MENYONGSONG HARAPAN BARU
$PACK $PACK-W
Emiten plastik disulap jadi holding nikel, CNGR backdoor listing perusahaan PT Solusi Kemasan Digital, Tbk. yang menurut keterbukaan informasinya akan menambah kegiatan usaha sebagai pengelola nikel, it means hulu-hilir menjadi potensi ke depan perusahaan ini.
Perusahaan juga berdasarkan keterbukaan informasinya berencana mengubah modal dasar menjadi Rp3.000.000.000.000,- (3 triliun rupiah) yang semula modal dasarnya bernilai Rp49.181.840.000,- (±49,1 miliar rupiah). Dengan nilai saham pada anggaran dasar sebesar Rp10,-/lembar, maka modal dasar perusahaan nantinya 300 miliar lembar saham, dengan rencana penambahan sebanyak-banyaknya 100 miliar lembar saham artinya akan menambah Rp1.000.000.000.000,- (1 triliun rupiah) pada anggaran dasar.
Semula perusahaan telah menyetor dan menempatkan sebanyak 1.537.551.950 lembar saham yang kemudian berencana menambah sebanyak-banyaknya 100 miliar sehingga menjadi 101.537.551.950 lembar saham yang ditempatkan dan disetor (optimis). Berdasarkan berita/informasi yang beredar, PACK/PACK-W berencana menambahkan modal sebanyak 150 triliun. Asumsi perhitungan mudahnya 150 triliun dibagikan dengan 100 miliar lembar, sehingga harga PMHMETD yang terbentuk sebesar Rp1.500,-/lembar dengan skala proporsional jatah PMHMETD 100 miliar dibagi jumlah saham induk yang beredar sebanyak 1.537.551.950 (data sesuai keterbukaan informasi sehingga belum update) sehingga memperoleh skala 1:64-65. Artinya pemegang 1 lembar saham berhak untuk menebus PMHMETD 64-65 lembar saham.
Bagaimana jika pesimis? Ini mungkin yang belum diperkirakan oleh orang-orang. Sesuai Pasal 33 ayat (1) UU tentang Perseroan Terbatas, modal dasar yang harus ditempatkan dan disetor minimal 25% dari modal dasar. Jika modal dasar telah ditetapkan sebanyak Rp3.000.000.000.000,- (3 triliun rupiah), artinya modal yang disetor dan ditempatkan minimalnya sebanyak Rp750.000.000.000,- (750 miliar rupiah). Perhitungan modal dasar Rp10,-/lembar menghasilkan jumlah saham yang disetor dan ditempatkan minimal sebanyak 75 miliar lembar saham.
Perusahaan telah menyetor dan menempatkan ±1,5 miliar lembar saham yang saya bulatkan menjadi 2 miliar untuk mempermudah perhitungan. Sehingga lembar saham baru yang harus diterbitkan 75 miliar - 2 miliar = 73 miliar lembar saham. Berdasarkan informasi kebutuhan dana 150 triliun, maka harga PMHMETD yang tercipta sebanyak 150 triliun dibagi dengan 73 miliar, sehingga ditemukan angka PMHMETD yang terbentuk sebesar Rp2.054,79/lembar dengan skala proporsional jatah PMHMETD 75 miliar dibagi jumlah saham induk yang beredar sebanyak 1.537.551.950 (data sesuai keterbukaan informasi sehingga belum update) sehingga memperoleh skala 1:47-48. Artinya pemegang 1 lembar saham berhak untuk menebus PMHMETD 47-48 lembar saham.
Mungkin sebagian orang yang tengah memperoleh profit berbagger-bagger namun pada waran akan berfikir untuk menjual di akhir waktu expired bagi mereka yang tidak berkenan untuk exercise (tebus waran). Momen tersebut sebenarnya bisa menjadi potensi timing untuk membeli ketika mereka tidak ingin tebus waran. Bayangkan mereka yang telah membeli PACK-W dibawah harga exercise dengan jumlah signifikan, potensi kemampuan untuk tebus belum tentu tersedia.
Namun dilain sisi ini perlu dilakukan agar kepemilikan masyarakat bertambah secara persentase. Uang pun masuk ke perusahaan untuk membantu bisnis berekspansi di kegiatan usaha baru. Beratnya angka exercise juga akan menyurutkan profit anda. Bagaimana tidak? Harga induk dan waran hanya beda 5 perak, sedangkan exercise Rp350 hanya untuk memperoleh 5 perak demi keamanan dan kenyamanan tetap memiliki saham PACK ini di masa expired warrant.
Perubahan penggunaan dana hasil penawaran umum juga berkaitan dengan penambahan kegiatan usaha sebagai perusahaan holding. Dalam laporan KJPP disampaikan PACK tidak menghasilkan produk atau layanan yang dapat dikonsumsi yang perlu dipasarkan. Oleh karena itu, PACK tidak menyediakan kegiatan pemasaran. Semua kegiatan pemasaran nantinya akan dilakukan melalui perusahaan anak.
Berkenaan dengan profitabilitas tidak bisa diukur dari perkiraan karena seharusnya proses administrasi baik perubahan anggaran dasar dan perizinan harus diselesaikan terlebih dahulu agar memperoleh kejelasan bisnis nantinya. Melihat ada potensi perusahaan mengarah ke hilirisasi, maka semestinya segala jenis perizinan dipermudah atau memperoleh insentif tertentu.
Bagaimana pandangan dan analisis kalian??