$APLN menjual properti komersial (Central Park Mall & Neo Soho) yang pendapatannya stabil & bersifat berulang untuk melunasi utang-utangnya. Lalu, APL mulai fokus mengembangkan properti residensial berkonsep TOD seperti Kota Podomoro Tenjo.
Cashflow bisnis properti residensial bersifat fluktuatif. Investor kecil yang kurang paham membaca laporan keuangan perusahaan properti mungkin akan dengan mudah menyimpulkan bahwa perusahaan ini kurang bagus karena merugi, padahal memang tahun-tahun pertama proyek harus mengeluarkan biaya besar untuk biaya akuisisi lahan, biaya infrastruktur, dll.
Aktivitas pemasaran belum dilakukan sehingga tidak menghasilkan pendapatan, pencatatan di laporan keuangan otomatis rugi besar karena biaya lebih besar drpd pendapatan.
Baru di beberapa tahun kemudian mereka akan kaget saat pendapatan sudah dicatatkan ke laporan keuangan.
Hal ini sangat berbeda dengan model bisnis properti komersial yang cashflownya stabil dan pendapatannya berulang seperti $PWON yang memiliki sebagian besar portofolio proyek berupa mall dan perkantoran.
Tetapi model bisnis properti residensial sebenarnya jauh lebih menguntungkan daripada model bisnis properti komersial -jika dikelola dengan baik-.
Menurut anda apakah Kota Podomoro Tenjo akan menjadi faktor titik balik bagi APLN?
Bisakah jd the next $PANI PIK?