau banyak saham di BEI yang cuma kelihatan hidup pas IPO doang, tapi begitu masuk tahun kedua, langsung berubah jadi saham zombie. Volume tipis, fundamental lemah, dan harga yang bisa turun terus tanpa alasan jelas. Banyak saham di papan pengembangan dan akselerasi yang isinya lebih mirip lotre daripada investasi.
Bandar di BEI pun lebih sering modal pas-pasan. Kalau di pasar luar negeri ada market maker yang punya modal besar buat menjaga stabilitas harga, di Indonesia kebanyakan bandar cuma bisa main di saham gorengan. Ketika modal mulai tipis atau gagal cari korban baru, mereka nggak bisa lagi jaga harga saham yang sudah mereka pompa. Akibatnya? Banyak saham yang naik kencang dalam beberapa bulan, lalu ambruk tanpa ampun karena bandarnya sudah angkat kaki. Retail yang telat masuk? Ya selamat menikmati portofolio merah sampai entah kapan.
Dengan kondisi saham bapuk, bandar kere, dan likuiditas makin seret, investor nggak punya banyak alasan buat bertahan di BEI. Banyak yang mulai beralih ke pasar luar negeri, terutama yang sudah bisa akses broker asing dan beli saham di NYSE atau Nasdaq. Ditambah lagi, kalau NYSE benar-benar buka 22 jam, investor bisa trading saham Amerika kapan aja tanpa harus menunggu malam hari. Ini berarti lebih banyak dana yang keluar dari Indonesia ke luar negeri, karena jelas pasar di sana lebih menarik dan lebih bisa diandalkan.
Jadi kalau ada yang bertanya, apakah BEI bakal makin sunyi? Jawabannya jelas: iya. Bukan cuma karena NYSE buka lebih lama, tapi karena BEI sendiri gagal memberikan alasan kuat buat investor untuk tetap bertahan. Selama saham di bursa ini masih didominasi emiten nggak jelas, bandar kere, dan volume transaksi yang makin menurun, BEI cuma akan jadi pasar sampingan yang semakin lama semakin kehilangan daya tariknya.
Jadi, apakah NYSE buka 22 jam itu langkah yang baik? Jawabannya tergantung dari sudut pandang siapa. Kalau kamu hedge fund atau algo trading, ini adalah kabar baik karena kamu punya lebih banyak waktu untuk mengeruk uang dari retail yang kurang tidur. Tapi kalau kamu trader retail biasa? Ini mungkin lebih mirip kabar buruk.
Pada akhirnya, ini bukan soal apakah kamu bisa trading 24 jam sehari. Tapi apakah kamu harus? Karena kalau kamu berpikir bursa buka lebih lama itu buat bantu retail lebih gampang cuan, mungkin kamu juga percaya kalau kambing bisa diajak main catur.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$RATU $OBAT $PANI
1/3