imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRM: Pria Punya Selera

Gudang Garam (GGRM) ini sekarang udah kayak rumah tua peninggalan kakek buyut—kelihatannya masih berdiri, tapi udah mulai miring, catnya pudar, dan gentengnya bocor di mana-mana. Dari luar sih murah banget, tapi begitu masuk, baru sadar kalau ini bukan properti undervalued, tapi properti yang butuh renovasi gede-gedean. Para investor optimis bilang, “Wah, ini kesempatan emas! Murah banget!” sementara yang udah kapok langsung geleng-geleng, “Murah? Murahan kali iya.” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau Warren Buffett lihat GGRM, dia mungkin bakal menyesap Coke-nya dulu, garuk-garuk kepala, terus bilang, “Mau murah segini juga, kalau bisnisnya lagi kena batunya, ya ngapain?” Buffett itu kan cari bisnis yang punya moat—keunggulan kompetitif yang bikin pesaing susah masuk. Masalahnya, GGRM ini justru bisnis yang tiap tahun moat-nya makin terkikis, bukan karena pesaing, tapi gara-gara regulasi yang makin ketat dan cukai yang makin tinggi. Ini kayak punya warung kopi legendaris yang setiap tahun pajaknya dinaikin, sementara pelanggan makin sedikit karena sekarang orang-orang lebih milih kopi susu kekinian. Dulu industri rokok ini seperti kerajaan yang tak tergoyahkan, sekarang lebih mirip bekas kekaisaran yang masih berusaha mengingat kejayaannya.

Kalau Dostoevsky yang nulis cerita GGRM, ini pasti jadi kisah tragis seorang bangsawan tua yang kehilangan segalanya tapi masih berusaha mempertahankan martabatnya. Para investor lama yang beli di harga 20.000 sekarang mungkin sedang termenung di sudut kamar, memandangi portofolio merah menyala, sambil bertanya-tanya, “Apa ini karma karena dulu sombong bilang saham ini tahan banting?” Ini bukan sekadar saham yang turun, ini ujian spiritual. Setiap laporan keuangan yang keluar bukan cuma angka-angka, tapi surat cinta dari nasib sial yang mengingatkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini.

Lalu kalau kita lihat dari dunia Naruto, GGRM ini mirip Uchiha Sasuke—dulunya kuat, disegani, banyak pengikut, tapi sekarang berada di jalur gelap yang tidak jelas arahnya. Investor yang masih bertahan berusaha meyakinkan diri sendiri, “Ini cuma masa sulit, sebentar lagi bakal bangkit!” seperti Naruto yang yakin Sasuke bakal balik ke jalan yang benar. Tapi ada juga yang udah capek dan sadar, “Udahlah, dia udah milih jalannya sendiri, biarin aja tenggelam.” Masalahnya, dalam dunia Naruto, masih ada jutsu dan keajaiban yang bisa menyelamatkan. Di pasar saham? Nggak ada yang namanya Hokage datang buat rescue kalau bisnisnya beneran babak belur. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi psikologi investor, yang optimis masih bersikeras bahwa harga segini tuh murah banget, mustahil lebih turun lagi. Padahal, kita semua udah belajar dari sejarah bahwa di bursa saham, murah itu selalu bisa lebih murah lagi. Mereka yang tetap bertahan bilang, “Tenang aja, ini ujian kesabaran!” tapi mereka yang udah cabut bilang, “Udahlah, lo cuma lagi denial.” Yang lebih menarik lagi, investor asing udah kabur duluan, dari 7,93% jadi 5,54% dalam tiga tahun. Ini kayak di pesta pernikahan di mana sebagian besar tamu udah pulang, tapi ada satu-dua orang yang masih bertahan sambil bilang, “Kayaknya bakal ada surprise di akhir acara.”

