Ada rumus sederhana untuk secara intuitif menghitung apakah sebuah saham sudah overvalued, wajar, atau masih undervalued. Secara teori, pada titik wajarnya:
ROIC/WACC = EV/IC
di mana
ROIC = Return on Invested Capital (Net Operating Profit After Tax/Invested Capital)
WACC = Weighted Average Cost of Capital (rata-rata tertimbang dari biaya modal)
EV = Enterprise Value (market cap + debt – cash)
IC = Invested Capital (ekuitas + hutang berbunga – excess cash)
Jika ROIC/WACC = EV/IC, maka bisa dikatakan harga sahamnya wajar.
Jika ROIC/WACC > EV/IC, maka saham undervalued karena value yang tercipta belum diakui oleh market.
Jika ROIC/WACC < EV/IC, maka saham overvalued karena harga saham sudah naik melebihi value yang tercipta.
Karena ROIC = NOPAT / IC, maka rumus bisa diubah menjadi:
NOPAT = EV * WACC
Jika NOPAT = EV * WACC, maka bisa dikatakan harga sahamnya wajar.
Jika NOPAT > EV * WACC, maka saham undervalued.
Jika NOPAT < EV * WACC, maka saham overvalued.
Lalu mengapa sewaktu suku bunga turun, harga saham punya kecenderungan untuk naik?
Ketika suku bunga turun, maka biaya modal dari segi hutang (debt) akan cenderung turun. Hal ini bisa berimplikasi setidaknya pada 2 hal:
*WACC menjadi lebih kecil untuk Perusahaan yang porsi debt nya lumayan besar. Sehingga EV * WACC nya kemungkinan menjadi lebih kecil.
*Dari Invested Capital, Perusahaan yang tadinya enggan berekspansi karena biaya hutang yang tinggi, pada saat biaya hutang rendah akan memiliki opsi untuk meningkatkan invested capitalnya agar bisa berekspansi. Muaranya adalah peningkatan penjualan dan NOPAT itu sendiri.
Sehingga dari dua hal ini, tercipta kondisi NOPAT tend to increase dan WACC tend to decrease, menjadikan EV tend to increase sebagai ekuilibrium (di sini letak harga sahamnya).
Di saat yang bersamaan, orang-orang yang menempatkan cashnya pada instrumen risk free akan mengalami penurunan yield dan memilih untuk masuk pada instrumen ekuitas seperti saham, sehingga demand dan inflow dana di pasar modal akan meningkat.
Tentu saja seperti yang disebutkan di atas, rumus ini hanya membantu secara intuitif saja. Biar bagaimanapun, agar analisanya lebih komprehensif, harus dibedah Laporan Keuangan emiten bersangkutan dan menghitung setiap komponennya dengan teliti dan benar agar mendapatkan informasi yang lebih utuh dan menyeluruh.
Random Tag
$AADI $PTRO $CBDK