Dan kalau kita lihat valuasi, GGRM ini kayak mobil tua yang dijual di OLX dengan harga super murah. PBV 0,36? Ini bener-bener harga diskonan! Tapi coba cek dulu mesinnya, jangan-jangan udah berkarat semua. Revenue turun -9,61%, laba anjlok -77,74%, arus kas makin seret. Ya kalau murahnya karena performanya buruk, itu bukan diskon, itu memang harga yang layak. Para analis pun sebagian besar kasih rekomendasi SELL—dari 15 analis, 8 bilang jual, 6 bilang tahan aja dulu, cuma 1 yang bilang beli (dan kita nggak tahu apakah dia beneran yakin atau sekadar butuh hiburan).

Jadi sekarang pertanyaannya, apakah GGRM ini masih layak dipegang? Kalau kita pakai logika optimis, bisa aja ini cuma badai sementara. Ya siapa tahu tahun depan regulasi cukai jadi lebih bersahabat, konsumsi rokok naik lagi, dan laba perusahaan kembali kinclong. Bisa aja, kan? Tapi kalau kita pakai logika realistis, ya tren ini udah jelas. Margin makin tergerus, biaya makin naik, bisnis makin berat. Kayak nunggu mantan yang udah nikah balik lagi ke kita—bisa aja sih kejadian, tapi peluangnya kecil dan bakal sakit hati banget kalau ternyata harapan itu sia-sia.

GGRM ini adalah saham yang sempurna buat menguji mental investor. Kalau emang masih mau bertahan, siap-siap buat naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Kalau udah capek, mungkin lebih baik move on sebelum nyesel lebih dalam. Bursa saham selalu penuh kejutan, tapi satu hal yang pasti: pasar nggak peduli seberapa keras kita berharap, kalau fundamentalnya nggak membaik, harga saham pun nggak akan tiba-tiba ajaib naik lagi.

GGRM ini sekarang ibarat franchise film lawas yang dulu berjaya, tapi sekarang kehilangan daya tarik. Dulu raja industri rokok, sekarang lebih mirip Fast & Furious setelah ke-10 kali—masih jalan, tapi semua orang tahu bahwa ceritanya makin absurd dan penontonnya makin bosan. Harga sahamnya sudah turun lebih dari 80% dalam 10 tahun terakhir, laba bersihnya anjlok 77,74%, dan revenue ikut turun 9,61%. Ini bukan sekadar penyesuaian harga atau badai sementara, ini lebih seperti karakter utama yang perlahan ditulis keluar dari skenario karena udah nggak relevan lagi. Kalau ini film, maka review Rotten Tomatoes-nya pasti di bawah 30%.

Masalah pertama yang nggak bisa diabaikan adalah laba yang terus jeblok tanpa rem. Dulu perusahaan ini masih bisa mencetak laba triliunan, sekarang annualized-nya tinggal 1,32 triliun—dan kalau tren ini lanjut, jangan kaget kalau tahun depan judulnya berubah jadi rugi pertama dalam sejarah. Ini mirip superhero yang kehilangan kekuatan karena plot twist dari penulis yang lagi iseng. Dulu GGRM adalah Superman, sekarang lebih kayak Thor di Avengers: Endgame—gemuk, lesu, dan kehilangan arah.

Lalu ada regulasi yang makin menggila. Industri rokok ini seperti karakter anime yang tiap episodenya makin kena nerf, sementara pemerintah seperti developer game yang tiap patch selalu bikin karakter ini makin lemah. Setiap tahun, cukai naik, aturan iklan makin ketat, bahkan wacana larangan total rokok semakin sering digaungkan. Ini kayak punya bisnis kafe yang tiap tahun dilarang menjual kopi. Pada titik tertentu, kita harus bertanya: "Ini bisnis atau eksperimen bertahan hidup?"

Investor asing juga sudah melihat ini jauh-jauh hari dan memilih angkat kaki lebih cepat daripada kamu yang cabut pas tahu gebetan nggak suka balik. Dalam tiga tahun terakhir, kepemilikan asing turun dari 7,93% ke 5,54%. Biasanya, investor asing itu kayak bos mafia di film-film: mereka tahu kapan harus masuk dan kapan harus keluar sebelum bangunan meledak. Kalau mereka udah kabur duluan, ya kita tahu siapa yang bakal jadi korban terakhir—investor ritel yang masih bertahan dengan harapan kosong.

Masalah lainnya, dividen GGRM bisa terancam lenyap. Banyak orang masih bertahan di saham ini karena berharap dapat dividen yang lumayan. Tapi kalau laba terus menyusut, dividen itu bisa aja dipangkas atau bahkan dihapus total. Kalau ini terjadi, maka GGRM bukan cuma kehilangan investor fundamental yang cari dividen, tapi juga akan kehilangan alasan terakhir bagi siapapun untuk bertahan. Ini seperti nonton Dragon Ball tanpa Goku—ya bisa aja lanjut, tapi nggak ada yang peduli lagi.

Lalu ada fakta bahwa PBV 0,36 bukan berarti ini diskon, tapi bisa jadi ini adalah harga yang pantas. Banyak orang berpikir ini saham murah, tapi ingat, di pasar saham, murah selalu bisa lebih murah lagi. Ini mirip BlackBerry di tahun 2010-an—dulu orang menganggap sahamnya undervalued karena masih punya market share, tapi akhirnya terus turun sampai jadi relik sejarah. GGRM berpotensi mengalami nasib yang sama kalau nggak bisa membuktikan bahwa bisnisnya masih punya masa depan.

Kalau kita bicara persaingan, $HMSP masih jauh lebih besar dengan market cap 3 kali lipat lebih besar dari GGRM. Dan yang lebih bikin sakit hati, tren rokok di Indonesia juga mulai berubah. Anak muda sekarang lebih suka vape dan rokok elektrik, sementara GGRM masih bergantung pada produk rokok konvensional yang konsumennya makin tua dan makin sedikit. Ini kayak Nokia yang dulu terlalu pede dengan keypad fisiknya sementara dunia sudah pindah ke layar sentuh.

Terakhir, mari kita bahas harga sahamnya. Dalam 10 tahun terakhir, harga sahamnya turun lebih dari 80%. Ini bukan koreksi sehat, ini downtrend struktural. Dalam 1 tahun terakhir saja turun 42%, dalam 5 tahun anjlok 79%. Ini bukan pola saham yang akan bangkit besok pagi. Ini seperti Titanic yang sudah miring ke satu sisi, tapi masih ada yang berharap bisa terapung kembali.

GGRM adalah saham yang sempurna buat menguji kesabaran dan mental investor. Kalau masih bertahan, siap-siap naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Kalau sudah capek, mungkin lebih baik cari saham lain yang punya arah lebih jelas. Pasar saham itu nggak punya belas kasihan, kalau bisnisnya sudah kehilangan daya saing, ya harga akan tetap turun, meskipun kita berdoa sekeras apapun.

GGRM ini mirip band rock legend yang dulu konsernya selalu full house, tapi sekarang manggung di acara ulang tahun komplek dengan bayaran nasi kotak. Dulu digadang-gadang sebagai raja industri rokok, sekarang malah jadi anak tiri yang dihindari investor. Tapi sama kayak Dewa 19 yang dulu ditinggal Ari Lasso terus bangkit lagi dengan Once, siapa tahu GGRM juga masih punya satu lagu hit terakhir sebelum benar-benar masuk ke kategori "band nostalgia yang cuma diputar bapak-bapak di mobil Panther tahun 90-an."

Sekarang coba kita lihat faktanya. PBV 0,36? Ini udah bukan diskon lagi, ini kayak nemu kos-kosan di Jakarta dengan harga kontrakan di desa. Murah banget sampai orang mulai curiga, "Jangan-jangan ada hantunya?" Tapi ya begitulah pasar modal, kalau sentimen jelek, valuasi bisa masuk level absurd. Di pasar saham, yang dihina habis-habisan sering kali yang punya peluang naik paling gila ketika sentimen berbalik. Cukup ada satu berita bagus, cukup ada satu laporan keuangan yang nggak seburuk ekspektasi, bisa saja yang tadinya dicampakkan jadi rebutan.

Lalu kita ngomongin soal laba. Oke, laba memang turun 77,74%, tapi yang penting masih untung. Iya, ini sama kayak pemain bola tua yang nggak bisa lagi lari sekencang dulu, tapi setidaknya masih bisa cetak gol dari penalti. Rp1,32 triliun masih triliunan, bukan angka nol, bukan merah, dan itu berarti bisnisnya masih jalan. Banyak perusahaan lain di bursa yang valuasinya lebih tinggi padahal mereka udah kayak warung kopi sepi yang bertahan cuma karena hutang. GGRM masih ada, masih berdiri, dan kalau kita pakai logika "selama masih ada napas, masih ada harapan," ini belum saatnya buat dianggap bangkai.

Lalu ada fakta bahwa utang jangka panjangnya NOL. Dalam dunia bisnis, ini seperti rumah tangga yang masih bisa makan enak tanpa punya cicilan KPR, tanpa utang pinjol, dan tanpa harus kerja rodi buat bayar bunga utang. Ini bukan prestasi kecil, ini tanda bahwa kalaupun keadaan makin jelek, GGRM masih punya ruang buat bertahan lebih lama dibanding banyak perusahaan lain yang hidupnya tergantung dari utang berbunga. Ditambah dengan kas Rp3,93 triliun, mereka setidaknya punya cukup tabungan buat bertahan dari krisis lebih lama dari anak kos yang masih punya stok mie instan satu kardus.

Dan soal industri rokok? Ya, katanya sih bakal mati. Tapi sama seperti orang tua yang tiap Lebaran selalu bilang "kayaknya ini Lebaran terakhir saya" tapi 10 tahun kemudian masih sehat dan marah kalau cucunya lupa nelepon, industri ini masih bertahan meskipun sudah dikutuk mati sejak bertahun-tahun lalu. Rokok sudah ada sejak zaman nenek moyang, dan walaupun sekarang persaingannya makin ketat dengan vape dan regulasi makin kejam, bisnis ini nggak akan lenyap dalam semalam. Mungkin orang-orang bakal lebih memilih rokok elektrik, tapi itu juga nggak serta-merta bikin rokok konvensional hilang dari muka bumi. GGRM masih jadi salah satu pemain terbesar di industri ini, dan selama masih ada yang merokok, masih ada bisnis yang bisa digarap.

Yang lebih menarik lagi, semua orang sudah terlalu pesimis terhadap GGRM. Kalau kita belajar dari sejarah pasar modal, saat semua orang pesimis, sering kali itu justru saat terbaik buat masuk. Pasar saham ini sifatnya kayak gosip ibu-ibu kompleks, begitu satu orang bilang "Udah jelek banget!", yang lain ikut-ikutan. Sampai akhirnya, begitu ada satu berita baik, semua orang mulai balik lagi dan bilang, "Eh, kayaknya bagus juga, ya?" Sekarang semua orang menganggap GGRM kayak rumah tua yang nggak layak huni, tapi siapa tahu kalau besok tiba-tiba direnovasi dan harganya melonjak? Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Jadi, apakah GGRM adalah investasi sempurna? Jelas enggak. Tapi apakah ini saham yang sudah dihukum terlalu keras sampai mungkin undervalued? Bisa jadi. Pasar itu sering kebablasan dalam menghukum dan sering terlalu lambat dalam memaafkan. Kalau ada satu berita baik aja yang bisa bikin pasar sadar bahwa GGRM masih bernapas, harga saham ini bisa naik lebih cepat daripada anak rantau yang dikabari ibunya masak rendang di rumah.

Mungkin hari ini semua orang masih sinis, mungkin harga masih kelihatan nggak bergerak, tapi kalau ada satu hal yang kita tahu dari pasar modal, itu adalah yang sekarang dibenci sering kali jadi yang paling dicari begitu sentimen berubah. GGRM bisa saja jadi contoh klasik saham yang dulu dipandang sebelah mata, lalu tiba-tiba jadi bintang ketika orang-orang sadar mereka salah menilai. Dan pada saat itu, yang sudah beli di harga murah bisa jadi orang yang ngakak paling kencang. Cuma harga murah ideal berapa? 10.000? 5000? 1000? 100? Gocap? 1 rupiah? Pak Toto pun tahu.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$WIIM

Read more...

1/3

testestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy